Lampu-lampu kristal di ballroom hotel itu memantulkan cahaya ke segala arah, membuat ruangan terasa seperti panggung pertunjukan mewah. Gaun-gaun berkilau, jas hitam rapi, dan gelas-gelas anggur beradu pelan di udara. Di tengah keramaian itu, aku—Rani Pramudita—berdiri di sisi seorang pria yang bagi banyak wanita adalah mimpi: Adrian Mahendra.Tanganku melingkar di lengannya, senyumku tertata rapi di bibir.Dari luar, kami tampak seperti pasangan sempurna: dia, CEO muda yang sukses; aku, istri yang anggun dan berpendidikan. Tidak ada satu pun orang di ruangan ini yang akan curiga kalau pernikahan kami hanya bertahan di atas panggung—sementara di balik layar, segalanya hampa.“Selamat malam, Pak Adrian, Bu Rani,” sapa seorang pengusaha paruh baya sambil menjabat tangan suamiku.“Selamat malam,” jawabku sambil tersenyum ramah.Begitulah kami, Adrian dan aku. Dua orang yang menghafal peran masing-masing. Dia akan menggenggam tanganku di hadapan publik, menatapku dengan tatapan yang nyari
Terakhir Diperbarui : 2025-08-11 Baca selengkapnya