Share

6

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-08-12 11:32:57

Mata bening itu menatap Raihan dongkol. Kenapa ada pria aneh seperti ini? Masuk seperti maling dan malah tak merasa malu saat tertangkap.

Raihan celingak-celinguk bodoh. Setelah memaksa Via memakan sepiring nasi, dia masih duduk santai di ruang tamu gadis itu.

"Apa anda tak pernah belajar etika?"

Pertanyaan sama. Raihan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wanita ini sungguh cerewet. Salah satu sifat yang tidak disukainya. Tapi kenapa malah tak Masalah jika sifat itu dimiliki Via? Cinta memang buta.

"Aku ingin bermalam di sini," katanya santai.

Via melebarkan matanya, dia berusaha untuk tidak menangis. Namun air mata sialan itu malah meluncur turun tak tau malu. Raihan gelagapan, dia membuka dan menutup mulutnya kembali. Mencoba menggapai gadis itu tapi kembali di urungkannya.

"Anda jahat," desis Via. Dia terlihat putus asa. Beberapa detik kemudian bunyi bantingan pintu kamar menyadarkan Raihan.

"He ... Hei, Nona. Aku akan keluar, akan pergi. Tapi kunci pintunya. Nanti ada maling yang masuk." Suara Raihan agak keras.

Pintu kembali terbuka, gadis itu mendongak dan menatap Raihan tajam dengan mata basahnya.

"Anda malingnya. Pergi!"

"Oke, oke. Aku akan pergi. Tapi besok aku akan mengantarmu."

Bukan mendapat jawaban, Raihan malah di hadiahi pintu yang dibanting di depan wajahnya.

"Anda tidak sopan, Buk guru."

Raihan akhirnya keluar juga. Menyalakan motornya dan melaju membelah malam. Sepeninggal Raihan, Via langsung meneguk segelas besar air putih. Bahkan dia tak sempat minum saat makan di depan pria itu barusan. Dia dipaksa menghabiskan sepiring nasi yang di isi sendiri oleh pria itu.

"Pria psikopat," gumam Via sambil bergidik ngeri. " Apa yang harus aku lakukan? Jika terus di sini, pria itu pasti akan datang kembali dan memaksaku untuk diantar olehnya." Via bicara sendiri.

Lama berfikir, akhirnya Via memutuskan untuk tinggal di asrama saja. Menjadi pembina asrama juga tidak buruk. Setidaknya kemampuan bahasa Arabnya kembali terasah dengan baik.

Sebuah senyum kemenangan terbit di bibir Via. Jika dia tinggal di asrama, laki-laki itu takkan bisa menemuinya lagi.

Via merebahkan dirinya dengan nyaman setelah memastikan pintu dan jendela sudah terkunci. Ternyata, laki-laki itu luluh juga dengan air mata. Kalau tau begini, seharusnya dari beberapa jam yang lalu Via menangis menghiba.

"Ah! Pasti sangat memalukan." Dia tak setuju dengan pemikirannya sendiri.

*****

Via mempercepat laju langkahnya. Dia sengaja berangkat jam enam pagi, bahkan masih gelap. Tujuannya agar tak bertemu pria gila itu.

Batu saja Via bernafas lega saat berhasil melewati pagarnya. Sebuah sapaan yang dihindari malah didengarnya.

"Ayo, buk guru! Saya malah tak tidur suapaya bisa mengantar buk guru. Takutnya ketiduran atau buk guru kabur duluan."

Tak ada kesan menggoda. Semua ucapan itu dibawakan dengan wajah yang serius. Kalau boleh memilih, Via memilih berjalan kaki atau merangkak dari pada diantar pria aneh itu.

"Naik sendiri atau saya bantu gendong, Buk guru? Hari ini bayarannya diskon limu puluh persen."

"Tidak lucu." Via menyipitkan matanya.

"Saya tidak melawak, Buk guru."

Via akhirnya tak punya pilihan. Dia membatin dalam hati." Bersabarlah Via. Biarkan dia menikmati rasa senangnya. Karena setelah ini kau akan terkurung di asrama."

Via tersenyum optimis.

"Ganti parfum, Buk guru?" tanya Raihan melirik lewat spionnya. Via sengaja meletakkan ransel besar berisi tumpukan lembaran jawaban sebagai pembatas dirinya dengan Raihan.

"Bukan urusan anda."

"Wangi yang kemaren lebih enak."

Via bergidik ngeri. Sampai wangi parfum pun diketahui pria itu. Tidak diragukan lagi, dia pasti psikopat. Begitu pikir Via.

"Kamu lebih manis memakai warna yang agak cerah karena kulitmu yang putih. Warna putih malah membuatku terlihat pucat."

Komentar Raihan sudah menghilangkan kesan resmi tanpa embel embel buk guru.

"Apa anda begini kepada setiap penumpang?"

"Tidak. Karena penumpang satu satunya hanya kamu."

"Apa?" Via setengah memekik.

"Tidak ada apa-apa." Balasnya cuek."kau harus terbiasa. Sebentar lagi aku akan jadi suamimu."

Via hanya berdoa semoga perjalanan ini cepat sampai ke tujuan. Tapi apa apaan pria ini, kecepatan sepuluh kilometer meter perjam. Laki laki ini memang ujian terberat baginya

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Sementara   67. Ending

    Satu bulan kemudianTidak terhitung jam yang telah berlalu, sepanjang satu bulan ini komunikasi Rudolf dan Grace berjalan lancar. Namun satu hal yang belum juga terucap dari mulut pria kaku itu, kata cinta dan kata rindu.Grace bangun memijit kepalanya. Beberapa hari ini dia merasa tidak sehat. Pusing dan mual mendera setiap saat, dia merasa lelah padahal Tidak melakukan apa-apa di rumah maminya.Grace menyeret kakinya ke kamar mandi, memuntahkan cairan dari mulutnya. Sang mami muncul, wanita yang masih cantik itu, sebenarnya sudah menaruh curiga pada kondisi Grace. Sebagai orang tua yang sudah dua kali mengandung, dia yakin anaknya itu sedang hamil muda."Mual lagi?" Mami Grace duduk di atas ranjang, memperhatikan wajah pucat Grace. Beberapa hari ini Grace lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur."Iya, semakin menjadi." Grace mengikat rambutnya asal. Dia meneguk paksa air putih yang terletak di atas nakas."Sudah berapa lama kamu telat, Grace?"Grace terdiam, dia tidak tau p

  • Suami Sementara   66

    "Aku akan pulang saat kau merindukanku dan menyatakan cinta padaku." Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga Rudolf bahkan setelah seminggu berlalu. Apa maksud dari perkataan Grace, dia bukan laki-laki yang berpengalaman dalam merayu wanita, apa lagi sampai berbohong supaya tujuannya tercapai.Rudolf kembali membuka pintu kamar utama yang dihuni Grace selama ini, menghirup sisa aroma Grace yang tertinggal. Baju-baju Grace masih terlipat dalam lemari serta beberapa alat-alat pribadinya seperti charger handphone dan alat kosmetik.Jika dilihat dari barangnya yang tertinggal, sepertinya Grace tak berniat pergi lama, dia hanya membawa baju yang melekat di badannya serta tas kecil. Tapi kenapa wanita itu belum juga pulang?Mengatakan cinta dan mengatakan rindu? Rudolf memang senang dengan keberadaan Grace akhir-akhir ini, jika bersama wanita itu, dia lebih bersemangat, lebih betah di rumah. Padahal dulu, jika mendapatkan cuti, dia begitu bersyukur tak bertemu dengan wanita itu.Sekarang a

  • Suami Sementara   65

    Wanita itu, masih secantik yang dia ingat. Entah sudah beberapa tahun berlalu, yang jelas sudah lama sekali. Apakah Grace mendapat pelukan? Ah, tidak. Wanita di depannya persis seperti dirinya, keras dan tak pandai mengekspresikan kasih sayang."Bagaimana kabarmu?" Mami Grace berkata datar. Tapi mata tajamnya mampu membuat detak jantung Grace berdetak cepat. Rasanya sungguh emosional, bagaimanapun hubungan ibu dan anak takkan terlepas dari kasih sayang."Mami pasti tau, apa yang menimpaku akhir-akhir ini.""Ya, semua media, bahkan di negara ini, memberitakan tentangmu.""Apa mami juga malu?" Bibir Grace bergetar."Kalau aku malu, mungkin kau takkan berada di sini saat ini." Datar, tanpa ekspresi, khas mami Grace."Aku tak seburuk itu.""Mami tau. Kau tak perlu menjelaskan. Yang jelas, itulah alasannya kami melarangmu selama ini, bukan karena kami tak menyayangimu, dunia hiburan penuh intrik, sesaat kau merasa beruntung, tapi setelah itu kau akan merasa merugi selamanya."Grace terdiam

  • Suami Sementara   64

    Setelah kemesraan itu, apakah mereka tidur di kamar yang sama? Tidak, mereka tetap tidur di kamar terpisah. Yang membuat Grace sebal, bagaimana bisa Rudolf kembali menjadi biasa saja setelah berulangkali mereka bermesraan. Laki-laki itu tak ada romantisnya sama sekali. Padahal Grace sudah merendahkan harga dirinya sebagai wanita penggoda. Lama-lama dia bisa menjadi wanita penggoda sungguhan.Saat ini, apa yang dilakukannya? Berdiri seperti orang bodoh dengan dua cup mie instan di depan kamar Rudolf yang tertutup. Ini sama sekali bukan dirinya. Tapi bagaimana lagi, sedetik saja tak melihat mantan pengawalnya itu, membaut Grace disiksa rindu berat."Aku memang sudah tidak waras." Grace menggerutu sendiri, tapi tangan mulusnya mengetok pintu kayu di depannya.Pintu perlahan terbuka, cengiran bodoh Grace disambut dengan wajah datar Rudolf.Tak hilang akal, Grace menyodorkan cup mie instan ke arah laki-laki itu."Aku yakin kau belum makan malam." Tanpa menunggu persetujuan, Grace menerobos

  • Suami Sementara   63

    Grace tak kehilangan akal, sambil menyelam minum air, wanita seperti Grace memiliki kemampuan akting yang luar biasa, antara pura-pura dan sebenarnya sulit untuk dibedakan. Padahal tidak sesakit itu, mungkin kakinya hanya keseleo biasa buktinya tak lagi sakit saat dipijakkan, tapi kapan lagi membuat dia bisa menempel dengan suami kakunya itu. Keseleo saja mendapat hadiah digendong. Grace berusaha menahan tawa dalam hati."Ya ampun, itu sakit sekali." Grace pura-pura meringis, saat jari besar Rudolf menyentuh pergelangan kakinya."Tahan sedikit nona." Rudolf menunjukkan wajah prihatin. Dia pun memijat dengan hati-hati, takut menyakiti kaki jenjang itu."Ini sakit sekali." Grace kembali mengeluarkan akting andalannya. Namun dia kurang teliti, yang dipijat Rudolf kaki sebelah kanan, tapi yang diraba Grace malah kaki sebelah kiri. Hampir saja Grace mengumpat dirinya yang hampir ketahuan."Kaki kiri anda terkilir juga nona?" Rudolf menyentuh pergelangan kaki sebelah kiri Grace. Wajahnya s

  • Suami Sementara   62

    Jika cinta yang menyusup tanpa bicara, dan hasrat yang berkobar tak terduga, dua insan yang terlena dan tak tau bagaimana cara berhenti , hanya bisa pasrah menikmati kenikmatan duniawi yang akan merubah kehidupan mereka untuk ke depannya. Grace yang jatuh cinta, Rudolf yang terlena, lalu apalagi alasan untuk menghentikan kemesraan yang dianjurkan bagi pasangan sah seperti mereka.Grace yang tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakukan spesial dari sang suami, bersyukur dalam hati, Rudolf tak berniat berhenti. Mereka mengayuh kemesraan bersama, berlomba dengan detak jantung yang serasa ingin meledak di dada.Untuk ke dua kalinya, mereka menyatu, mengesahkan hubungan suami istri, memberi dan menerima. Tak memikirkan waktu, tak memikirkan status sosial, yang ada hanya suara sensual yang menggema di kamar kecil mereka.*****Grace menggeliat tak nyaman, sinar matahari masuk menyilaukan melewati ventilasi udara yang tak tertutup.Sejenak Grace membangun kesadarannya, kemudian dengan pi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status