Home / Rumah Tangga / Suami Tak Sempurna / Episode 14. Kecupan Hangat

Share

Episode 14. Kecupan Hangat

Author: Sun Shine
last update Last Updated: 2021-08-24 13:20:13

Hana menatap Green dengan wajah sendu membuat Green semakin kaku. Terlihat bahwa Hana terpaksa melakukan pernikahan ini. Tetapi walaupun demikian, Hana tetap menautkan tangannya ke lengan Green.

Dengan iringan musik, Green dan Hana melangkah memasuki tempat ibadah. Hana mengedarkan pandangannya sekejap, tetapi tidak melihat tanda-tanda kehadiran neneknya, Nyonya Besar Erina Winata. Hana mendesah, dia bisa menebak bahwa neneknya itu pasti marah sekali mendengar pernikahan dadakan ini.

"Hana, kamu tidak apa-apa?" Terdengar suara setengah berbisik.

Hana mendongak menatap Green. "Tidak begitu baik. Kamu sendiri tidak apa-apa?" Hana balik bertanya.

"Aku tidak tahu," jawab Green. Dia sendiri merasa takut memikirkan apa yang terjadi di masa depan. Sebagai suami, apakah dia dituntut harus memiliki tanggung jawab? Jika ia dituntut, apakah ia akan mampu? Tetapi, bukankah ini adalah pernikahan pura-pura? Bahkan dia sudah menandatangani surat perjanjian pernikahan. Berapa lama usia pernikahan mereka nanti? Berapa lama ia akan terikat dalam kepalsuan ini? Green menggeleng pelan. Sudahlah, untuk apa dia terlalu memikirkannya? Sekali lagi, dia bukanlah orang penting. Lebih baik dia memasrahkannya saja pada keadaan.

"Memarmu tidak begitu kelihatan." Hana sekejap menatap sudut bibir Green yang tadi pagi sempat membiru akibat pukulan papanya.

"Mereka menutupinya dengan sesuatu," jawab Green.

Upacara pemberkatan berlangsung dengan khidmat. Kemudian mereka saling mengucapkan janji suci bahwa mereka akan saling mencintai dan saling setia hingga maut memisahkan mereka. Pada saat pengucapan ikrar tersebut, Veronika meliputnya secara halus.

Bibir Hana bergetar ketika mengucapkan ikrar pernikahan itu. Bagi Hana, walaupun papanya mengatakan bahwa pernikahan ini hanyalah pernikahan sementara tetapi tetap saja ini adalah pernikahan sungguhan. Dirinya dan Green telah mengucapkan ikrar di hadapan Tuhan, apakah dengan entengnya dia akan melanggarnya begitu saja? Mata Hana berkaca-kaca ketika pikirannya sekilas tertuju pada Marcell. Padahal Hana sudah suka sekali pada Marcell, tetapi dia malah menikahi pria lain, pria yang baru dikenalnya tadi malam yang saat ini berdiri menjulang di hadapannya.

Setelah pengucapan ikrar, Green dan Hana saling memakaikan cincin pernikahan. Jantung Green seketika berdebar kencang ketika ia disuruh untuk mencium pengantin wanitanya. Hana perlahan mendongak dan menutup matanya di hadapan Green. Green menelan ludahnya. Tadi malam dia sudah merasakan bibir ranum itu sebentar, dan sekarang dia memiliki kesempatan untuk merasakannya lagi. Hana sendiri tidak mengingat peristiwa mereka yang sempat berciuman tadi malam. Hanya Green saja yang mampu mengingatnya. Itu pun hanya sampai di situ saja ia mengingat.

Green kemudian menunduk dan menempelkan bibirnya di bibir Hana, lalu mengecupnya singkat. Seketika Hana membuka matanya dan menatap lekat wajah Green. Bibir Green terasa hangat dan lembut ketika melekat di bibirnya tadi. Ini adalah ciuman pertama bagi Hana. Mereka pun saling beradu pandang, sementara hampir semua orang yang hadir di sana bertepuk tangan. Tatapan Hana sulit diartikan oleh Green. Apakah Hana kecewa atau kesal? Atau malah putus asa? Green tidak bisa memahaminya.

Sementara itu, kening Jihan, ibu dari Hana, hanya bisa mengerut dalam. Dia sebenarnya tidak ikhlas Hana menikah, apalagi dengan bocah yang tidak jelas seperti itu. Jihan bahkan sempat marah besar terhadap Anton, suaminya, karena mengambil keputusan besar ini. Tetapi mendengarkan penalaran Anton, Jihan hanya bisa menerima dengan lapang dada. Mudah-mudahan bocah yang bernama Green itu tidak menyusahkan mereka.

"Sabarlah, Jihan. Ini tidak akan berlangsung lama." Anton merangkul istrinya itu seolah tahu apa yang berkecamuk di hati istrinya saat ini. Sementara Jihan hanya bisa mengangguk pasrah.

Mereka yang hadir mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Lalu Ferdinand dan Shila, sepupu Hana, akhirnya bisa menghampiri kedua mempelai. Hana pun menatap Green dan langsung memperkenalkan kedua sepupunya itu pada Green.

"Green, mereka berdua adalah sepupuku. Kak Ferdinand Winata dan Shila Winata. Papaku empat bersaudara. Tiga laki-laki dan satu perempuan. Papaku anak sulung. Kak Ferdinand dan Shila adalah anak dari Paman Gerry Winata, adik laki-laki pertama papaku. Lalu adik laki-laki keduanya adalah Paman Rudy Winata. Punya dua anak juga, laki-laki dan perempuan. Lalu adik papaku yang terakhir adalah Bibi Felisa Mahendra, beliau mengikuti marga suaminya. Dan mereka memiliki satu anak laki-laki. Jadi aku memiliki lima sepupu. Nanti akan kuperkenalkan padamu kalau keluarga Winata berkumpul. Lalu perlu kamu tahu, hampir semua hadirin di sini adalah kerabat keluarga Winata. Hanya segelintir orang saja yang bukan bagian dari kami." Tentu saja yang ia maksud adalah Veronika dan kedua orang tuanya, juga para petugas di tempat ibadah ini.

Green tercengang. Hana berbicara apa? Ucapannya panjang lebar dan menurutnya itu terlalu cepat, Green tidak bisa menangkap semua yang Hana katakan. Bisa dikatakan terkadang otak Green lambat. Yang berhasil ia tangkap adalah bahwa dua orang yang ada di hadapannya saat ini adalah sepupu Hana dan Hana memiliki lima sepupu. Itu saja.

"Kamu kenapa?" tanya Hana karena Green sepertinya tampak bingung. Sementara Ferdinand dan Shila langsung menatap remeh pada Green. Otak mereka yang cerdas dapat cepat menilai bahwa Green tidak memahami ucapan Hana yang sebenarnya sangat sederhana. Apa Hana ternyata telah menikahi pria tampan yang bodoh?

"A-aku tidak apa-apa," jawab Green sedikit gugup, lalu matanya beralih pada Ferdinand dan Shila. "Halo, salam kenal. Saya Green Assa." Green tersenyum memperkenalkan diri dengan sopan pada kedua sepupu Hana. Tangannya ia ulurkan bermaksud untuk berjabat tangan, tetapi kedua bersaudara itu tak menyahuti, membuat tangan Green mengambang di udara.

"Kak Hana, ini sungguh terlalu mendadak," protes Shila dengan wajah cemberut. Dia berbicara seolah Green yang barusan berbicara tadi hanyalah angin lalu. Green benar-benar malu dan ia menurunkan tangannya. Saat ini Shila berumur 17 tahun, hanya berbeda setahun dari Hana. Dia juga bersekolah di Williams High School 21.

Hana merasa tidak nyaman atas perlakuan kedua sepupunya itu terhadap Green, tetapi posisinya yang saat ini sudah membuat masalah besar di keluarga Winata membuatnya tak berniat memprotes mereka. "Ini semua keputusan papa," tanggap Hana nyaris bergumam dan Green dapat mendengarnya dengan jelas. Kemudian mata Hana beralih pada Ferdinand.

"Kak Ferdinand, apa nenek marah besar?" Hana ingin memastikan pemikirannya.

"Tentu saja nenek marah. Dia sangat kecewa!" Ferdinand mendesah dan melirik tajam pada Green. Green pun langsung menunduk karena takut melihat tatapan tajam Ferdinand. Ferdinand saat ini berkuliah di Williams University pada tahun terakhir, bahkan dia sudah bekerja di Williams Entertainment, salah satu perusahaan Williams Global Corporation, sebagai salah satu penanggung jawab karena kecerdasannya.

"Tadi malam kamu tidak hadir ke acara, ternyata karena laki-laki ini. Aku bisa melihat jelas wajah kecewa Marcell." Ferdinand menyinggung acara yang seharusnya dihadiri Hana tadi malam sebagai pasangan Marcell.

Mata Hana melebar. "Siapa...yang menggantikanku?" tanyanya sedikit ragu.

"Tidak ada yang menggantikanmu. Marcell memilih untuk sendirian saja. Tadinya Veronika menawarkan diri, tapi Marcell menolaknya mentah-mentah," jelas Ferdinand.

Mulut Hana otomatis terbuka. Raut gembira sedikit terpancar di wajahnya. Dia sudah bisa menebak kemarin bahwa Marcell sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengatakan untuk mencari penggantinya. Sungguh tipikal cowok tsundere, lain di mulut lain di hati. Hana semakin menyukainya saja.

Ferdinand mendengkus melihat wajah Hana. "Apa yang kau banggakan? Marcell pasti akan membencimu jika tahu kamu sudah menikah."

Hana terhenyak, apa yang dikatakan sepupunya itu benar adanya. Selama ini Hana sudah menunjukkan dengan perbuatan betapa ia sangat tertarik pada Marcell, dan Marcell pada akhirnya memberikan tanda-tanda tertarik dengan menjadikan Hana sebagai pasangannya di acara peluncuran film tersebut. Tetapi jika Marcell tahu ia sudah menikah, pasti Marcell merasa dipermainkan.

"Kau telah membuat kesalahan besar, Kak Hana. Kami semua kecewa padamu!" timpal Shila.

"Ya, apa yang kalian katakan benar," ucap Hana dengan tubuh lemas. Setengah tahun dia menarik perhatian Marcell. Apakah semua harus menjadi sia-sia?

Sementara itu, Green yang menyimak pembicaraan singkat itu cukup penasaran terhadap lelaki yang bernama Marcell. Green bisa merasakan kalau Hana tampaknya berminat pada lelaki itu, dan lelaki itu sendiri sepertinya juga tertarik pada Hana. Entah kenapa Green merasa tidak enak memikirkannya. Dan tanpa disangka-sangka Green tiba-tiba terjatuh begitu saja. Bam!!! Hana dan Shila seketika terpekik.

Green menggelepar di lantai dan mulutnya mulai berbusa. Hana dan Shila melangkah mundur karena takut melihatnya. Suasana menjadi riuh. Orang-orang mulai mendekat dan menontonnya. Veronika pun melangkah cepat ke arah Green untuk melihat apa yang terjadi.

"Dia mengalami kejang. Sepertinya suamimu ini sakit ayan!" Kening Ferdinand mengerut ketika berucap seperti itu, dia juga melangkah mundur. Mulut Hana terbuka, dia cukup syok mendengarnya. Ini pertama kalinya ia melihat orang yang mengalami kumat epilepsi.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yunus Sagitarius
menarik........... ..
goodnovel comment avatar
Abu Gsy Antoli
bagus........
goodnovel comment avatar
Ruslan Alan
cerita yang sangat menarik,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Tak Sempurna   Terima Kasih ^^ ❤️

    Halo, novel Suami Tak Sempurna sudah tamat.Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua Readers. Terima kasih karena Readers sekalian selalu mendukung novel ini dengan memberikan Vote, komentar dan ulasan bintang 5. Dukungan Readers membuat saya bersemangat untuk menulis.Untuk kelanjutan Green dan Hana, apakah ada kelanjutan lagi, Itu saya masih belum bisa memutuskannya. Saya harap Readers sekalian yang berharap buku baru untuk lanjutan, tidak merasa kecewa. Alasannya karena saya masih mau berfokus untuk menulis novel "Terlambat Mencintai Lisa." Dan novel baru lagi yang berjudul Kematian Tagis Sang Putri (yang ini novel fantasi, masih lama lagi dirilis karena outline belum saya buat).Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih. Semoga Readers sekalian sehat selalu. ^^ ❤️

  • Suami Tak Sempurna   Episode 240. TAMAT

    "Rafa, lihat pengantin sudah tiba!" seru Sartika dengan riang.Sartika memeluk Hana. "Kamu cantik sekali, Hana.""Terima kasih, Sartika. Kamu juga cantik hari ini," balas Hana tersenyum hangat."Waw! Kak Green sudah persis seperti pangeran!" seru Rafa dengan tatapan takjub. Green tersenyum lebar mendengarnya."Kamu bisa saja, Rafa!" ucap Green sambil mengusap pelan rambut Rafa. Karena rambut Rafa sangat rapi hari ini."Kak Hana juga seperti tuan putri!" seru Rafa ketika matanya beralih pada Hana."Rafa kamu juga sangat tampan memakai tuxedo itu!" puji Hana.Rafa tersenyum malu saat giliran dirinya yang dipuji."Rafa, kamu pasti akan menjadi pemuda yang tampan ketika besar nanti," ucap Reyhans memuji dengan tulus."Terima kasih, Kek. Kakek juga sellau tampan!" ucap Rafa tersenyum manis sambil mengacungkan jempol. Reyhans, Anton, Jihan, kedua orang tua Rafa, dan juga Sartika, terkekeh melihat tingkah lucu Rafa."Rafa adalah anak yang baik!" ucap Anton. Budi dan Mirna tersenyum manis men

  • Suami Tak Sempurna   Episode 239. Sungguh Terharu

    Setelah peristiwa pembelian PT. Andalan Winata lalu disusul di mana perusahaan itu dengan mudahnya kembali stabil, keluarga besar Winata selalu mencoba berbagai cara untuk bisa berkomunikasi dengan Green dan Hana. Mereka sungguh penasaran pada Green!Saat Anton memberi tahu mereka siapa Green sebenarnya, jantung mereka seolah meletup mendengarnya. Mereka semakin menggebu-gebu dan tak sabar ingin bertemu dengan Green dan Hana, tetapi mereka sulit melakukannya. Mereka mencoba mendesak Anton dan Jihan berulang kali tetapi hasilnya nihil. Anton dan Jihan sama sekali tidak mau bekerja sama dengan mereka.Pernah sekali peristiwa Shila mencoba datang ke kampus Williams, tetapi tidak menemukan mereka. Itu karena Green dan Hana memang sengaja menghindarinya. Begitu pula dengan Ryan, saat patah tulangnya baru sembuh, ia langsung mencoba mendekati mereka di kampus, tetapi sekali lagi mereka dengan mudahnya menghilang dari pandangannya. Itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Jack agar keluarga besa

  • Suami Tak Sempurna   Episode 238. Baby! Ini Papa!

    "Kamu menjengukku lagi?" ucap Marcell pada Green. Dia tidak menyangka Green menjenguknya lagi."Kenapa? Apa kamu bosan melihat wajah kakakmu ini?" tanya Green tersenyum menggoda."Iya, aku bosan," jawab Marcell berbohong. Dia malah memakan kue kesukaannya yang baru saja dibawa oleh Green. Green terkekeh pelan.Mereka lalu bercengkerama dan akhirnya menyingung soal Reyhans, kakek mereka berdua."Apa kamu pernah melihat Kakek semarah waktu itu? Kamu pasti tahu sendiri bahwa Kakek biasanya selalu mampu menjaga emosinya. Dia selalu bersikap tenang dan berwibawa. Tetapi melihat keadaanmu seperti ini, Kakek lebih menunjukkan emosinya. Tahu kenapa? Itu karena kakek menyayangimu, Marcell.""Aku tidak percaya," jawab Marcell."Ini hanya pendapatku saja," balas Green. "Apa kamu tahu? Di hari kamu kecelakaan, Kakek sampai di Singapura saat sore hari. Tetapi begitu mendengar kamu kecelakaan, dia langsung kembali ke sini malam itu juga untuk melihat keadaanmu di rumah sakit. Kakek kita sudah tua,

  • Suami Tak Sempurna   Episode 237. Cinta Sejati

    Hana : Veronika, apa kamu tahu Marcell kecelakaan kemarin malam? Dia dirawat di Williams Hospital.Veronika : Aku tahu. Tapi apa benar dokter memvonis Marcell akan lumpuh seumur hidup?Hana : Iya, itu benar. 🥺 Tapi di dunia selalu ada keajaiban. Maksudku, tidak ada yang mustahil, bukan? Apa kamu berniat menjenguk Marcell besok?Veronika tampak ragu menjawabnya. Besok adalah hari Minggu, itu adalah waktu yang cocok untuk mengunjungi Marcell.Veronika : Aku akan mengunjunginya besok.Hana : Baguslah. Jam berapa kamu akan datang?Veronika tidak membalasnya lagi.***"Kamu sendirian?" tanya Green ketika dia dan istrinya masuk ke ruang rawat Marcell. Marcell yang sedang melamun agak terkejut melihat mereka."Ada perawat," jawab Marcell datar. Sally baru saja keluar untuk membawa pakaian ganti dari rumah. Sementara Albert sibuk mengurus mini market barunya."Kami membawa makanan kesukaanmu," ucap Green sambil membuka isi makanan yang ia bawa."Dari mana kamu tahu aku suka itu?" tanya Marcel

  • Suami Tak Sempurna   Episode 236. Keras Kepala

    Begitu melihat Reyhans, Marcell segera memalingkan wajahnya. Reyhans mendesah melihat tingkah cucu bungsunya itu."Marcell, kamu mau makan, Sayang?" tanya Sally dengan suara lembut."Tidak," ucapnya tegas.Reyhans membuka suara. "Marcell, karena kamu terbiasa berbalapan mobil, akibatnya kamu menjadi sepele dalam berkendara. Benar-benar hobi yang konyol. Lihat sekarang keadaanmu. Kepalamu dijahit dan kakimu lumpuh. Teruslah kamu menjadi cucu pemberontak. Mana tahu nasibmu menjadi lebih bagus," sarkas Reyhans. Green dan Hana saling memandang. Menurut Hana, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memarahi Marcell. Marcell saat ini butuh dihibur. Tetapi Kakek Reyhans sudah tidak bisa membendung rasa kecewanya.Marcell mengeraskan rahangnya dengan tangan mengepal. Dia benci mendengar ucapan kakeknya. Dia benci hobi yang sangat dia cintai, diejek dan dicerca seperti itu."Kakek," ucap Green sambil menghampiri kakeknya. "Kecelakaan Marcell itu karena dia mabuk. Ini sebenarnya tidak berhubungan de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status