Share

Episode 13. Pengantin Wanita

Green saat ini berada di sebuah ruangan terkunci yang hanya berisi sebuah ranjang dan sebuah meja. Di ruangan itu, juga terdapat toilet. Seluruh memar dan luka di tubuh dan wajahnya sudah diobati, dia juga diberi makan. Pengawal-pengawal itu memperlakukan dia dengan baik. Tetapi Green saat ini sedang gusar. Walaupun gadis itu berkata bahwa dia tidak kekurangan satu hal pun dari tubuhnya, tetap saja Green memiliki keraguan tersendiri. Itu semua karena dia dan gadis itu hanya menyisakan pakaian dalam di tubuh mereka. Green masih berupaya keras mengingat kejadian tadi malam. Tetapi semakin dia mencoba untuk mengingatnya, semakin sakitlah kepalanya.

Dengan sebelah tangan, dia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Yang dia ingat cuma adegan ciuman saja, setelah itu dia tidak ingat apa pun. Bagaimana seluruh bajunya terbuka dan hanya menyisakan pakaian dalam, dia juga tidak ingat sama sekali. Apa benar dia telah berbuat tak senonoh dengan gadis itu? Green saat ini merasa sangat berdosa. Dia takut jika dia telah merusak seorang gadis. Padahal gadis itu yang telah berupaya menolongnya agar tidak bunuh diri. Sekarang keadaan malah semakin kacau.

Kalau sudah seperti ini, apa nanti dia akan dimasukkan ke penjara? Green menggeleng. Tidak mungkin. Bukankah kejadian ini terjadi akibat teman Hana yang menaruh sesuatu di dalam makanan itu? Jadi tidak mungkin dia dimasukkan ke penjara. Ini bukan kesalahannya. Atau jangan-jangan ia akan dituntut untuk bertanggungjawab dengan menikahinya? Apa mungkin seperti itu? Green menghela nafas berat. Bukannya dia tidak mau bertanggungjawab. Masalahnya dia merasa tidak mampu untuk menjadi seorang suami. Melindungi diri sendiri saja dia tidak mampu, apalagi melindungi Hana dan mungkin nanti...calon anaknya.

Tetapi..tetapi, bisa saja kan bahwa tadi malam sebenarnya tidak terjadi apa-apa? Mudah-mudahan saja memang seperti itu! Green memeriksa kembali tubuhnya dan pakaian dalamnya yang terasa lembab. Dia mendesah kasar. Dia benar-benar tidak tahu kebenarannya! Sungguh bodoh!

Baru saja dia merasa galau luar biasa, dua orang pengawal berbadan tegap memasuki ruangan itu. Green langsung turun dari ranjang dan menatap mereka dengan rasa ingin tahu. Salah seorang pengawal maju selangkah berdiri di hadapannya. Dia sedikit merendahkan kepalanya ketika berbicara sebagai tanda respek terhadap Green.

"Tuan Green Assa, sore ini juga Anda harus melangsungkan upacara pernikahan dengan Nona Hana Winata di tempat ibadah yang sudah ditentukan. Kami akan membantu Anda bersiap-siap. Green terbengong. Jadi benarkah mereka telah melakukannya? Kalau tidak, mana mungkin ia disuruh untuk menikahi Hana? Mungkin Hana telah menjalani visum dan akhirnya bisa dipastikan bahwa mereka memang telah melakukannya. Green menghela nafas. Rasa bersalah seketika kembali menggelayuti hatinya. Tetapi sore ini? Bukankah ini terlalu sangat buru-buru? Green tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya.

"Tunggu sebentar, Tuan. Benarkah saya akan menikah dengan Hana sore ini juga? Bagaimana bisa? Um, maksudnya, bukankah harusnya ada pembicaraan di antara kami terlebih dahulu?"

Kening Green semakin mengerut dalam ketika ia memikirkan penyakitnya, penyakit yang membuatnya dianggap rendah. Jika Hana dan keluarganya tahu, pasti mereka tidak akan sudi menikahkan Hana padanya. Bagaimana bisa seorang gadis cantik jelita seperti Hana bersedia menikah dengannya? Green benar-benar berada di posisi yang sangat sulit. Di satu sisi dia harus bertanggungjawab, tapi di sisi lain dia merasa terlalu ambil untung akan pernikahan ini. Sepertinya dia harus memberitahu Hana secara langsung tentang penyakitnya. Jika Hana bersedia, dia juga akan bersedia.

"Tuan, waktunya sudah sangat sempit. Sebaiknya kami membantu Anda untuk bersiap-siap terlebih dahulu."

Setelah beberapa waktu, Green sudah memakai setelan jas elegan berwarna hitam. Dia tampak lebih tampan. Tapi jantungnya berdebar, dia benar-benar dipenuhi oleh beban mental yang sangat berat saat ini.

"Silahkan ikuti kami, Tuan Green. Pengacara dari Tuan Winata baru saja tiba. Dia sedang menunggu Anda di ruang depan," ucap pengawal tersebut. Green mengerutkan kening tapi ia tetap mengikuti mereka.

Setelah memperkenalkan diri dan memberitahu tujuan kedatangannya, pengacara itu menyodorkan kepada Green sebuah map berisi surat perjanjian pernikahan.

"Silahkan Anda baca baik-baik, Tuan Assa. Dan tanda tangani di sebelah sini." Pengacara itu berbicara dengan tenang dan santun. Green pun segera membaca surat tersebut.

Di dalam surat itu dijelaskan bahwa pernikahannya dengan Hana hanyalah sementara dan rahasia. Green, sebagai pihak kedua, tidak boleh menuntut untuk berhubungan intim dengan Hana, sebagai pihak pertama. Dan kapan pun Hana meminta untuk bercerai, Green harus siap melepasnya. Jika Green melanggar isi surat perjanjian, maka pihak keluarga Winata akan menuntutnya. Green akan dijebloskan ke dalam penjara . Bukan hanya Green tetapi seluruh keluarganya juga yaitu keluarga Assa.

"Ini?" Kening Green mengerut. Dia mendadak takut. Keluarga Winata menyelidikinya dan dengan cepat mendapat informasi tentang keluarga pengasuhnya itu.

"Tuan, tolong jangan libatkan mereka. Mereka bukan keluarga kandungku. Aku hanyalah anak yang dipungut," ucap Green memelas. Kenapa keluarga Assa harus terlibat?

"Maaf, Tuan. Anda tidak berhak membuat aturan. Anda harus menandatangani surat perjanjian ini sekarang. Jika tidak, keluarga Winata akan menjebloskan Anda dan keluarga Anda sekarang juga ke penjara," ucap pengacara itu secara gamblang.

Green kembali membaca surat perjanjian itu. Isi perjanjian itu memang tidak adil, membuat status Green menjadi gantung dan tidak pasti. Kapan saja ia bisa dibuang oleh Hana. Padahal Green tidak punya kesalahan apa-apa. Tetapi walaupun demikian, Green tidak terlalu mempermasalahkan itu. Dia bukanlah orang penting. Hanya saja ia tidak menyangka bahwa Hana yang baik hati ternyata memiliki keluarga berkuasa yang arogan. Semalam Hana ingin bunuh diri pasti kemungkinan besar karena tidak tahan menghadapi sikap keluarganya itu! Begitulah pemikiran Green.

Green memutuskan untuk tidak repot-repot memberitahu penyakitnya itu. Toh pernikahan ini hanyalah pernikahan palsu. Seperti yang dikatakan pengacara itu, bahwa pernikahan ini hanya untuk membungkam skandal yang mungkin muncul karena mereka bermalam berdua di apartemen yang sama. Demi nama baik Hana, Green pun menandatangani suratnya. Dia memiliki kepercayaan diri dalam hal bahwa ia tidak akan mungkin melanggar isi surat perjanjian itu. Itu berarti keluarga Assa akan baik-baik saja. Green juga berpikir, bahwa dengan menandatangani surat itu, ia telah menunjukkan niat baiknya pada Hana dan keluarga Winata bahwa sebenarnya dia siap untuk bertanggung-jawab. Terserah jika mereka mau membuangnya kemudian, Green sudah ikhlas. Biar bagaimanapun sedikit banyak dialah yang membuat Hana berada dalam situasi seperti ini.

***

Green dikawal oleh dua pengawal untuk memasuki wilayah tempat ibadah yang sudah ditentukan. Kawasan tempat itu dijaga dengan ketat dan tampak sangat tertutup. Sementara di dalam ruangan, suara piano terdengar mengalun lembut menenangkan. Di sana tidak begitu ramai, tetapi semua mata tertuju padanya. Mereka sejenak terpukau ketika mendapati bahwa pengantin pria tenyata sangat tampan. Bahkan timbul keraguan apa jangan-jangan itu bukan gosip belaka tetapi justru kenyataan bahwa Hana tertarik pada lelaki ini dan menghabiskan malam bersamanya di apartemen.

Sebagian besar dari hadirin adalah kerabat keluarga Winata, dan sebagian lainnya adalah keluarga besar Winata sendiri. Dua di antaranya adalah sepupu Hana yang bernama Ferdinand Winata dan Shila Winata. Mereka kakak beradik dan akan menyapa Green. Mereka sebenarnya sangat terkejut atas berita pernikahan ini dan alasan sepupu mereka itu menikah yaitu untuk mencegah skandal, bukankah amat disayangkan? Bagaimana dengan Marcell, si ikan besar? Andai Shila secantik Hana, Shila pasti akan penuh percaya diri menggantikan Hana untuk menggaet Marcell.

Selain mereka, di sana juga hadir Tuan Alex Milan, lalu istrinya, Evelyn Milan, dan putri mereka, Veronika.

"Aku sempat berpikir dia Marcell, Pa," celetuk Veronika dengan suara pelan. Matanya masih tak lepas mengawasi sosok pengantin laki-laki yang saat ini tampak kikuk ketika orang-orang menyambutnya. Rasa iri kembali menggelayuti hati Veronika. Mungkin karena calon suami Hana sangat tampan.

"Iya. Papa juga hampir terkejut. Di foto wajahnya tidak begitu jelas. Tetapi saat ini dia memang terlihat sedikit mirip. Tapi perlu kamu tahu, Sayang, dia hanyalah anak yatim piatu dan sangat miskin. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Marcell, " ucap Alex pada putrinya yang sangat ia sayangi itu. Tetapi kata-kata Alex sama sekali tidak bisa menghibur Veronika.

"Di saat seperti ini, Hana tetap saja beruntung," gumam Veronika. Suaranya memang rendah tetapi sebenarnya rasa kesal sudah meletup-letup di hatinya. Sepertinya rasa iri sudah bercokol kuat, tertanam di jiwanya, sehingga sedikit hal baik yang didapat Hana sudah langsung merusak suasana hatinya yang tadinya sangat baik.

Ferdinand dan Shila melangkah, hendak menghampiri Green, tetapi di saat itu juga pengantin wanita sudah tiba. Green dituntun untuk menyambut Hana yang akan keluar dari mobil.

Deg!

Wajah Green berubah menjadi bodoh ketika melihat pengantinnya sangatlah cantik dengan balutan gaun selayar pengantin berwarna putih. Dandanan Hana cukup sederhana tetapi terlihat sangat indah, membuat jantung Green berdebar tak karuan.

Bersambung..

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cahaya Bulan
azibbbb azibbb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status