Share

Episode 4. Williams Global Corporation

Hai, apa kabarmu? Kuharap sehat-sehat saja. Saat ini aku sudah berada di Ibukota. Kamu sudah tahu kan alasanku jauh-jauh datang kemari? Iya benar, itulah tujuanku. Apa kamu kecewa akan keputusanku?

Sudah kuduga, kamu orang yang baik. Harusnya kamu tidak perlu memedulikan orang sepertiku. Sayang sekali, sepertinya kamu orang yang penuh rasa simpati, sehingga sulit untuk tidak peduli. Untuk mengurangi rasa bersalahku padamu, aku akan menjelaskanmu akan beberapa hal yang ada dalam pikiranku.

Yang pertama, jika aku bertahan hidup, aku hanya akan menjadi beban seumur hidup bagi Paman, Bibi dan juga Rafa. Dan yang kedua, saat aku mati, aku terbebas dari segala penderitaan. Dunia ini kejam, sama sekali tidak ada tempat untuk orang lemah sepertiku. Maka dari itu, aku akan pergi untuk selamanya.

***

Green melangkah perlahan. Ternyata tidak sulit mencari jembatan layang di ibukota. Lokasinya sangat sepi, karena jembatan ini biasanya hanya dilewati pada malam hingga dini hari oleh tanker-tanker minyak. Cukup jauh Green berjalan hingga akhirnya dia melihat tiang pembatas yang cukup tinggi pada jembatan layang itu. Ditatapnya bangunan tiang itu, sangat kokoh dari dasar hingga ujungnya. Ah, dia berniat memanjat tiang itu. Dia berpikir bahwa dia akan mati seketika jika jatuh dari ketinggian itu. Maka dia pun segera memanjat tiang itu. Terus dan terus memanjat. Dan sampailah dia di atas, di ujung tiang bangunan itu.

Green menghela nafas beberapa kali, memanjat itu saja rasanya lelah sekali. Dasar lemah. Sepatutnyalah dia merasa tak berguna. Green berdiri tegak, lalu tak berapa lama dia melihat ke bawah. Sungguh curam! Tetapi tidak ada rasa takut sedikit pun di hatinya. Karena apa? Karena dia memang sudah tidak ingin hidup lagi. Green lalu mengalihkan pandangannya, menatap jauh lurus ke depan.

"Paman Budi, Bibi Mirna, Rafa. Terima kasih untuk segala rasa sayang yang telah kalian berikan padaku. Selama ini kalian sudah bersikap seperti keluargaku sendiri. Sementara keluarga kandungku sendiri menganggapku telah mati. Tak ada satu orang pun yang tahu kalau aku bermarga Williams. Karena mereka telah melarangku untuk menggunakannya. Padahal, seandainya mereka ingin tahu, aku sendiri juga enggan memakai marga itu. Terima kasih, karena Paman sudah mau meminjamkan marga Paman padaku selama ini hingga detik ini. Biarkan aku mati sebagai Green Assa. Bukan sebagai Green Williams. Aku menyayangi kalian bertiga. Maafkan aku karena harus mengakhiri semuanya dengan cara seperti ini. Selamat tinggal Paman, Bibi, Rafa."

Green memejamkan mata dan siap untuk terjun ke bawah, membawa semua luka, penderitaan dan rasa kecewa yang teramat dalam. Ingin mengubur semua itu bersama dengan kematiannya.

***

Williams Global Corporation adalah perusahaan raksasa ternama di skala internasional. Tidak hanya bergerak dalam bidang industri, tetapi juga bergerak dalam bidang jasa, properti, retail perdagangan, kesehatan, logistik, manufaktur, konstruksi, dan produksi film, bahkan pendidikan.

Untuk di negara ini, Williams Global Corporation telah membentuk berbagai bidang perusahaan. Semua orang cerdas dan berbagai perusahaan ternama berbondong-bondong, berkompetisi dan bersaing ketat agar bisa menjadi bagian ataupun bekerjasama dengan perusahaan raksasa Williams Global Corporation. Bahkan dalam skala terendah, menjadi satpam dan office boy di perusahaan ini saja sudah sangatlah membanggakan, karena mereka mendapatkan gaji jauh di atas upah minimum negeri ini.

Tetapi sekali lagi, tidak sembarangan orang yang bisa masuk di perusahaan ini. Banyak syarat yang harus dipenuhi dan persaingannya sangat ketat. Selain cerdas, kamu harus memiliki rupa yang menarik. Ya, kecerdasan dan rupalah yang menjadi syarat mutlak perusahaan tersebut, bukan ijazah, yang hanya dijadikan sebagai syarat lampiran saja. Jadi, Williams Global Corporation memiliki keunikan tersendiri. Jika seseorang yang berparas menarik, bisa membuktikan dirinya cerdas dalam bidang tertentu saat melewati berbagai tes rumit, walaupun ia tidak memiliki ijazah sekalipun, selamat, ia pasti akan bisa menjadi salah satu pegawai di Williams Global Corporation. Dia juga akan mendapatkan pendidikan singkat untuk menunjang kecerdasannya agar menjadi semakin berguna di bidang keahliannya itu.

Sayangnya, kebanyakan manusia hanya memiliki ijazah saja tetapi tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Untuk orang-orang yang seperti ini, mereka hanya bisa mengelus dada. Mereka tidak akan pernah bisa masuk menjadi bagian dari Williams Global Corporation, kecuali di dalam mimpi!

Keluarga besar Winata, yang notabene adalah orang-orang cerdas, beberapa di antara mereka, mampu menjadi bagian dari Williams Global Corporation. Bahkan menjabat di bagian yang cukup penting di perusahaan raksasa tersebut.

Keluarga besar Winata juga memiliki perusahaan besar tersendiri, yang bernama PT Andalan Winata. Tuan Anton Winata dipercayakan langsung oleh Nyonya besar Erina Winata, untuk mengelolanya. Perusahaan yang berkembang di bidang alat rumah sakit ini memerlukan waktu hampir 20 tahun untuk mendapatkan pasar dalam lingkup global Asia. PT Andalan Winata begitu mengandalkan sektor marketing dalam meningkatkan penjualannya, seperti turun langsung pada pameran-pameran asia untuk memperkenalkan diri. Salah satunya adalah pameran hospital equipment di Singapura. Tercatat setidaknya 90 produk telah menjadi kebanggaan PT Andalan Winata, yang disalurkan ke berbagai rumah sakit ternama di Asia.

Melalui persaingan yang keras, Tuan Anton Winata akhirnya berhasil menjalin kerjasama dengan Williams Global Corporation sehingga menjadi pemasok produk-produk alat kesehatan yang dikonsumsi langsung oleh Williams Hospital, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar negeri. Keluarga besar Winata selama dua tahun ini sangat bangga dan salut terhadap Tuan Anton Winata beserta istrinya, Jihan Winata.

Tuan Anton Winata dan Jihan Winata memiliki seorang putri bernama Hana Winata, gadis yang sangat cantik. Hana Winata adalah cucu kebanggaan Nyonya besar Erina Winata, ibu kandung dari Anton. Dari tiga cucu perempuan yang ia miliki, Hanalah yang paling ia sayangi. Kenapa? Karena selain cantik, Hana juga cerdas. Ketika kecil, Hana selalu bercerita tentang cita-citanya dengan mata yang berbinar! Cita-cita masa kecil untuk menjadi seorang psikolog, dan nantinya ia ingin bekerja sebagai HRD di perusahaan besar, atau menjadi dosen di universitas ternama. Sungguh cita-cita yang cukup spesifik untuk seorang anak kecil. Hana adalah pribadi yang bersemangat dan ceria. Dari kecil hingga sekarang dia beranjak SMA, orang-orang selalu menaruh hati padanya. Siapa yang tidak suka pada Hana? Hanya orang-orang yang memiliki rasa dengkilah yang tidak suka padanya.

Sayangnya sifatnya yang impulsif, penolong dan ramah membuat kecerdasan yang ia miliki sepertinya menjadi sia-sia, sehingga terkadang dia bisa berada dalam situasi yang sangat menekan. Ayah dan ibunya selalu mengingatkannya akan kekurangannya itu. Tetapi Hana terkadang lupa begitu saja. 

Bersambung..

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Gondronk Muhtadin
teratas dan menang
goodnovel comment avatar
Putri
lamban dan lambat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status