Share

Episode 5. Menyambut Kematian

Sebuah mobil bewarna hitam melaju kencang. Di mobil itu bunyi ponsel sedari tadi terus berdering membuat sang empunya merasa kesal. Si pengemudi mencari tempat untuk menghentikan mobilnya. Begitu berhenti, ia melihat siapa yang menelepon.

"Papa?" gumamnya, lalu mengangkat telepon.

"Halo, Pa," sapa Hana.

"Hana, kenapa kamu malah membawa mobil Papa? Kan kamu bisa diantar sama supir," ucap Anton, ayah dari Hana.

"Iya, Pa. Tadi aku buru-buru," jawab Hana sambil melirik ke kursi belakang, di sana ada kue dan minuman.

"Apa kamu sudah sampai di tempat acara?" tanya Anton Winata memastikan.

Hari ini akan ada acara peluncuran film oleh Williams Entertainment, salah satu perusahaan milik Williams Global Corporation. Dan Hana akan menjadi pasangan Marcell Williams di sana. Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu oleh keluarga Winata, karena Marcell Williams adalah cucu kandung dari Reyhans Williams, pemilik Williams Global Corporation.

Sejak setengah tahun yang lalu, keluarga Williams sepertinya menetap di negara ini untuk melihat perkembangan beberapa perusahaan mereka. Tidak tahu akan berapa lama, mungkin sampai Marcell lulus SMA. Tetapi sejak itu pula keluarga Winata memiliki rencana agar Hana bisa memikat Marcell. Hana adalah andalan mereka karena terlihat lebih menonjol dari semua putri keluarga Winata. Dan Kebetulan Hana juga satu kelas dengan Marcell di Williams High School 21. Jika Hana berhasil menggaet Marcell, bukankah ini yang disebut dengan pencapaian yang luar biasa? Hana sendiri sangat menyukai Marcell. Sifat dan sikap Marcell menjadi tantangan tersendiri baginya. Semakin sulit Marcell didekati, semakin bersemangatlah Hana untuk memperjuangkannya. 

"Belum, Pa. Ini..ini sebentar lagi sampai," ucap Hana berbohong.

"Hmmm. Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan," ucap Anton.

Bip bip bip.. Panggilan pun berakhir. Hana membuang nafas kasar. Dan baru sebentar saja, ponsel Hana berbunyi kembali. Hana kembali melirik layar ponselnya.

"Hah? Marcell!" Cepat-cepat gadis itu mengangkatnya.

"Halo, Marcell. Maaf, aku telat. Tadi mendadak ada les tambahan. Tapi sekarang aku sudah di jalan, tunggulah sebentar lagi, aku akan sampai, ya?" ucapnya berbohong. Padahal sebenarnya tadi itu dia mampir terlebih dahulu ke rumah Sartika, temannya, karena Sartika memanggilnya lewat telepon.

Sartika berkata bahwa ia memiliki ide bagus agar kebersamaan Hana dengan Marcell untuk hari ini bisa berjalan dengan romantis. Ternyata Sartika sudah memasakkan beberapa jenis kue yang enak dan membuatkan minuman buah dalam botol. Jujur saja, Hana sempat merasa konyol akan bantuan temannya, Sartika. Bukankah cara ini terlalu kampungan? Tetapi Hana memutuskan untuk setuju dan membawa makanan dan minuman itu, serta akan mengatakan bahwa itu semua adalah buatannya sendiri, sesuai anjuran Sartika. Mudah-mudahan saja Marcell suka memakannya dan memujinya nanti. Tetapi, siapa sangka karena rencana mendadak itu, dia malah jadi terlambat sampai ke acara. Hana menyesal mampir ke rumah Sartika. Kalau papanya sampai tahu dia terlambat, pasti Hana akan dimarahi.

"Sepuluh menit. Kalau kau tak sampai juga, aku cari gadis lain untuk jadi pasanganku!" ketus Marcell Williams. Marcell memang memiliki sifat yang dingin dan gelagatnya juga terlihat angkuh.

"Apa?" Hana terkejut. Apa ia tidak salah mendengar? Mencari gadis lain? Apa Marcell benar akan melakukan itu?

Bip bip bip.. Mercell memutuskan panggilan.

"Halo? Halo Marcell?" Gadis itu melihat layar ponselnya. Panggilan terputus.

"Tidak. Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Marcell! Kamu cuma akan menjadi milikku!" tegas Hana hampir berteriak dengan tangan terkepal.

"Bagaimana ini? Ah, jembatan layang Meranti! Lewat jalan itu pasti cepat sampai," batinnya.

Walaupun gadis ini tahu benar bahwa jalan itu tidak diperuntukkan untuk mobil, tetapi demi lelaki yang sangat disukainya, lelaki tercinta yang selama setengah tahun ini dia kejar-kejar, dia siap melanggar peraturan. Bahkan dia tidak memikirkan apakah ada CCTV lalu lintas yang dipasang di jalur tersebut. Tanpa pikir panjang dia pun segera melajukan mobilnya ke jalan Meranti.

Mobil gadis itu masih melaju dengan kencang memasuki jembatan layang Meranti. Hingga beberapa saat kemudian mobilnya mengalami masalah.

Ddrrrgggg ddrrrgggg..

"Apa-apaan ini?" gumam Hana. Mobilnya melambat dan berhenti begitu saja. Berulang kali dia mencoba menghidupkan mesinnya, tetapi tidak juga menyala.

"Aku bisa gila! Bagaimana ini?" teriaknya sambil memukul setir mobil. Gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sudah susah payah dia menarik perhatian Marcell hingga Marcell memilihnya sebagai pasangan di acara peluncuran film terbaru, hasil produksi Williams Entertainment, tetapi sekarang hancur begitu saja.

Hana segera keluar dari mobilnya. Berjalan mondar-mandir. Ia sama sekali tidak paham soal mesin mobil, kecuali hanya mengendarainya. Dia ingin segera mencari tumpangan tetapi bagaimana dengan mobilnya? Jika memanggil derek mobil, maka ketahuanlah bahwa dia telah melanggar peraturan pemerintah tentang jalan. Dan tentunya hal ini akan mempermalukan nama baik keluarga Winata. Tetapi, kalau dia memutuskan untuk menelepon papanya, memberitahu semua situasinya, yang ada papanya akan marah besar. Bisa-bisa, apartemen miliknya yang sudah susah payah dia dapatkan dari papanya dengan segala bentuk upaya dan rayuan maut, akan ditarik oleh papanya kembali. Hana memang cerdas tetapi tampaknya kecerdasannya hanya mendominasi dalam pelajaran di sekolah saja. Sementara dalam kehidupan sehari-hari dia sering dipengaruhi oleh sifatnya yang impulsif. Itulah sebabnya saat ini dia malah menghadapi kesulitan.

Hana berupaya menenangkan pikirannya. Tidak. Tidak. Masalah mobil tidak terlalu penting. Yang paling utama sekarang adalah bagaimana supaya ia sampai ke sana segera walaupun sudah sangat terlambat, yang penting berupaya terlebih dahulu. Mana tahu Marcell hanya menggertaknya saja ketika berkata ingin mencari penggantinya. Marcell kan selama ini memang selalu bersikap seperti itu, selalu bersikap cuek seolah tidak suka. Buktinya, kali ini Marcell mengajaknya menjadi pasangannya malam ini. Marcell adalah tipe tsundere! Begitulah pemikiran Hana.

Matanya kini melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan ke arah mana dia harus berjalan agar lebih cepat keluar dari area jembatan layang tersebut supaya segera mendapat tumpangan. Setelah menimbang-menimbang, dia memutuskan berjalan terus. Tetapi semakin terus melangkah, semakin pupuslah harapannya untuk bertemu Marcell.

"Ini, ini semakin jauh saja. Aku benar-benar sudah gila sekarang. Harusnya dari tadi aku melihat g****e map! Di mana kecerdasanmu, Hana!" Hana mengomel dalam hati.

Tap krek tap krek tap..

"Um? Suara apa itu?" Hana menoleh ke sumber suara, matanya langsung melebar ketika menatapnya.

"Hah? Orang itu ngapain manjat tiang? Apa jangan-jangan..? Tidak, tidak mungkin! Aku tidak mungkin sesial ini, kan?" Erika mendongak melihat seorang lelaki memanjat tiang jembatan yang cukup tinggi itu.

"Dia? Dia? Apa benar ingin bunuh diri? Tidak. Tidak bisa. Aku tidak bisa sesial ini, melihat orang bunuh diri secara langsung di hadapanku! Tidaakk!" Hana menarik nafas dalam. "Tapi, tapi, aku harus bagaimana sekarang?" Hana mendadak sangat gugup.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Gondronk Muhtadin
hidup dan risiko
goodnovel comment avatar
Putri
mau bunuh diri tapi takut heran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status