"Tapi Kang-"
"Sudah jangan dipikirkan, ingat, ada aku di sini, aku yang akan bertanggung jawab dengan hidup kita, kamu tenang saja ya sayang," ucap Azlan memotong perkataan Nauma. Dia memeluk Nauma dan membelai rambut panjangnya.Nauma masih saja terisak, dia masih belum rela uang yang selama ini dikumpulkan dirampas begitu saja oleh Codet. Azlan juga sebenarnya merasa bingung, disaat kesempatan emas datang lagi, uang hasil tabungan mereka yang dirampas. Mau tidak mau, Azlan berpikir keras bagaimana caranya agar besok bisa menemui Agnes?Malam hari Azlan tidak pergi ke parkiran, dia menemani Nauma di kamar mushola. Dia takut Codet datang lagi dan mencelakai istrinya. Naumatidur dalam kesedihan, Azlan memeluk Nauma dengan sangat erat, bahkan dia sudah menahan pintu kamar mereka dengan lemari yang disediakan Pak ustadz.Azlan tidak bisa tidur, dia terus saja siaga karena ketakutannya. Apapun bisa terjadi kepada mereka disaat mereka lengah. Azlan mengusap-usap kepala Nauma, "Maafkan aku ya sayang, sudah membuat kamu sengsara seperti ini, aku janji, aku akan terus berusaha dan tidak akan pernah menyerah," gumam Azlan, dia mencium kening istrinya berulangkali dan memeluknya lebih erat lagi."Bismillah, semoga kamu aman ya Neng, aku tinggal dulu sebentar," bisik Azlan di telinga Nauma, lalu dia mencium keningnya.Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Azlan berniat pergi ke pasar. Dia berharap ada pedagang yang membutuhkan tenaganya untuk menjadi kuli panggul. Azlan keluar kamar dan mengunci Nauma dari luar.Azlan berjalan dengan mantap, dia langsung ke pasar dan berhenti di hadapan truk pengangkut sayur. Beruntung ada pedagang yang membutuhkan bantuannya."Letakkan saja di situ ya," suruh pedagang pasar."Baik Bu."Azlan menangkat banyak karung sayur dan juga buah, tidak hanya satu pedagang yang memakai jasa panggulnya. Ada beberapa pedagang yang membutuhkan jasanya, sepuluh karung sayur dihargai dua puluh ribu oleh mereka. Dalam jangka waktu tiga jam, Azlan mampu mengangkat lima puluh karung, dan itu artinya dia mendapatkan uang sebesar seratus ribu. Pakaian yang dikenakannya sudah kebas oleh keringat, napasnya juga memburu tidak beraturan. Siapa saja yang melihatnya pasti merasa kasihan.Tepat sebelum adzan subuh, Azlan sudah sampai di mushol. Dia langsung membersihkan diri agar Nauma tidak melihat kondisinya yang sedang kelelahan. Tepat setelah Azlan selesai mandi, Nauma terbangun dari tidurnya."Kamu sudah bangun sayang?" tanya Azlan."Wangi sekali kamu Kang," balas Nauma sambil mengendus tubuh Azlan yang wangi dan segar."Iya dong, siapa dulu, hehehe, sudah kamu mandi dulu sana, sebentar lagi adzan subuh, aku tunggu di dalam musholah ya, kita sholat bersama jamaah yang lain.""Siap Kang."Nauma langsung membersihkan diri dan ikut bergabung dengan jemaah wanita di mushola. Setelah selesai sholat, mereka duduk di pekarangan mushola."Hari ini kita jadi ketemu mba Agnes nggak Kang?" tanya Nauma."Jadi dong, kan aku mau jadiin kamu istri seorang artis," jawab Azlan antusias, dia melupakan rasa lelahnya."Bagaimana kita ke sana kalau tidak memiliki uang?" ucap Nauma, dia mengembuskan napas dan menyenderkan kepalanya di bahu Azlan.Azlan tersenyum, "Ini uangnya, kamu saja yang pegang." Azlan memberikan uang hasil kerja kerasnya subuh tadi kepada Nauma.Nauma terkejut dengan uang yang ada di depan wajahnya, "I-ini uang siapa Kang? Akang pinjam dari siapa? Bagaimana kita mengembalikannya Kang?" tanya Nauma."Uang dari Allah, nggak usah diganti.""Aku nanya serius Kang." Nauma menatap wajah Azlan dengan keseriusannya."Aku lebih serius sayang, tadi Pak ustadz yang memberikannya karena kita telah menjaga mushola ini," balas Azlan dengan membohongi Nauma."Alhamdulliah, berarti hari ini kita jadi ketemu mba Agnes?"Azlan tersenyum sambil menyelipkan rambut Nauma ke belakang telinga, "Jadi dong sayang, kita bersihkan mushola ini dulu, kalau sudah bersih kita ke kantor mba Agnes, oke."Azlan sengaja berbohong kepada Nauma agar dia tidak merasa khawatir. Mereka berdua membersihkan mushola dengan sangat bersih. Begitu selesai, mereka bersiap untuk menemui Agnes di kantornya. Mereka ke kantor Agnes menggunakan motor butut Azlan, sepanjang perjalanan mereka bertanya kepada pengguna jalan meminta arahan alamat kator Agnes. Berkat arahan pengguna jalan, akhirnya mereka sampai di kantor Agnes."Permisi mba, bisa saya bertemu dengan mba Agnes?" tanya Azlan kepada resepsionis."Maaf, apakah anda sudah membuat janji?""Sudah mba," jawab Azlan cepat."Atas nama siapa?""Azlan.""Silahkan tunggu sebentar, saya konfirmasi dulu."Setelah mengonfirmasi, resepsionis langsung mengajak Azlan dan Nauma untuk bertemu dengan Agnes. Resepsionis itu menuntun mereka sampai ke ruangan Agnes."Akhirnya kamu datang juga," ucap Agnes."Tentu saja saya datang mba."Azlan dan Nauma duduk di hadapan Agnes, mereka membicarakan kontrak kerja secara singkat dan juga keuntungan yang akan di dapatkan Azlan sebagai artis. Agnes menyerahkan kontrak kerja kepada Azlan."Kalau kamu setuju, kamu bisa menandatanganinya di surat kontrak ini, kamu baca saja lebih dulu," ucap Agnes.Azlan merasa sangat bahagia dan bersemangat, dia langsung menandatangani surat kontrak tanpa membacanya. Bukan hanya Azlan, Nauma juga sangat bersemangat dan tidak mengingatkan Azlan untuk membaca semua persyaratan kontrak."Kamu sudah yakin?" tanya Agnes."Yakin sekali mba," jawab Azlan mantap."Berarti kamu setuju dengan semua persyaratan yang ada di kontrak kerja?""Apapun itu saya setuju mba."Tanpa disangka, isi perjanjian yang ada di kontrak kerja dapat membuat hubungan Azlan dan Nauma merenggang. Tentu saja Agnes bahagia karena Azlan menyetujui semua persyaratan."Di dalam surat kontrak itu, kamu tidak diperbolehkan mengungkap pernikahan kalian, kamu harus mengaku single di depan publik," terang Agnes.Degh!Azlan dan Nauma terkejut dengan apa yang diucapkan Agnes, mereka saling pandang dan tidak percaya dengan perkataan Agnes. Mereka menyesal karena tidak membaca isi perjanjian kontrak terlebih dahulu."Bagaimana mungkin saya tidak boleh mengakui Nauma sebagai istri saya? Saya menerima ini semua demi membahagiakannya, bukan untuk menyembunyikannya," protes Azlan."Di dalam surat perjanjian sudah diterangkan, dan kamu sudah menyetujuinya. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, lagi pula untuk pendatang baru akan cepat mendapatkan popularitas jika mereka masih single."Nauma terlihat sedih, dia terus menundukkan wajahnya dan tidak ikut berkomentar. Diremas tangannya untuk menyalurkan kesedihan, dadanya terasa sesak karena harus menerima syarat itu. 'Bagaiamana mungkin statusku sebagai istri disembunyikan?' batin Nauma, matanya sudah berkaca-kaca dan dia menahan air matanya agar tidak terjatuh."TIDAK! Saya tidak mau menerima syarat itu," tolak Azlan."Kamu tidak bisa menolaknya karena kamu sudah menandatanganinya, kecuali kamu siap membayar denda pembatalan kontrak.""Tidak! Tidak! Bagaimana mungkin saya menyembunyikan status istri saya sendiri? Mba sudah menjebak saya," ucap Azlan sambil menggelengkan kepalanya. Dia masih tidak percaya dengan kebodohan yang baru saja dilakukannya. "Saya sudah memperingatkan kamu untuk membacanya terlebih dahulu, tetapi kamu sendiri yang menandatangani tanpa membacanya," balas Agnes menyalahkan Azlan. "Sudahlah Kang, aku tidak masalah, sudah terjadi juga, lagi pula kita tidak memiliki uang untuk membayar dendanya," timpal Nauma, dia merangkul lengan Azlan. "Tetapi kami masih diperbolehkan tinggal satu rumah 'kan?" tanya Azlan memastikan. "Tentu saja boleh, tetapi publik tidak boleh mengetahui status kalian yang sebenarnya," jawab Agnes. "Baiklah kalau begitu, kontrak ini berlangsung berapa lama?" "Dua tahun, selama dua tahun kamu harus mengaku single, setelah kontrak ini selesai, kita akan perbaharui lagi kontraknya, itupun jika kamu masih mau menjadi artis." Azlan dan Nauma hanya terdiam, sudah tidak ada ka
"Bukankah begitu, Azlan?" tanya Agnes. Mata coklat Azlan menatap Agnes dengan penuh kemarahan, dia melirik Nauma. Mata Nauma membola saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Agnes. Azlan tidak menyangka kalau Agnes akan menganggap Nauma sebagai pembantunya. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Azlan melangkahkan kalinya, tetapi Nauma menghentikannya. Nauma menggelengkan kepala untuk mencegah perbuatan yang akan Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, maafkan perbuatan kami," ucap petugas keamanan dengan wajah penuh sesal. Azlan memalingkan wajahnya, tidak menjawab permohonan maaf penjaga yang ada di dekatnya. Azlan menatap wajah Nauma, dia melihat ada kesdihan di matanya. 'Kenapa jadi aku yang menjadi penyebab kesedihannya?' batin Azlan. Tidak berselang lama, para pengawal pergi meninggalkan luka di hati dan tubuh mereka. "Kenapa mba ngomong gitu? Kenapa mba memposisikan Nauma sebagai pembatu saya?" tanya Azlan, matanya juga menunjukkan kemarahan yang teramat sangat. "Memang
"Neng!... kamu di mana?" Azlan mencari keberadaan Nauma. Dia baru sadar kalau Nauma tidak ada di sampingnya. Mendengar teriakan Azlan, Nauma menghapus jejak air matanya dengan kasar. Azlan mencari Nauma, satu persatu kamar dibuka olehnya. Dia panik karena tidak bisa menemukan Nauma. Saat dia membuka kamar terakhir, dia melihat Nauma yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya terlihat gemetar dan itu membuat Azlan semakin panik. "Sayang... kamu kenapa?" tanya Azlan. Dia memeluk tubuh Nauma dan merasakan hawa panas dari tubuhnya. "Kamu sakit?" tanya Azlan sambil menyentuh kening Nauma dengan punggung tangannya. Nauma hanya terdiam, tubuhnya bergetar hebat karena deman yang dideritanya. "Kamu tunggu di sini ya, Neng. Aku beli obat dulu," ucap Azlan dengan panik. Dia langsung berlari ke luar apartemen dan mencari apotek untuk membeli obat. Azlan terus saja berlari, "Pasti Nauma sakit gara-gara aku, pasti kejadian hari ini menjadi pukulan berat baginya," racaunya saat sedan
"Maaf, saya belum terbiasa," jawab Azlan. "Kalau belum terbiasa berusaha lebih keras dong! Kalau seperti ini namanya kamu mengerjai kami!" Azlan mengepalkan tangannya dan berusaha tersenyum. Fotografer merasa kesal dengan Azlan yang selalu saja tidak bisa mengikuti instruksinya. "Yasudah kita mulai lagi, kali ini kamu harus lebih santai, jangan kaku seperti tadi," ucap Fotografer. Azlan berusaha santai dan mengikuti semua arahan yang diberikan, tetapi mereka semua masih belum puas dengan usaha Azlan. "Santai!... Santai!... Lo bisa santai gak? Jangan kaku gitu!" bentak fotografer. "Fero, kamu ke sana gantikan Azlan, dan kamu Azlan, lihat cara Fero berpose," timpal Agnes. Fero adalah pria yang tadi menghina Azlan, dia merasa bangga karena bisa menjadi artis yang selalu diutamakan oleh Agnes. Dia menunjukkan kebolehannya di depan kamera, dia ingin menunjukkan kepada Azlan kalau dia lebih baik darinya. Azlan fokus memperhatikan Fero dan pose-pose yang diperagakannya. "Bagus... pose
"Tidak!... lepaskan." Nauma terus saja memberontak. Banyak pejalan kaki yang melintas tetapi mereka tidak ada yang berani menyelamatkannya. Bukan hanya pejalan kaki saja, para pedagang pasar dan juga tukang ojek tidak ada yang berani melawan Codet. Codet terus saja menarik Nauma dengan paksa, bahkan dia merangkul Nauma dengan erat. Nauma merasa sangat ketakutan, dirinya kini sedang dalam bahaya. Saat Nauma ditarik paksa oleh Codet, ada seorang pria yang melihat ketakutan Nauma dari dalam mobilnya. "Mengapa tidak ada yang menolong gadis itu?" gumamnya. Dia langsung menghentikan mobilnya lalu keluar dari dalam mobil. Pria itu terus berjalan dengan langkah lebar, dia juga tidak lupa mengenakan masker jika di depan khalayak umum. "Berhenti! Lepaskan wanita itu!" teriaknya. Codet menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan itu,dan Nauma merasa lega karena ada yang berani menyelamatkannya. "Siapa lo berani-beraninya ngelawan gue?" tanya Codet. Matanya juga menatap dengan tatapan memb
"Semua ini nggak akan terjadi kalau lo nggak hadir di hidup gue!" bentak Fero. "Sudah jangan bertengkar, salah kamu juga karena terlambat. Sudah tahu ada pertemuan penting, kamu malah menyepelekannya. Beruntung aku membawa Azlan," ucap Agnes. Dia terus saja menyalahkan Fero. Mendengar ucapan Agnes, Fero langsung pergi dari hadapan mereka. Dia tidak menyesal telah menyelamatkan Nauma dan melepaskan keinginan terbesarnya. Meskipun dia merasa kesal dengan Azlan, tetapi kekesalan itu tergantikan saat teringat senyuman Nauma. "Yasudah kalau gitu, kamu sudah bisa pulang," ucap Agnes setelah kepergian Fero. Azlan tidak membalas perkataan Agnes, dia malah memandangi sisa makanan yang masih utuh di atas meja. 'Pasti Nauma senang kalau aku bawa makanan seperti ini, tapi sayang, harganya mahal sekali,' ucapnya dalam hati. "Azlan! Kamu kenapa? Apakah kamu masih lapar?" tanya Agnes menyadarkan lamunan Azlan. "Eh, t-tidak mba, saya hanya berpikir kalau Nauma pasti senang jika saya membawa maka
"Aku kecewa banget sama kamu Neng." Azlan pergi dari hadapan Nauma. Hatinya sangat sedih dan kecewa kepada Nauma yang tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dia kembali duduk di balkon kamar, lalu menghidupkan rokok. Dia merasa tidak berguna sebagai suami yang tidak bisa menjaga istrinya. Jangankan menjaga, tahu soal pelecehan itu saja tidak. "Pantas saja tadi di studio perasaan gue nggak tenang, ternyata benar ada yang nggak beres, seharusnya gue terus nelpon Nauma dan memastikan keadaannya, bodoh! Bodoh kamu Azlan," gumam Azlan sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Sudah banyak puntung rokok yang dihisap olehnya, sampai dia tidak sadar diri dan terlelap di balkon kamar. Pagi harinya, Nauma terkejut melihat keadaan Azlan yang sedang tertidur dengan posisi duduk, juga puntung rokok yang berserakan. "Akang... bangun... ini sudah pagi, kenapa Akang tidur di luar?" panggil Nauma, dia menggoyang-goyangkan tubuh Azlan agar Azlan terbangun. Azlan terbangun karena perg
"Ugh... le-lepas," ucap Agnes, dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Azlan. Dia terus berusaha meskipun napasnya tertahan. "K-kamu sudah gila? Semua ini aku lakukan demi karir kamu, hanya dengan cara ini kamu bisa mendapatkan ketenaran, dan bisa mengumpulkan uang dengan cepat," sambungnya lagi setelah Azlan melepaskan cekikannya. Agnes terus saja memegangi lehernya karena masih merasakan cekikan itu. Azlan merasa sangat frustasi, dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. Berulang kali dia mengingatkan diri untuk terus bertahan, agar cepat mendapatkan uang demi membahagiakan Nauma. "Baiklah, berapa lama kita ke Paris?" tanya Azlan. "Paling cepat seminggu jika tidak ada kendala, sekarang kita lakukan dulu pemotretan di sini agar tidak diburu waktu," balas Agnes. Mereka berdua berjalan besisian menuju studio pemotretan. Jhon Company, perusahaan yang bekerjasama dengan mereka adalah perusahaan yang bergerak di bidang fashion, dan produknya sudah mendunia. Azlan