Share

BAB 9

Author: Nuraselina
last update Last Updated: 2023-02-17 11:05:42

"Tapi Kang-"

"Sudah jangan dipikirkan, ingat, ada aku di sini, aku yang akan bertanggung jawab dengan hidup kita, kamu tenang saja ya sayang," ucap Azlan memotong perkataan Nauma. Dia memeluk Nauma dan membelai rambut panjangnya.

Nauma masih saja terisak, dia masih belum rela uang yang selama ini dikumpulkan dirampas begitu saja oleh Codet. Azlan juga sebenarnya merasa bingung, disaat kesempatan emas datang lagi, uang hasil tabungan mereka yang dirampas. Mau tidak mau, Azlan berpikir keras bagaimana caranya agar besok bisa menemui Agnes?

Malam hari Azlan tidak pergi ke parkiran, dia menemani Nauma di kamar mushola. Dia takut Codet datang lagi dan mencelakai istrinya. Naumatidur dalam kesedihan, Azlan memeluk Nauma dengan sangat erat, bahkan dia sudah menahan pintu kamar mereka dengan lemari yang disediakan Pak ustadz.

Azlan tidak bisa tidur, dia terus saja siaga karena ketakutannya. Apapun bisa terjadi kepada mereka disaat mereka lengah. Azlan mengusap-usap kepala Nauma, "Maafkan aku ya sayang, sudah membuat kamu sengsara seperti ini, aku janji, aku akan terus berusaha dan tidak akan pernah menyerah," gumam Azlan, dia mencium kening istrinya berulangkali dan memeluknya lebih erat lagi.

"Bismillah, semoga kamu aman ya Neng, aku tinggal dulu sebentar," bisik Azlan di telinga Nauma, lalu dia mencium keningnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Azlan berniat pergi ke pasar. Dia berharap ada pedagang yang membutuhkan tenaganya untuk menjadi kuli panggul. Azlan keluar kamar dan mengunci Nauma dari luar.

Azlan berjalan dengan mantap, dia langsung ke pasar dan berhenti di hadapan truk pengangkut sayur. Beruntung ada pedagang yang membutuhkan bantuannya.

"Letakkan saja di situ ya," suruh pedagang pasar.

"Baik Bu."

Azlan menangkat banyak karung sayur dan juga buah, tidak hanya satu pedagang yang memakai jasa panggulnya. Ada beberapa pedagang yang membutuhkan jasanya, sepuluh karung sayur dihargai dua puluh ribu oleh mereka. Dalam jangka waktu tiga jam, Azlan mampu mengangkat lima puluh karung, dan itu artinya dia mendapatkan uang sebesar seratus ribu. Pakaian yang dikenakannya sudah kebas oleh keringat, napasnya juga memburu tidak beraturan. Siapa saja yang melihatnya pasti merasa kasihan.

Tepat sebelum adzan subuh, Azlan sudah sampai di mushol. Dia langsung membersihkan diri agar Nauma tidak melihat kondisinya yang sedang kelelahan. Tepat setelah Azlan selesai mandi, Nauma terbangun dari tidurnya.

"Kamu sudah bangun sayang?" tanya Azlan.

"Wangi sekali kamu Kang," balas Nauma sambil mengendus tubuh Azlan yang wangi dan segar.

"Iya dong, siapa dulu, hehehe, sudah kamu mandi dulu sana, sebentar lagi adzan subuh, aku tunggu di dalam musholah ya, kita sholat bersama jamaah yang lain."

"Siap Kang."

Nauma langsung membersihkan diri dan ikut bergabung dengan jemaah wanita di mushola. Setelah selesai sholat, mereka duduk di pekarangan mushola.

"Hari ini kita jadi ketemu mba Agnes nggak Kang?" tanya Nauma.

"Jadi dong, kan aku mau jadiin kamu istri seorang artis," jawab Azlan antusias, dia melupakan rasa lelahnya.

"Bagaimana kita ke sana kalau tidak memiliki uang?" ucap Nauma, dia mengembuskan napas dan menyenderkan kepalanya di bahu Azlan.

Azlan tersenyum, "Ini uangnya, kamu saja yang pegang." Azlan memberikan uang hasil kerja kerasnya subuh tadi kepada Nauma.

Nauma terkejut dengan uang yang ada di depan wajahnya, "I-ini uang siapa Kang? Akang pinjam dari siapa? Bagaimana kita mengembalikannya Kang?" tanya Nauma.

"Uang dari Allah, nggak usah diganti."

"Aku nanya serius Kang." Nauma menatap wajah Azlan dengan keseriusannya.

"Aku lebih serius sayang, tadi Pak ustadz yang memberikannya karena kita telah menjaga mushola ini," balas Azlan dengan membohongi Nauma.

"Alhamdulliah, berarti hari ini kita jadi ketemu mba Agnes?"

Azlan tersenyum sambil menyelipkan rambut Nauma ke belakang telinga, "Jadi dong sayang, kita bersihkan mushola ini dulu, kalau sudah bersih kita ke kantor mba Agnes, oke."

Azlan sengaja berbohong kepada Nauma agar dia tidak merasa khawatir. Mereka berdua membersihkan mushola dengan sangat bersih. Begitu selesai, mereka bersiap untuk menemui Agnes di kantornya. Mereka ke kantor Agnes menggunakan motor butut Azlan, sepanjang perjalanan mereka bertanya kepada pengguna jalan meminta arahan alamat kator Agnes. Berkat arahan pengguna jalan, akhirnya mereka sampai di kantor Agnes.

"Permisi mba, bisa saya bertemu dengan mba Agnes?" tanya Azlan kepada resepsionis.

"Maaf, apakah anda sudah membuat janji?"

"Sudah mba," jawab Azlan cepat.

"Atas nama siapa?"

"Azlan."

"Silahkan tunggu sebentar, saya konfirmasi dulu."

Setelah mengonfirmasi, resepsionis langsung mengajak Azlan dan Nauma untuk bertemu dengan Agnes. Resepsionis itu menuntun mereka sampai ke ruangan Agnes.

"Akhirnya kamu datang juga," ucap Agnes.

"Tentu saja saya datang mba."

Azlan dan Nauma duduk di hadapan Agnes, mereka membicarakan kontrak kerja secara singkat dan juga keuntungan yang akan di dapatkan Azlan sebagai artis. Agnes menyerahkan kontrak kerja kepada Azlan.

"Kalau kamu setuju, kamu bisa menandatanganinya di surat kontrak ini, kamu baca saja lebih dulu," ucap Agnes.

Azlan merasa sangat bahagia dan bersemangat, dia langsung menandatangani surat kontrak tanpa membacanya. Bukan hanya Azlan, Nauma juga sangat bersemangat dan tidak mengingatkan Azlan untuk membaca semua persyaratan kontrak.

"Kamu sudah yakin?" tanya Agnes.

"Yakin sekali mba," jawab Azlan mantap.

"Berarti kamu setuju dengan semua persyaratan yang ada di kontrak kerja?"

"Apapun itu saya setuju mba."

Tanpa disangka, isi perjanjian yang ada di kontrak kerja dapat membuat hubungan Azlan dan Nauma merenggang. Tentu saja Agnes bahagia karena Azlan menyetujui semua persyaratan.

"Di dalam surat kontrak itu, kamu tidak diperbolehkan mengungkap pernikahan kalian, kamu harus mengaku single di depan publik," terang Agnes.

Degh!

Azlan dan Nauma terkejut dengan apa yang diucapkan Agnes, mereka saling pandang dan tidak percaya dengan perkataan Agnes. Mereka menyesal karena tidak membaca isi perjanjian kontrak terlebih dahulu.

"Bagaimana mungkin saya tidak boleh mengakui Nauma sebagai istri saya? Saya menerima ini semua demi membahagiakannya, bukan untuk menyembunyikannya," protes Azlan.

"Di dalam surat perjanjian sudah diterangkan, dan kamu sudah menyetujuinya. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, lagi pula untuk pendatang baru akan cepat mendapatkan popularitas jika mereka masih single."

Nauma terlihat sedih, dia terus menundukkan wajahnya dan tidak ikut berkomentar. Diremas tangannya untuk menyalurkan kesedihan, dadanya terasa sesak karena harus menerima syarat itu. 'Bagaiamana mungkin statusku sebagai istri disembunyikan?' batin Nauma, matanya sudah berkaca-kaca dan dia menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"TIDAK! Saya tidak mau menerima syarat itu," tolak Azlan.

"Kamu tidak bisa menolaknya karena kamu sudah menandatanganinya, kecuali kamu siap membayar denda pembatalan kontrak."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 163. Tamat

    "Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 162

    "Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 161

    "Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 160

    "Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 159

    "Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga

  • Suami Tampan Tetapi Pengangguran   BAB 158

    "Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status