Share

BAB 9

"Tapi Kang-"

"Sudah jangan dipikirkan, ingat, ada aku di sini, aku yang akan bertanggung jawab dengan hidup kita, kamu tenang saja ya sayang," ucap Azlan memotong perkataan Nauma. Dia memeluk Nauma dan membelai rambut panjangnya.

Nauma masih saja terisak, dia masih belum rela uang yang selama ini dikumpulkan dirampas begitu saja oleh Codet. Azlan juga sebenarnya merasa bingung, disaat kesempatan emas datang lagi, uang hasil tabungan mereka yang dirampas. Mau tidak mau, Azlan berpikir keras bagaimana caranya agar besok bisa menemui Agnes?

Malam hari Azlan tidak pergi ke parkiran, dia menemani Nauma di kamar mushola. Dia takut Codet datang lagi dan mencelakai istrinya. Naumatidur dalam kesedihan, Azlan memeluk Nauma dengan sangat erat, bahkan dia sudah menahan pintu kamar mereka dengan lemari yang disediakan Pak ustadz.

Azlan tidak bisa tidur, dia terus saja siaga karena ketakutannya. Apapun bisa terjadi kepada mereka disaat mereka lengah. Azlan mengusap-usap kepala Nauma, "Maafkan aku ya sayang, sudah membuat kamu sengsara seperti ini, aku janji, aku akan terus berusaha dan tidak akan pernah menyerah," gumam Azlan, dia mencium kening istrinya berulangkali dan memeluknya lebih erat lagi.

"Bismillah, semoga kamu aman ya Neng, aku tinggal dulu sebentar," bisik Azlan di telinga Nauma, lalu dia mencium keningnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, Azlan berniat pergi ke pasar. Dia berharap ada pedagang yang membutuhkan tenaganya untuk menjadi kuli panggul. Azlan keluar kamar dan mengunci Nauma dari luar.

Azlan berjalan dengan mantap, dia langsung ke pasar dan berhenti di hadapan truk pengangkut sayur. Beruntung ada pedagang yang membutuhkan bantuannya.

"Letakkan saja di situ ya," suruh pedagang pasar.

"Baik Bu."

Azlan menangkat banyak karung sayur dan juga buah, tidak hanya satu pedagang yang memakai jasa panggulnya. Ada beberapa pedagang yang membutuhkan jasanya, sepuluh karung sayur dihargai dua puluh ribu oleh mereka. Dalam jangka waktu tiga jam, Azlan mampu mengangkat lima puluh karung, dan itu artinya dia mendapatkan uang sebesar seratus ribu. Pakaian yang dikenakannya sudah kebas oleh keringat, napasnya juga memburu tidak beraturan. Siapa saja yang melihatnya pasti merasa kasihan.

Tepat sebelum adzan subuh, Azlan sudah sampai di mushol. Dia langsung membersihkan diri agar Nauma tidak melihat kondisinya yang sedang kelelahan. Tepat setelah Azlan selesai mandi, Nauma terbangun dari tidurnya.

"Kamu sudah bangun sayang?" tanya Azlan.

"Wangi sekali kamu Kang," balas Nauma sambil mengendus tubuh Azlan yang wangi dan segar.

"Iya dong, siapa dulu, hehehe, sudah kamu mandi dulu sana, sebentar lagi adzan subuh, aku tunggu di dalam musholah ya, kita sholat bersama jamaah yang lain."

"Siap Kang."

Nauma langsung membersihkan diri dan ikut bergabung dengan jemaah wanita di mushola. Setelah selesai sholat, mereka duduk di pekarangan mushola.

"Hari ini kita jadi ketemu mba Agnes nggak Kang?" tanya Nauma.

"Jadi dong, kan aku mau jadiin kamu istri seorang artis," jawab Azlan antusias, dia melupakan rasa lelahnya.

"Bagaimana kita ke sana kalau tidak memiliki uang?" ucap Nauma, dia mengembuskan napas dan menyenderkan kepalanya di bahu Azlan.

Azlan tersenyum, "Ini uangnya, kamu saja yang pegang." Azlan memberikan uang hasil kerja kerasnya subuh tadi kepada Nauma.

Nauma terkejut dengan uang yang ada di depan wajahnya, "I-ini uang siapa Kang? Akang pinjam dari siapa? Bagaimana kita mengembalikannya Kang?" tanya Nauma.

"Uang dari Allah, nggak usah diganti."

"Aku nanya serius Kang." Nauma menatap wajah Azlan dengan keseriusannya.

"Aku lebih serius sayang, tadi Pak ustadz yang memberikannya karena kita telah menjaga mushola ini," balas Azlan dengan membohongi Nauma.

"Alhamdulliah, berarti hari ini kita jadi ketemu mba Agnes?"

Azlan tersenyum sambil menyelipkan rambut Nauma ke belakang telinga, "Jadi dong sayang, kita bersihkan mushola ini dulu, kalau sudah bersih kita ke kantor mba Agnes, oke."

Azlan sengaja berbohong kepada Nauma agar dia tidak merasa khawatir. Mereka berdua membersihkan mushola dengan sangat bersih. Begitu selesai, mereka bersiap untuk menemui Agnes di kantornya. Mereka ke kantor Agnes menggunakan motor butut Azlan, sepanjang perjalanan mereka bertanya kepada pengguna jalan meminta arahan alamat kator Agnes. Berkat arahan pengguna jalan, akhirnya mereka sampai di kantor Agnes.

"Permisi mba, bisa saya bertemu dengan mba Agnes?" tanya Azlan kepada resepsionis.

"Maaf, apakah anda sudah membuat janji?"

"Sudah mba," jawab Azlan cepat.

"Atas nama siapa?"

"Azlan."

"Silahkan tunggu sebentar, saya konfirmasi dulu."

Setelah mengonfirmasi, resepsionis langsung mengajak Azlan dan Nauma untuk bertemu dengan Agnes. Resepsionis itu menuntun mereka sampai ke ruangan Agnes.

"Akhirnya kamu datang juga," ucap Agnes.

"Tentu saja saya datang mba."

Azlan dan Nauma duduk di hadapan Agnes, mereka membicarakan kontrak kerja secara singkat dan juga keuntungan yang akan di dapatkan Azlan sebagai artis. Agnes menyerahkan kontrak kerja kepada Azlan.

"Kalau kamu setuju, kamu bisa menandatanganinya di surat kontrak ini, kamu baca saja lebih dulu," ucap Agnes.

Azlan merasa sangat bahagia dan bersemangat, dia langsung menandatangani surat kontrak tanpa membacanya. Bukan hanya Azlan, Nauma juga sangat bersemangat dan tidak mengingatkan Azlan untuk membaca semua persyaratan kontrak.

"Kamu sudah yakin?" tanya Agnes.

"Yakin sekali mba," jawab Azlan mantap.

"Berarti kamu setuju dengan semua persyaratan yang ada di kontrak kerja?"

"Apapun itu saya setuju mba."

Tanpa disangka, isi perjanjian yang ada di kontrak kerja dapat membuat hubungan Azlan dan Nauma merenggang. Tentu saja Agnes bahagia karena Azlan menyetujui semua persyaratan.

"Di dalam surat kontrak itu, kamu tidak diperbolehkan mengungkap pernikahan kalian, kamu harus mengaku single di depan publik," terang Agnes.

Degh!

Azlan dan Nauma terkejut dengan apa yang diucapkan Agnes, mereka saling pandang dan tidak percaya dengan perkataan Agnes. Mereka menyesal karena tidak membaca isi perjanjian kontrak terlebih dahulu.

"Bagaimana mungkin saya tidak boleh mengakui Nauma sebagai istri saya? Saya menerima ini semua demi membahagiakannya, bukan untuk menyembunyikannya," protes Azlan.

"Di dalam surat perjanjian sudah diterangkan, dan kamu sudah menyetujuinya. Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, lagi pula untuk pendatang baru akan cepat mendapatkan popularitas jika mereka masih single."

Nauma terlihat sedih, dia terus menundukkan wajahnya dan tidak ikut berkomentar. Diremas tangannya untuk menyalurkan kesedihan, dadanya terasa sesak karena harus menerima syarat itu. 'Bagaiamana mungkin statusku sebagai istri disembunyikan?' batin Nauma, matanya sudah berkaca-kaca dan dia menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"TIDAK! Saya tidak mau menerima syarat itu," tolak Azlan.

"Kamu tidak bisa menolaknya karena kamu sudah menandatanganinya, kecuali kamu siap membayar denda pembatalan kontrak."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status