Главная / Romansa / Suami Terbaikku / 4. Ulah Mbak Jelita

Share

4. Ulah Mbak Jelita

Aвтор: Shifa Asya
last update Последнее обновление: 2023-08-17 15:53:46

Shafa merasa seluruh tubuhnya seperti remuk. Pinggul dan kakinya terasa sangat sakit. Kepalanya pusing dan tenggorokannya perih. Entahlah, hanya dia yang merasakannya atau Alby juga merasakan hal yang sama. Untuk bangun pun, rasanya Shafa tidak sanggup. Dia membangunkan Alby yang masih tidur bertelanjang dada. Mulai saat itu, Shafa sangat menyukai tubuh kekar suaminya.

"Mas, bangun. Nanti kamu terlambat, loh?"

"5 menit lagi," jawab Alby dengan mata yang masih tertutup.

"Ayo, bangun!"

"5 menit lagi, Sayang." Suaranya terdengar serak dan berat. Bagi Shafa, Alby terlihat sangat seksi.

"Kalau terlambat, jangan salahin aku, ya?"

"Iya, deh!" Alby mulai bangun. Walau posisinya sudah duduk, tapi, matanya masih terpejam.

"Cepet, ke kamar mandi! Kalau masih di kasur, kantuknya enggak bakal hilang," ucap Shafa yang masih bersandar di sandaran kasur.

"Cium." Alby memanyunkan bibirnya.

"Enggak! Udah cukup tadi malem!"

"Cium dulu!"

"Enggak!"

Matanya melotot dan menatap Shafa dengan tajam. "Shafa?"

Bibir Shafa yang lembut, menabrak bibir Alby yang sedikit kering. Iya, Shafa akhirnya menuruti mau suaminya yang manja itu.

"Kenapa kamu masih di kasur? Biasanya udah sibuk di dapur?"

"E-enggak apa-apa, kok."

"Sakit, ya, karena semalem?" Shafa malu untuk mengakuinya. "Maaf, ya, kalau semalem aku terlalu kasar?" Alby mengelus perut Shafa dengan lembut. "Kamu bakal segera hamil, 'kan?"

"Semoga aja, Mas."

"Semalem, aku gagah, enggak?" Shafa hanya mengangguk malu. "Kamu suka?" Shafa mengangguk lagi, dengan senyuman di bibirnya. "Kalau kamu suka, pasti Mbak Jelita juga suka, 'kan?" Shafa langsung memukul Alby yang tidak berhenti meledeknya.

***

Sepertinya, Alby masih terbayang akan wajah Shafa saat mereka melakukannya semalam. Senyuman tidak pudar dari mulut Alby. Guru seniornya menyadari hal itu.

"Al, kamu kenapa senyam-senyum gitu?"

Alby terkejut dan langsung menyadari keberadaan mereka. "E-enggak apa-apa, Pak."

"Kamu udah lakuin, 'kan?"

"Lakuin apa, Pak?" Alby pura-pura tidak tahu dan langsung pergi keluar ruang guru.

"Berapa lama, Al? 3 jam? 5 jam?" bisik seorang guru bernama Hendra, yang 11 tahun lebih tua darinya.

"Enggak usah bahas itu, Pak." Mereka tertawa bersama.

Sesampainya di kantin, Alby yang sedang duduk bersama Hendra, didatangi oleh beberapa murid mereka. "Pak Alby udah nikah, ya? Kok, enggak ngundang kita, Pak?"

"Iya, kita mau tau, kaya apa, sih, cewe yang Pak Alby suka?"

"Lebih cantik saya atau dia, Pak?"

"Kenalin istrinya ke kita, dong, Pak!"

"Iya! Bener, tuh, Pak!"

"Souvernirnya masih ada, Pak? Saya minta, dong!"

Alby hanya tersenyum mendengar apa yang muridnya katakan. Dia merupakan guru favorit di sekolah itu. Selain baik dan ramah, wajah tampannya membuat siswi di sana terpanah.

"Saya nikah di Jakarta. Dia cantik dan baik, makannya saya mau nikah sama dia. Kalau ada waktu, saya bakal undang kalian dateng ke rumah untuk ketemu sama istri saya," jawab Alby dengan ramah.

"Serius, Pak?"

"Pak Alby bakal segera punya anak, loh!" Hendra berbisik pada muridnya.

Respon cepat dari salah satu siswi itu. "Pak Alby udah bikin anak?!"

***

Pekerjaan rumah sudah beres. Shafa hanya menonton televisi dan bermain ponsel. Karena bosan, Shafa memutuskan untuk pergi ke suatu tempat dan pulang lebih awal. Kafe paling dekat berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Segera Shafa memesan ojek online yang datang dengan cepat.

Kafe bernuansa alam, dikelilingi bunga tulip yang harum itu akan menjadi kafe favorit Shafa. Hidangan yang disajikan, tidak kalah enaknya dengan sajian di restoran mahal. Shafa mengambil posisi tengah, dekat dengan kolam ikan.

"Kenapa aku tiba-tiba teringat Sonya, ya?" Saat melihat bunga tulip, Shafa teringat sahabatnya yang sangat menyukai bunga tersebut.

"Sonya dimana, ya, sekarang?" Shafa kembali menelpon Sonya dan mengecek sosial media sahabatnya itu. Tapi, tidak ada respon atau balasan apapun dari Sonya.

Baru sekitar 30 menit Shafa di kafe tersebut, Alby sudah menelponnya dan menyuruhnya segera pulang. Shafa tidak tahu kalau Alby akan pulang secepat itu. Dia segera meninggalkan kafe dan mendatangi taxi online yang sudah dia pesan sebelumnya.

"Kamu di mana, Sayang?"

"Aku pulang sekarang, nih."

"Mau aku jemput?"

"Enggak usah. Udah dulu, ya? Aku mau jalan, nih."

Seorang wanita yang wajahnya sangat familiar, membuat Shafa kembali menutup pintu taxi dan berlari mendekati wanita itu. Tapi, wanita yang dia kejar tiba-tiba menghilang diantara kerumunan orang.

"Itu kayak Sonya? Apa jangan-jangan, Sonya tinggal di sekitaran sini, ya?"

Walau wanita itu sudah tidak terlihat, Shafa terus berjalan mencarinya. Benar saja, dia melihat wanita itu masuk ke dalam mobil. Shafa segera menghentikan taxi kosong yang lewat untuk mengejar mobil yang ditumpangi wanita itu.

"Sonya, apa itu kamu?"

Lagi-lagi, Shafa kehilangan jejak wanita itu. Entah ke mana mobil yang sedari tadi dia ikuti. Karena Alby berkali-kali menelponnya, Shafa kembali pulang ke rumah dengan rasa penasaran yang menyelimuti pikirannya.

"Aku berharap, itu beneran Sonya."

***

Jelita yang tahu kalau Shafa tidak ada di rumah, dengan sengaja bertamu ke rumah Alby. Dia membawa camilan keripik kentang balado kesukaan Alby. Alby sendiri bingung, dari mana Jelita bisa tahu segala hal yang dia sukai? Berkali-kali Alby menyuruh Jelita pulang, namun wanita itu terus saja mengajak ngobrol.

Tiba saat Shafa pulang dengan raut wajah tak semangat, Alby langsung membuka pintu dan memeluk juga mencium kening istrinya itu. "Kamu dari mana, sayang?"

"Aku bosen di rumah. Jadi, aku pergi ke kafe dekat sini."

"Oh, ke kafe, ya? Kalau cuma ke kafe, kok, penampilannya sebagus itu?" sosor Jelita dengan cepat. Shafa baru sadar kalau Jelita ada di dalam rumahnya, hanya berdua dengan Alby.

"Mbak Jelita?" Raut wajah Shafa berubah menjadi resah. Dia menarik tangan Alby, untuk berdiri di belakangnya. "Maksud Mbak Jelita apa, ya? Emangnya Mbak Jelita pikir, saya pergi ke mana?"

"Ya, mana saya tau."

"Mbak Jelita sendiri, kenapa berpenampilan kayak mau pergi kondangan, padahal cuma belanja di tukang sayur komplek?" balas Shafa.

"Loh, saya ini janda yang lagi cari suami. Wajar aja kalau penampilan saya selalu menarik. Kalau Mbak Shafa kan, udah punya suami."

"Lebih baik, sekarang Mbak Jelita keluar dari rumah saya! Jangan ganggu suami saya lagi, paham?!"

"Kamu enggak usah marah-marah. Saya datang dengan niat baik, kok."

"Niat baik? Sejak kapan menggoda suami orang itu adalah niat baik?!"

"Menggoda? Saya enggak pernah menggoda Mas Alby, kok."

"Kalau gitu, jauhin suami saya!"

"Kenapa kamu sewot? Mas Alby aja selama ini enggak pernah larang saya buat datang."

"Pergi dari sini!"

Jelita tidak terima dibentak seperti itu. Alby menutup pintu saat Jelita sudah keluar dan Shafa langsung pergi ke kamar. Dia mengunci pintu kamar dan menangis dibawah bantal.

"Sayang, buka pintunya, dong?"

"Enggak!"

"Aku enggak ngapa-ngapain sama dia, Sayang."

"Kenapa kamu biarin dia masuk ke rumah disaat aku enggak ada?!"

"Dia maksa masuk dan enggak mau pulang, Shaf. Percaya, dong, sama aku."

"Kamu suka sama dia, 'kan?"

"Aku enggak pernah suka sama Mbak Jelita. Aku enggak pernah tertarik sama dia."

"Aku enggak mau ngomong sama kamu!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Terbaikku   45. Tamat?

    Shafa merasa kalau dia penyebab semua kekacauan itu. Kekacauan di hidupnya dan di hidup orang-orang terdekatnya. Karena menikah dengannya, Alby jadi banyak menderita. Lalu karena mengenalnya, Rendi jadi harus merasakan jatuh cinta yang tak berbalas.Di halaman belakang rumah, Shafa duduk termenung sampai lupa waktu. Bahkan Mbok Dewi yang menjemput Bizar di sekolah. Sudah 2 hari Shafa banyak melamun dan tidak pergi bekerja."Mbak Shafa?"Lamunannya tersadarkan dan Shafa menengok. "Ada apa, Mbok?""Tadi Bizar di jemput kakeknya. Dia merengek minta ikut kakeknya untuk ketemu Mas Alby. Enggak apa-apa, toh?""Enggak apa-apa, Mbok.""Ada masalah apa, toh, Mbak? Beberapa hari ini melamun terus?""Kalau Mbok di posisi aku, siapa yang bakal Mbok pilih? Mas Alby atau Rendi?""Loh, itu soal perasaan masing-masing, Mbak. Mbok enggak punya alasan untuk kasih jawaban ke Mbak.""Mereka tulus cinta sama aku, Mbok. Tapi aku enggak bisa balas ketulusan itu.""Mbak pernah bersama Mas Alby. Harusnya Mbak

  • Suami Terbaikku   44. Jawaban Shafa Untuk Rendi

    Walau tidak sejauh Indonesia-Australia, Shafa tetap merasakan dirinya jauh dari Alby. Di luar ruangan dengan kaca besar sebagai pembatas, Shafa terus menatap Alby sambil menangis sesenggukan. Satu persatu kenangan kebersamaan mereka saat dulu berputar bergantian. Sampai Bizar datang dan menghentikan putaran memori itu."Bunda!"Bersama Rendi, Bizar datang dengan masih mengenakan seragam sekolah dan ransel berkarakter Superman kesukaannya. Seperti tau apa yang bundanya rasakan, Bizar memeluk Shafa dengan sangat erat."Ayah kenapa, Bunda? Ayah sakit, ya?" tanya Bizar yang juga ikut menangis."Iya, ayah sakit. Tapi Bizar enggak usah khawatir. Pasti sebentar lagi ayah sembuh, kok."Anak lelaki dengan tubuh yang masih sangat kecil itu berusaha memeluk Shafa agar sepenuhnya masuk dalam pelukannya. "Aku sedih banget. Pasti Bunda lebih sedih, 'kan? Selama ini aja Bunda selalu nangis padahal enggak tau keadaan ayah. Apalagi sekarang saat bunda liat ayah sakit?" Bizar memeluknya lagi sambil mene

  • Suami Terbaikku   43. Ungkapan Alby

    Hari yang sangat melelahkan untuk Alby lewati. Tapi juga membahagiakan karena mungkin itu keinginan terakhir yang telah terpenuhi. Dia hanya ingin memiliki anak dari Shafa, walau dengan status yang sudah berbeda.Sepertinya Shafa sadar kalau Alby terlihat jauh lebih kurus dari terakhir bertemu 5 tahun lalu. Bahkan, otot yang dulu selalu menjadi bantalan sudah tidak nampak lagi. Iya, itu semua karena penyakit yang dia alami sejak 3 tahun lalu. Kalau dipikir, itu lebih baik daripada dia meninggal Shafa dan anaknya disaat keluarga mereka utuh dan penuh kebahagiaan. Kepergiannya akan sangat menyakitkan untuk berikan, 'kan?"Iya, Pa. Aku di Yogya dari 2 hari lalu. Maaf aku enggak kasih tau Papa dulu." Sembari tiduran, Alby sengaja menelpon Fahri yang sudah beberapa kali menghubunginya."Kamu sendirian? Ngapain kamu ke sana?""Iya, aku pergi ke sini sendirian. Aku kangen sama Shafa, makannya aku ke Indonesia.""Tapi kamu lagi sakit, Al. Papa takut kamu kenapa-napa di sana. Kamu ngerti perasa

  • Suami Terbaikku   42. Pesan Alby?

    "Albizar, bangun, yuk? Katanya mau jalan-jalan sama ayah?"Sebenarnya bukan hanya kali itu, tapi setiap harinya Bizar selalu mudah jika dibangunkan. Bahkan, dia selalu bangun saat mendengar bundanya menangis di malam hari."Emangnya ayah udah dateng, Bun?""Nanti ayah jemput di kafe. Sekarang, Bizar siap-siap dulu. Mandi, terus sarapan, oke?"Mandi pun, Bizar sudah bisa melakukannya sendiri, tapi masih tetap dipantau sang bunda. Untuk makan, sudah sejak usia 3 tahun Bizar mulai makan tanpa di suapi. Shafa tidak heran kalau Bizar tergolong anak yang cerdas sejak kecil, karena itu pasti turunan dari ayahnya."Ayo, Bunda! Pasti ayah udah dateng."Shafa masih sibuk menguncir rambutnya disaat anaknya sudah menunggu di luar rumah. "Tunggu, Sayang.""Cepet, Bunda.""Iya, sabar."Bizar duduk dengan resah, tidak sabar bertemu ayahnya. Bukan salah liat, Bizar langsung memanggil saat melihat Alby datang. "Ayah?!""Assalamualaikum?""Wa'alaikumsalam, Ayah! Bunda, ayah dateng!"Walau tidak bisa mem

  • Suami Terbaikku   41. Penyakit

    Acara telah selesai. Kafe sudah sepi, hanya menyisakan para karyawan yang merapikan sisa acara. Alby duduk diposisi paling ujung, dekat jendela yang memperlihatkan hujan di malam hari. Ditemani secangkir mocaccino coffee, Alby menunggu dengan sabar."Bunda, itu siapa? Dari tadi om itu liatin aku terus, sih?" tanya Bizar pada sang bunda."Ayo, ikut Bunda."Shafa menggendong Bizar dan mendekati Alby. Rasanya sangat canggung saat kembali bertemu setelah sekian lama. Kalau Alby, dia canggung pada sang anak yang baru kali pertama dia temui.Bizar melihat Alby sebentar, kemudian memeluk bundanya yang masih menggendongnya. "Bizar, dengerin bunda dulu coba." Tangan Shafa mengelus kepala anaknya seakan merapikan rambut. "Bizar mau ketemu ayah, kan?""Iya, mau.""Ini ayah Bizar. Om yang dari tadi liatin Bizar itu ayah. Ayahnya Bizar."Kepalanya yang kecil kembali menengok dan menatap Bizar dengan wajah polosnya. "Ayah?"Setelah mencoba memberanikan diri, Alby akhirnya benar-benar berani untuk me

  • Suami Terbaikku   40. Pertemuan

    5 tahun berlalu. Shafa mengurus anak laki-lakinya tanpa suami. Tapi tidak sendirian, ada Mbok Dewi yang masih setia menemaninya. Mbok Dewi memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai ART karena ingin kembali berjualan, ditemani dengan Shafa. Sudah 2 tahun mereka berjualan keliling menjajakan kue buatan sendiri. Sampai akhirnya, Shafa memiliki sebuah kafe, modal dari sang kakak.Keberadaannya di Yogya diketahui oleh Rendi setelah Shafa melahirkan. Tapi, Alby dan ayahnya–Fahri–sama sekali tidak terdengar kabarnya. Rindu. Iya, itu yang Shafa rasakan walau mereka sudah lama bercerai.Bizar tumbuh menjadi anak tampan dan pintar. Usianya sudah menginjak 5 tahun. Tentu dia banyak bertanya tentang ayahnya. Di mana ayah? Kapan aku ketemu ayah? Dan beberapa pertanyaan lain yang selalu diulang.Hari itu, Shafa sengaja memboking sendiri kafe miliknya untuk ulang tahun Bizar. Dia mengundang teman sekelas Bizar dan guru-gurunya juga."Ayo, silahkan masuk. Di pakai topinya, ya?" Shafa memberikan topi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status