Beranda / Urban / Suami Terhebat / Bab 1. Penantian Suami Bisu

Share

Suami Terhebat
Suami Terhebat
Penulis: Langit Berawan

Bab 1. Penantian Suami Bisu

Penulis: Langit Berawan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 06:40:10

Denzel merapatkan jaket hitam yang membungkus tubuhnya. Untuk kesekian kali, lelaki bertubuh jangkung dan bermata sipit itu melongok ke dalam celah-celah gerbang sekolah, mencari-cari adik iparnya yang belum juga muncul padahal sudah banyak siswa SMA Dian Harapan yang berhamburan keluar dari gerbang sekolah.

Denzel tahu bahwa Vania tidak mau dijemput olehnya. Dan dia jadi serbasalah. Istrinyalah yang memintanya menjemput Vania. 

“Lagi nunggu Vania, ya?” tiba-tiba seseorang bertanya. 

Ketika Denzel memalingkan wajah, tampak tiga gadis berseragam sudah berada di dekatnya dengan tatapan seperti orang yang sedang melihat onggokan sampah. Yang barusan bertanya berdiri di tengah; rambutnya pendek dan ia terlihat tomboy.

Denzel mengangguk.

“Kakak iparnya Vania,  ya?” tanya si gadis itu lagi, dan lagi-lagi Denzel mengangguk.

“Ternyata benar kan isu yang selama ini beredar. Kakak iparnya Vania itu bisu. Ini dari tadi dia cuma mengangguk-angguk saja. Lucu deh. Kayak burung pelatuk,” kata gadis itu ke kedua temannya, dan mereka tertawa mengejek.

Di titik inilah Vania, adik iparnya Denzel yang ditunggu-tunggu itu, akhirnya muncul.

Vania mendekat. Tatapannya penuh dengan kemarahan yang tertuju padanya. 

Ketika Vania hendak berlalu mengabaikan Denzel, ketiga gadis tadi mengadangnya.

“Jadi orang itu harus bisa terima kenyataan, dong... akuin aja kalau di keluarga lo ada orang bisu menyedihkan kayak dia,” ujar si rambut pendek.

“Iya, songong lo, Van... keluarga sendiri masa enggak lu akui? Kenapa emangnya? Malu punya kakak ipar bisu?” timpal temannya. 

“Nggak mau mengakui keluarga sendiri? Sampah lah itu namanya,” ujar yang satunya lagi.

Mereka lalu tertawa terbahak-bahak, membuat muka Vania memerah.

“Minggir! Aku mau lewat!” kata Vania yang matanya kini mulai berair.

“Enak aja... lo enggak bisa pergi begitu aja sebelum lo mengakui di depan umum kalau kakak ipar lo itu bisu dan lo itu ‘sampah’. Ayo, cepat lakukan...!” ucap si rambut pendek sambil menarik lengan Vania kuat-kuat.

“Lepasin!” Vania berontak.

Tapi ia tak berhasil,  apalagi setelah kedua teman si rambut pendek itu mencengkeram  kedua bahunya, juga dengan kuat.

Di titik ini, Denzel tak lagi diam. Dia mendekati mereka dan menepuk keras tangan ketiga gadis itu. Dengan isyarat tangannya dia lalu meminta mereka untuk tak mengganggu Vania. Ketiga gadis itu pun pergi sambil melontarkan sumpah serapah. 

Tetapi bukannya direspons positif oleh Vania, Denzel justru dimarahi adik iparnya itu. 

“Ini semua gara-gara kamu, ngapain sih pakai jemput aku segala? Dasar bisu! Bikin malu aku aja...!”

Dengan bahasa isyarat yang entah dimengerti atau tidak oleh Vania, Denzel coba memberi tahu bahwa istrinya, yang biasanya menjemput adik iparnya itu, sedang ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Karena itulah dia yang menjemputnya. 

Tetapi Vania malah semakin kesal.

“Aku itu muak tahu, ngomong sama orang bisu kayak kamu! Nyusahin! Mending kamu pergi aja sana! Aku mau naik taksi!”

Vania mencoba melewati Denzel begitu saja, tetapi Denzel mengadangnya.

Denzel menangkupkan kedua tangan. Dengan tatapan matanya dia berusaha meminta tolong agar Vania mau dia antar pulang.

“Sudah kubilang aku itu muak ngomong sama kamu, Bisu!” teriak Vania.

Denzel merasa teriakan adik iparnya ini menikam dada, membuat dirinya merasa begitu hina sehina-hinanya.

“Ya udah. Buruan. Nyetir yang bener!” ujar Vania kemudian, lalu berjalan menuju mobil.

Denzel menarik napas panjang, lalu mengikuti adik iparnya itu.

Di perjalanan, Vania masih terus mengeluh tentang kenapa dia harus dijemput oleh kakak iparnya yang bisu ini. Denzel tak menanggapi. Dia hanya sesekali melirik Vania lewat kaca spion dalam. Didapati adik iparnya itu menatapnya seperti menatap kotoran.

Meskipun sakit hati, Denzel bisa memahami kenapa Vania begitu membencinya. 

Setahun yang lalu, Denzel menikah dengan Vionka--kakanya Vania--dan pernikahan ini dinilai membuat malu keluarga. Bagaimana bisa seorang perempuan cantik nan memesona bersuamikan seorang lelaki bisu? Memangnya tidak ada laki-laki lain yang bisa dipilih? Inilah yang terus digunjingkan ketika itu. 

Sejujurnya, Denzel sendiri bingung kenapa Vionka sampai memilihnya. Tetapi ia menyukai Vionka, dan pernikahan itu pun terjadi.

“Awas kalau kamu sampai menunjukkan batang hidungmu lagi di sekolah! Kalau sampai itu terjadi, aku nggak akan pernah maafin kamu!” celetuk Vania tiba-tiba.

Denzel melirik lewat spion dalam, mendapati adik iparnya itu memalingkan muka.

Dia lalu mengangguk, tak peduli apakah Vania melihat itu atau tidak.

Ketika mereka akhirnya tiba di depan rumah, Vania dengan tergesa-gesa keluar dari mobil.

Denzel menyusul Vania masuk ke dalam rumah. Rupanya gadis itu sudah masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. 

Denzel menggeleng-gelengkan kepala, lalu menuju ke kamarnya di lantai dua. Di kamar, setelah menutup pintu, dia melihat kalender di atas meja. Matanya tertuju pada sebuah angka di sana.

“Akhirnya penantianku sampai juga pada penghujungnya,” gumam Denzel dalam hati. Dia tersenyum. Satu per satu dia tanggalkan pakaian yang menutupi tubuhnya.

“Mudah-mudahan aku benar-benar bisa menemukan orangtuaku, seperti yang dikatakan kakek tua itu,” lanjutnya.

Sepuluh tahun lalu, ayah dan ibunya Denzel menghilang.  Dia lalu dirawat dan dibesarkan oleh seorang kakek tua misterius. Si kakek misterius ini mengatakan padanya bahwa kelak dia akan kembali bertemu dengan orangtuanya tetapi dia harus hidup sebagai orang bisu selama sepuluh tahun. Dan itulah yang dilakukan Denzel selama ini.

“Sepuluh tahun. Penantian yang panjang,” gumamnya lagi, dalam hati.

Denzel melakukan yoga seperti biasa, mengatur gerakan udara di dalam tubuhnya. 

Dia melihat pantulan dirinya di cermin. Tubuh yang tegap, dada yang bidang, lengan yang berotot, perut yang sixpack. Dia menggerakkan tangan dan tubuh untuk memaksimalkan aliran udara di tubuhnya. Denzel sudah melakukan hal ini selama bertahun-tahun hampir setiap hari, tetapi kali ini dia merasa berbeda.

Dia merasa… lebih segar, juga lebih kuat, seolah-olah dia memiliki tenaga dalam yang telah teraktifkan.

Di titik ini, terdengar sebuah mobil yang berhenti di depan rumah. Dari bunyi mesinnya, itu pasti itu bukan mobil istrinya. Denzel melongok ke jendela.

Dua orang keluar dari mobil yang tampak mewah itu: seorang lelaki dan ibu mertuanya. Denzel tahu siapa lelaki itu. Namanya Stefano, orang kaya sombong yang selalu berusaha mengusik rumah tangganya dengan Vionka.

“Mau apa dia kali ini?” tanya Denzel, dan dia terkejut mendengar suaranya sendiri.

Denzel menarik napas, menahannya, lalu mengeluarkannya lewat mulut sambil membunyikannya.

“Huuuuuu…..”

Dia tersenyum. Kini dia sudah bisa bicara, dan rasanya benar-benar lega. Dia lalu kembali pada rutinitas yoganya. 

Sialnya dia sulit berkonsentrasi, karena samar-samar dia bisa mendengar obrolan ibu mertuanya dengan Stefano di lantai bawah, seakan-akan mereka berdua sengaja membuat obrolan mereka itu terdengar olehnya. 

Stefano. Denzel tahu betul ibu mertuanya itu begitu menyukai lelaki ini, dan tampaknya ingin menjodohkan Vionka dengannya.

Sebuah senyum mengejek terbit di wajah Denzel. 

“Yang benar saja? Memangnya akan kubiarin?” ujarnya.

Denzel memejamkan mata, mencoba berkonsentrasi.

Tapi di titik ini iba-tiba terdengar bunyi gagang pintu dibuka. 

Dan baru saja Denzel membuka mata, pintu kamarnya itu sudah dibuka dengan kasarnya, dan tampaklah adik iparnya di sana. 

Perempuan itu membelalakkan mata. Mulutnya terbuka membentuk huruf “o”.

Untuk pertama kalinya ia melihat kakak iparnya dalam keadaan hampir telanjang--hanya mengenakan celana dalam saja.

“Oh shit!!!” teriaknya kemudian...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Terhebat   Bab 42. Lelah yang Terbayar

    “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya gubernur Aryha mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruangan pasien itu. Terlebih dokter yang bernama Vincent itu, seketika ia terpegun melihat orang nomor satu di ibu kota berada di dalam ruangan itu. “Dokter ini tiba-tiba datang meremehkan pengobatan tradisional, katanya pengobatan sampah,” jelas Denzel sambil memandang sinis ke arah lelaki bertubuh jangkung itu. “Berani benar kamu bicara seperti itu, Dok! Tidak malu kamu dengan seragam yang kamu kenakan?” tegas gubernur memarahi. “I-iya, Pak Gubernur... saya... mengaku salah...,” ucap Dokter Vincent dengan terpaksa sambil tertunduk menatap lantai. Gubernur akhirnya memberi perintah agar Denzel yang merawat anak kecil itu hingga sembuh di kliniknya. Dokter Vincent tampak kecewa, lalu pergi meninggalkan ruang pasien. Tapi, ia memastikan akan membuat perhitungan pada Denzel dia karena sudah mempermalukannya di depan seorang gubernur. Tidak lama kemudian terdengar kembali sirine ambulans

  • Suami Terhebat   Bab 41. Pertengkaran di Ruang Pasien

    “Ayo rebahkan anakmu di situ!” perintah Denzel sambil menunjuk ke arah tempat tidur pasien. “Tolong yang lain semua keluar dari ruangan ini!” tambahnya mengusir semua orang tidak terkecuali Vionka. Kini di dalam ruangan itu tinggal Denzel, pasien, dan ayah dari anak itu. Denzel segera memeriksa pasiennya yang masih kejang-kejang, dengan mengecek bagian mulut dan lidahnya yang tampak membiru. Lalu, ia menyuruh lelaki itu membantunya mendudukan anaknya. Denzel memijit bagian punggung anak kecil itu sambil sesekali ditepuknya. “Uwekss...!” tiba-tiba anak kecil itu mengeluarkan muntah disertai buih berwarna kekuningan dari mulutnya. Sang ayah dengan sigap mengambil tisu lalu menyeka mulut anaknya itu. “Keracunan!” ucap Denzel menyimpulkan hasil pemeriksaannya. “Ya ampun, Nak...” gumam lelaki itu cemas sambil mengelus lengan putranya. “Kamu kasih makan apa sih anakmu ini?” tanya Denzel dengan nada marah pada lelaki di depannya. “Sepertinya tadi dia makan sisa lauk dan sayur sem

  • Suami Terhebat   Bab 40. Bertindak Nekat

    “Kenapa tidak boleh masuk ke ruang ini, Denzel?” tanya Nugraha yang sudah memegang gagang pintu.“E-ehh... sebenarnya ruangan ini...” ucap Denzel terbata merasa sukar untuk menjelaskan.“Ini ruangan steril, Pa, memang tidak boleh sembarang orang masuk, hanya untuk pasien yang memerlukan penanganan khusus saja. Betul begitu kan, Denzel?” Jelas Vionka memotong ucapan Denzel yang tampak susah untuk menjelaskan.“I-iya betul... ini memang kawasan pribadi yang tidak boleh dimasuki,” jawab Denzel untuk meyakinkan alasannya.Semua orang langsung percaya ucapan Denzel dan Vionka, mereka pun mengurungkan niat untuk masuk ke dalam ruang pasien di bagian belakang itu, lalu mereka kembali ke bagian depan klinik untuk melanjutkan duduk-duduk dan ngobrol santai sambil menunggu tamu undangan lain yang tak kunjung datang.“Mengapa tadi kamu ragu begitu pas menjelaskan ke Papa?” tanya Vionka dengan menatap penuh kecurigaan pada Denzel sejurus semua orang pergi.“Oh..., aku hanya bingung saja harus men

  • Suami Terhebat   Bab 39. Pasien Pertama

    Mengingat tadi saat mereka bertemu Tasya, ia sudah menunjukan kebaikannya pada Denzel, Vionka pun mengizinkan suaminya untuk bertemu Hilmawan. Denzel dan istrinya pun kembali ke toko perhiasan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah tujuan pengusaha kaya itu mengajaknya bertemu? Saat bertemu Hilmawan, barulah Denzel tahu bahwa Tasya sudah bercerita pada ayahnya mengenai keahlian Denzel saat di tempat judi batu di Paradise Club, hingga membuat pengusaha itu tertarik untuk mengajaknya bekerjasama. “Sebenarnya bisnis perhiasan sekarang sedang menurun, jadi aku memerlukan bantuan kamu untuk bekerjasama meningkatkan minat pelanggan toko perhiasan kami. Salah satunya dengan mengikuti sebuah pameran perhiasan terbesar yang tidak lama lagi akan diadakan. Di dalam pameran itu juga akan ada penilaian perhiasan terbaik oleh penyelenggara. Jika toko kita menang, maka aku berani membayarmu setengah M, atau bahkan lebih jika penjualan pada pameran itu bisa meraih keuntungan yang besar,” ungkap

  • Suami Terhebat   Bab 38. Ingkar Janji

    “Jaga ucapanmu, Sil! Rupanya sifat burukmu yang selalu merendahkan orang lain belum berubah juga ya?” ucap Vionka sambil menunjuk ke arah Sisilia.“Nggak apa-apa aku jahat, yang penting sekarang aku banyak uang, sedangkan akan melarat seumur hidup menikah dengan lelaki miskin seperti Denzel!” balas Sisilia.“Siapa bilang aku hidupku susah? Jangan sok tahu kamu!”“Tidak perlu ditanya, dari pakaian kalian saja aku sudah bisa tahu standar hidup kalian, terutama pakaian Denzel yang seperti pengemis. Jadi, tidak perlu berlaga kaya, mana mungkin kamu bisa membeli perhiasan yang ada di sini. Atau kalian salah masuk ya, tidak tahu kalau perhiasan di sini semuanya mahal?”Denzel segera menenangkan Vionka agar tidak melayani ucapan Sisilia, “Tidak ada gunanya, hanya buang-buang energi saja,” beritahu Denzel sambil mengajak istrinya menjauh dari wanita itu.Denzel lantas langsung memberitahu petugas toko agar mengeluarkan giok patung dewa dari dalam etalase karena ia ingin membelinya. Sisilia

  • Suami Terhebat   Bab 37. Mengenang Zaman Sekolah

    Hannah memberitahu Vionka perihal klinik pemberian gubernur yang akan dikelola oleh Denzel. Ia juga mengemukakan rencana Denzel untuk mendirikan sebuah toko kecantikan persis di seberang klinik tersebut supaya mereka bisa selalu berdekatan, pergi dan pulang bekerja bersama-sama. Tetapi Vionka tidak terlalu tertarik dengan rencana suaminya itu. Ia masih berharap bisa bekerja di MAC Cosmetics. Selain itu, ia curiga kalau di balik rencana suaminya itu ada niat untuk mengawasinya terus menerus. “Serius yang kamu katakan pada Mama tadi itu?” tanya Vionka saat ia dan Denzel sudah berada di kamar.Denzel tersenyum.“Jadi, benar, ya?”“Iya, Sayang... kalau tempat kerjamu dekat, sewaktu-waktu kalau kamu membutuhkan bantuan aku bisa langsung menyeberang saja. Demikian juga sebaliknya kalau kamu misalnya kangen ingin bertemu aku, sewaktu-waktu kamu bisa datang ke klinik aku,” ungkap Denzel sambil merangkul istrinya yang duduk bersamanya di tepi ranjang.Vionka menepis rangkulan Denzel dengan h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status