SUAMI WARISAN
36 – Tarikan Hasrat
Secepat kilat, Narendra membawa Rengganis masuk ke dalam rumah. Langkahnya tergesa dan dia menendang pintu kamar hingga terbuka.
Narendra mendudukkan Rengganis di atas kasurnya, kemudian dia duduk di sisi ranjang, menatap perempuan yang mulai menggigil itu.
“Nyai, tidak apa-apa?” tanyanya, suaranya yang beberapa saat lalu kasar menghardik Siluman Air kini terdengar lembut. Tangannya terulur mengusap rambut Rengganis yang basah.
“Ta-tadi itu apa?” tanya Rengganis yang masih shock.
Narendra menangkup pipi Rengganis dan menjawab, “Maaf, saya tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Tadi itu Siluman Air, dia penunggu danau sejak dahulu kala. Sepertinya dia tidak suka jika Nyai menutup kembali mata batin yang sudah terbuka.”
“Kenapa?”
Alis Narendra sedikit berkedut saat dia mengingat kembali alasan Siluman Air tadi.
Dia
SUAMI WARISAN37 – Teman SerumahKicau burung ramai bersahut-sahutan pagi itu, namun tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah.Para penghuni rumah di tengah hutan itu sama sekali belum bangun dari lelap tidur mereka. Terutama Rengganis yang masih mengorok di dalam kamar.Kelelahan oleh peristiwa semalam menuntut tubuhnya untuk beristirahat lebih lama dari pada biasanya. Rengganis masih larut dalam mimpinya.Bunga tidur yang tidak pernah mampir di malam-malam sebelumnya.~Rengganis berjalan bertelanjang kaki di atas tanah beralaskan rumput hijau yang dipotong rapi. Empuk dan lembut. Dia tidak pernah merasakan betapa empuk dan lembutnya rumput, layaknya karpet Persia mahal terhampar sejauh mata memandang.Angin sepoi-sepoi bertiup menerpa wajahnya, membelai kulitnya, udara yang bergerak menyentuhnya terasa hangat. Dia juga bisa menghirup aroma manis yang membuatnya penasaran ingin mengecapnya. Rengganis m
SUAMI WARISAN 38 – Jerat Janji “Maksud kamu apa ‘berlaku layaknya suami-istri?!’” suara Rengganis meninggi. “Ya, tinggal bersama, melakukan banyak hal bersama, makan bersama, tidur di ranjang yang sama, bercinta—” BRAKK! Rengganis menggebrak meja. Untung saja saat ini dia tidak sedang mengunyah daging, bisa-bisa dia tersedak mendengar Narendra mengucapkan kata sakral ‘bercinta’ dengan santainya. Wajahnya memerah bagai tomat saat dia melotot memandang Narendra. “Ada apa?” tanya Narendra polos, dia tidak menyadari kalau topik mengenai seksualitas tabu bagi Rengganis. Dia menyipitkan matanya saat mencoba mengintip isi kepala perempuan itu. Ruwet. Narendra terperangah, ini pertama kalinya dia melihat pikiran Rengganis yang berantakan, tak beraturan, tumpang tindih, kacau. “Nyai, ada apa?” tanya Narendra, kali ini khawatir Rengganis bukan hanya shock. “Ka-kamu ….” Rengganis menunjuk Nar
SUAMI WARISAN39 – Simbiosis Mutualisme“Perempuan itu keras kepala. Paling keras kepala di antara semuanya!”Prabu menahan senyumnya mendengarkan Narendra menumpahkan kekesalannya. Patih yang selama ini tidak pernah memperlihatkan keresahannya, kini uring-uringan di hadapannya.Harimau Putih menggeram di sebelahnya, Narendra telah menganggu tidur siangnya. Tangan Prabu menepuk puncak kepalanya, hangat telapaknya membuat mahluk astral yang setia dengannya itu kembali tenang, matanya terpejam kembali.Kucing besar itu merebahkan kepalanya di atas kedua kaki depannya, terlihat nyaman berada di atas batu dan di samping majikannya.Narendra menoleh, dia terkejut oleh geraman Harimau Putih kemudian tersadar bahwa sikapnya tidak sopan. Dia menunduk, sebelah tangannya menempel di dadanya dengan sikap takzim, “Hapunten, Prabu, saya datang ke sini untuk mendapatkan nasihat, namun saya tidak tahan lagi &h
SUAMI WARISAN40 – Bujuk RayuSarah Tanuwijaya memang menjadikan pekerjaan sebagai desainer sebagai sesuatu untuk mengisi waktu luangnya. Well, itu memang pernah menjadi mottonya.Sebagai seorang pewaris, Sarah tidak butuh uang, dia butuh sesuatu untuk mengusir kebosanan. Namun, seiring berjalannya waktu dan kerja keras dari tim yang dibentuknya, rumah mode ‘Designs by Sarah’ menjadi salah satu rumah mode terkenal di Asia Tenggara.Kini, setelah berbagai kesuksesan berhasil digenggamnya, Sarah mulai mengembangkan bisnisnya. Selayaknya seorang manusia yang tidak pernah puas, Sarah mulai terobsesi untuk menjadi seorang desainer terkenal dari Indonesia.Dia tidak akan berhenti sampai sini, sudah waktunya dia menaklukkan pergelaran fashion di Eropa.Sarah berdiri memandangi papan-papan yang penuh dengan draft rancangan anak buahnya, ya, semua desain bukan dia yang menggambar, dia punya visi, namun tidak p
SUAMI WARISAN41 – Gejolak RasaBujuk rayu Narendra tidak sampai di sini. Tanpa lelah, lelaki itu terus melancarkan serangan-serangan mautnya pada Rengganis yang mulai kewalahan.Namun, perempuan itu tidak pernah mau menunjukkan bahwa dia telah takluk pada Narendra.“Sedang terjadi perang dalam dirinya.” Suara Prabu bergema dalam pikiran Narendra yang sore itu masih asyik memotong rumput.Selain sepetak tanah di sisi danau, kini dia sudah merambah ke tempat lainnya. Dalam beberapa jam dia sudah memotong rumput hampir seluas 1 hektar. Keringat memang membanjiri tubuhnya, namun dia sama sekali tidak merasa lelah.Narendra menahan senyumnya sementara tangannya sibuk melayangkan arit pada rumput-rumput yang tumbuh liar.Ya, saya bisa merasakannya. Mulutnya mengatakan tidak, namun tubuhnya sebaliknya. Dasar perempuan…!“Terus lakukan sesuai strategi yang sudah kamu buat, Adi. Seb
SUAMI WARISAN42 – Pengalaman PertamaBanyak premis cerita yang muncul dari dua kata: terpaksa dan dipaksa.Seolah sang tokoh tak punya pilihan selain menerima, padahal hidup ini terdiri dari pilihan. Selalu memberi pilihan.Bagi manusia yang merasa dia melakukan segalanya karena ‘dipaksa’ oleh keadaan, itu hanya pembelaan diri yang tanpa sadar menyalahkan semesta. Perasaan terpaksa itu menyakitkan, seperti sebilah pisau yang ditusukkan ke dalam jantung, kemudian memuntirnya hingga darah mengalir tak terkendali, namun manusia terus berusaha mengindahkan rasa sakit itu dan menerimanya.Menerima terus berdarah, padahal dia punya pilihan untuk mencabut pisau itu dan membuangnya.Tidak, manusia memilih untuk berdarah-darah dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Senyum penuh kebohongan yang menyertai tetes darah hingga penghabisan. Dia akan menyesalinya saat rohnya berada di ujung napas.Menyesali mengapa
SUAMI WARISAN43 – Harmoni TubuhPengalaman pertama biasanya canggung, berantakan dan seringkali memalukan.Namun, Narendra bertekad untuk menghapus itu dalam kamus pengalaman Rengganis. Dia tidak akan membuat istrinya menyesali malam pertama mereka.Tidak, dia akan membuat Rengganis mengenang malam pertama mereka menjadi sesuatu yang tak terlupakan dan menggairahkan.Temaram cahaya memantul di cermin setinggi badan. Narendra memandangi tubuh polosnya. Tak ada cela. Semuanya sempurna. Terutama senjatanya yang siap dengan kekuatan prima.Narendra berkacak pinggang, seulas senyum bangga menghiasi wajahnya saat matanya mengamati miliknya yang menggantung di antara kedua kakinya.Tidak jelek, malah dia berani adu jantan dengan lelaki mana pun.Umur boleh tua, namun vitalitasnya sama dengan remaja yang kelebihan hormon. Nafsunya meletup-letup, siap untuk beraksi kapan saja, di mana saja.Bunyi pintu terbuk
SUAMI WARISAN44 – Belenggu GairahKata orang, uang warisan itu panas.Tapi ternyata ada yang lebih panas dari pada uang warisan.Suami warisan.Karena tubuhnya yang penuh lemak, Rengganis mudah berkeringat, apalagi jika berdiri terlalu lama di bawah terik matahari yang menyengat, bajunya langsung banjir keringat.Tapi sekarang, situasinya berbeda. Di sini ada angin sepoi-sepoi, suhunya pun tidak lebih dari 20° Celsius. Praktis, Rengganis pakai sweater dan jaket untuk menghangatkan tubuhnya. Di suhu dingin ini, tidak mungkin dia kepanasan.Seharusnya seperti itu.Tapi sebaliknya, Rengganis malah kipas-kipas setiap kali melihat penampakan lelaki itu.Narendra yang sedang memotong kayu di halaman terlihat bekerja keras. Dia melepaskan kausnya, membiarkan Rengganis menikmati pemandangan keindahan tubuhnya; dadanya yang bidang dan otot-ototnya yang liat. Keringat mengalir dari keningnya, meluncur ke u