SUAMI WARISAN
64 – Majenun
“Nyai tidak apa-apa? Kenapa tidur di sini?” tanya Narendra, nadanya terdengar khawatir.
Rengganis tersenyum, tangannya perlahan membelai pipi Narendra kemudian turun ke rahangnya, ujung jarinya berlama-lama mengusap lembut bibir bawah lelaki itu.
“Nyai…?” panggil Narendra, dia merasa ada yang aneh dengan gelagat Rengganis. Tatapan mata perempuan itu berbeda.
Ujung mata Rengganis mengerling padanya, “Abdi sono ka Akang ….”
(Saya rindu pada Akang.)
Narendra terbeliak, sudah jelas ini bukan Rengganis, perempuan itu tidak pernah bersikap romantis seperti ini padanya, apalagi bicara bahasa Sunda dengan nada mendayu!
“Si-siapa…?”
“Kang~” suaranya terdengar lembut mengalun sementara tangannya mengelus-elus cambang Narendra, “kunaon kitu Akang téh kalakah jeun
SUAMI WARISAN65 – Rahasia yang Paling BeratAda jenis rahasia yang paling berat untuk ditanggung.Rahasia tersembunyi. Rahasia yang tidak banyak orang tau. Rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang; bahkan bisa dihitung oleh jari.Rahasia yang diketahui, disimpan, kemudian dibawa mati.Jenis rahasia yang tidak ditemukan karena rahasia itu terlalu besar untuk diemban. Rahasia itu terlalu aneh, terlalu menakutkan untuk dipikirkan.Sesuatu yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu pengetahuan, apalagi oleh pikiran manusia yang terbatas.Semenjak kepergian Nirmala, Narendra harus menanggung rahasia itu sendirian.Kematian tidak mendiskriminasi antara pendosa dan orang suci. Kematian terus mengambil, mengambil dan mengambil setiap perempuan yang berbagi rahasia dengannya.Mati itu mudah, menjalani hidup itu sulit.Selama perjalanan menuju Rumah Sakit, pikiran Narendra melayang kemana-mana. Dia
SUAMI WARISAN66 – Penyakit Para Pendosa“Non, main kuda-kudaan bareng, yuk?”Rengganis terlempar pada masa lalu. Dia celingukan melihat ke sekelilingnya; sebuah rumah mewah yang sepi dengan halaman luas yang rimbun oleh pepohonan. Semilir angin menyentuh lembut kulitnya, denting lonceng yang digantung di atas jendela menjadi satu-satunya suara di latar belakang. Sementara dia melihat dua orang manusia; seorang lelaki paruh baya dan seorang anak kecil berkepang dua berada tak jauh darinya.Rengganis melangkahkan kaki mendekat pada mereka.“Kuda-kudaan?” tanya si gadis cilik. Rengganis terperangah ketika menyadari garis wajah itu; gadis cilik itu adalah Sarah sewaktu kecil.“Sini, Non duduk di sini.”Seorang lelaki mengangkat Sarah kecil duduk di pangkuannya. Kemudian dia menggoyang-goyangkan kakinya hingga Sarah kecil terlonjak-lonjak seperti sedang naik kuda. Apalagi lelaki itu
SUAMI WARISAN67 – Air Mata DarahRengganis yang bugil setengah badan menghampiri Narendra, dia menunduk menatap milik Narendra dengan manik mata semerah darah. Dia berjongkok dan meraih milik Narendra, mengelusnya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya yang hangat.“Argh!” Narendra merintih ketika dia berada dalam mulut Rengganis yang basah dan hangat. Lidah Rengganis bermain-main dengannya, menikmatinya seperti menikmati es krim, tangannya memegang erat-erat batang Narendra, membuat lelaki itu mengerang dalam.Narendra menunduk memandang Rengganis yang sedang melakukan fellatio padanya. Sungguh pemandangan yang membangkitkan selera. Dia selalu senang memerhatikan ekspresi yang dibuat Rengganis ketika mereka bercinta. Namun, ekspresi Rengganis terlalu binal baginya.Ini bukan Rengganis.Narendra menarik kepala Rengganis hingga terlepas dari miliknya. Dia memberi kode agar Rengganis duduk di pangkuannya
SUAMI WARISAN68 – Kepingan Masa Lalu“Kalian enggak harus ke sini setiap hari ….” Keluh Sarah sambil melirik pada dua orang yang selalu bolak-balik masuk ke kamar rawat inapnya.Sudah tiga hari dia menginap di RS, keadaannya pun membaik, namun dua orang ini bersikukuh mengunjunginya setiap hari.Kamar rawat inapnya sekarang berubah jadi basecamp. Menyebalkan!“Why, kamu enggak suka aku ada di sini?” tanya Mahesa sambil tersenyum tipis, dia menaruh kantung plastik di atas meja, “aku bawa makanan loh.”Sarah mencebik, dia menatapi kukunya yang sudah harus dimanikur lagi, “Aku pikir Raja Iklan ini pastinya sibuk meeting sana-sini, bukannya nongkrong di Rumah Sakit.”Mahesa dan Rengganis yang sedang sibuk mengeluarkan kotak-kotak makanan saling melirik dan menahan senyuman mereka.Sementara Sarah masih menggerutu sebal, “You juga, Rengganis ….
SUAMI WARISAN69 – Menunggu Datangnya Penyesalan“Dia jadi petani di Jawa. Mengelola sawah dan punya sebelas cucu. Anak bungsunya baru saja bertunangan dengan anak Kepala Desa. Dia hidup tenang, layak dan bahagia bersama istri ketiganya. Dua istrinya tinggal di desa sebelah. Dia penganut poligami.”Rengganis melipat kedua tangannya di dada. Wajahnya terlihat serius, sementara Narendra mengepalkan tinjunya.“Sepertinya Tuan Tanuwijaya memberikan sepetak tanah sebagai hadiah ketika dia pensiun dan pulang ke kampung—”“Dia memberikan hadiah pada pemerkosa anaknya? Ha.” Gerutu Narendra yang tidak tahan lagi. Dia berkomentar sinis, manik matanya semakin menggelap.Mahesa menghela napasnya, ini juga terasa berat baginya, “Kita harus gerak cepat. Aku ingin menyelesaikan ini secepatnya. I have to fly out overseas next week.”Narendra melirik Rengganis, bertanya apa arti
SUAMI WARISAN70 – PenyangkalanSelama Narendra berada di desa, Mahesa menggantikan tugasnya menjaga Sarah yang berangsur-angsur membaik.“It’s weird, I don’t feel the urges, Sa.” ujar Sarah ketika Mahesa membantunya untuk turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi.(Ini aneh, aku enggak merasa dorongan itu, Sa.)“What urges?” tanya Mahesa sambil memegangi lengan kurus Sarah.(Dorongan macam apa?)Sarah tidak menyahut, dia berjalan perlahan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu. Di dalam kamar mandi, dia tercenung di depan cermin. Apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir membuatnya tidak habis pikir.Tak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkannya. Sarah menatap pantulan wajahnya di cermin dan terhenyak melihatnya.Dia sampai mendekat ke cermin hingga ujung hidungnya menabrak cermin dingin.Is this really me? pikirnya. Dia menangkup pipi dan
SUAMI WARISAN71 – Mawar dari Neraka“Permisi, paket untuk Pak Joko!”Agung, salah satu anak Pak Joko bergegas membukakan pintu. Seorang petugas ekspedisi berdiri di teras, dia memberi salam pada Agung dan bertanya, “Rumah Pak Joko?”“Iya.”“Ada kiriman paket dari Jakarta untuk Pak Joko.”“Oh, ya.”Petugas itu memberi kode pada temannya yang menunggu di depan rumah. Mereka meurunkan paket dari truk ekspedisi.Agung terbengong-bengong melihat dua orang itu menurunkan papan bunga ucapan, bukan hanya satu tapi lima!“Pak, maaf, ini dari mana? Kok banyak banget?” tanya Agung.“Dari Jakarta, Pak.” balas kurir, “mau ditaruh di mana?”“Oh, sebelah sini saja.” walau masih bingung, Agung terpaksa mengatur penempatan papan ucapan berukuran besar itu.Dalam sekejap, halaman rumah yang
SUAMI WARISAN72 – Karma DatangSelama hidupnya, Joko sudah biasa bergadang. Apalagi jika sedang banyak pikiran, dia bisa kuat tidak tidur dua hari dua malam.Namun, seiring dengan bertambahnya usia, kantuk selalu datang walau dia enggan memejamkan mata.Malam itu semilir angin terasa menggigit tulangnya. Persendiannya sering nyeri setiap bangun di pagi hari, maka Joko segera menutup jendela kamarnya. Tangannya terhenti ketika dia hendak menutup gorden, matanya menyipit ketika tanpa sengaja melihat seseorang di halaman.Sepertinya dia melihat ada bayangan di bawah pohon yang berada di seberang jendelanya. Joko mendekat ke jendela, namun bayangan yang dilihatnya menghilang begitu saja. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah, mata tuanya makin lama makin sering menipu dirinya.Joko mengabaikan perasaan menganggu itu dan menutup gordennya rapat-rapat. Dia berjalan menuju ranjangnya dan rebah di atas tumpukan bantal yang