Share

Bab 34

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-06-10 22:00:03

Keesokannya, Mas Edgar tidak menyapaku sepanjang pagi dan tidak juga mengucapkan sepatah kata apapun padaku. Aku merasa kesal, kekesalan yang melebihi porsinya, aku sendiri sampai heran. Aku pun tidak mau menemaninya sarapan seperti biasa. Kubiarkan juga dia berangkat ke kantor tanpa aku pedulikan.

Kemarahan yang berlebihan akibat desakan dari hatiku yang tidak bisa ku tahan, membuatku berbuat nekat yang aku sendiri sampai terheran-heran.

Sore saat aku makan cemilan di kursi teras, tiba-tiba ponselku berdenting singkat. Saat aku mengecek, rupanya itu sebuah pesan dari nomor yang tidak aku kenal.

Awalnya aku ingin mengabaikan pesan tersebut karena berasal dari nomor yang tidak dikenal. Aku beranggapan, biasanya pesan itu hanya berisi iklan dan sejenisnya.

Namun entah mengapa aku penasaran dan berakhir mengecek pesan tersebut.

Rupanya pesan itu berisi sebuah foto yang ter-download otomatis. Foto itu menampilkan seorang laki-laki mengenaka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
klo udh kyk gini hancur rumah tangga nara sbgai istri jga kurang ajar kasar, udh tau suami nya model bgtu, ne novel gk ada pembelajaran yg bagus hrsnya jgn suami malah dibwt lempeng mlh selingkuh sma yg laen hmm jadi malas baca nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 88

    Lantai rumah sakit yang dingin seolah menyerap seluruh kehangatan tubuhku. Aku duduk di kursi tunggu depan ruang ICU dengan meremas kedua tangan. Lampu merah di atas pintu ICU berkedip-kedip, menambah kecemasanku. Sudah hampir dua jam ibu berada di dalam sana, dan belum ada kabar baik. Pikiranku terus melayang pada ucapan ibu. Selama beberapa hari ibu menginap, ibu selalu berpesan padaku untuk menjaga diri dan akur dengan kedua masku tersayang, Mas Rendra dan Mas Baskara. Kata-kata itu kini terngiang pilu di telingaku. Air mata kembali menggenang di pelupuk mata. Aku sudah berusaha menahan isak tangis, tapi rasanya sungguh susah sekali. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Saat mendongak, aku terkejut melihat sosok tegap yang berdiri di hadapanku. Mas Edgar, berdiri di depanku dengan mata sayu. "Mas Edgar? Kok Mas ada di sini? Bukankah Mas sedang dirawat di Surabaya?" tanyaku, menatap ke arahnya tak percaya. Mas Edgar mendekat dan memelukku erat. "Aku dengar kabar

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 87

    "Sebenarnya aku cukup syok mendengarnya, Julia. Banyak hal yang selama ini Nadya pendam dariku," kataku sambil memainkan ujung bajuku dengan satu tangan. "Tapi apapun itu, aku gak masalah selama dia tenang dan bahagia. Lalu bagaimana dengan progres penyembuhannya?" tanyaku."Rasa trauma yang dirasakan Nadya kemarin sudah hampir seluruhnya hilang, Nara. Daniel cukup kooperatif dalam membantu dan menemani masa penyembuhan Nadya. Mungkin itu yang membuat Nadya yakin kalau Daniel memang tulus padanya dan memutuskan untuk membiarkan Daniel terus ada di sisinya," kata Julia."Benar begitu? Kalau iya, aku benar-benar lega, Jul. Itu berarti Daniel memang tanggung jawab dan Nadya tidak lagi merasa trauma. Terus kata Mas Baskara, dia akan menikahkan Nadya dan Daniel. Bagaimana menurutmu, Julia?""Kalau kulihat-lihat, sepertinya Nadya gak merasa terbebani dengan saran masmu.""Berarti menurutmu oke-oke saja?" Entah kenapa aku masih merasa berat untuk menikahkan Nadya. Dari apa

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 86

    Hari-hariku semakin berwarna karena setiap hari memakan masakan ibu yang sudah lama tidak aku rasakan. Kulihat wajahnya juga semakin ceria sejak sering berkutat dalam dapur bersama Mbok Sum dan lainnya.Memang, sejak dulu ibu paling suka memasak dan berkutat di dapur sampai kesenangan ibu itu bisa membuatnya sukses membuka restoran. Tapi karena faktor usia, akhirnya restoran di Solo ibu jual dan yang meneruskan bakat ibu adalah Mas Baskara.Sayangnya Mas Baskara harus gulung tikar karena ditipu seorang teman. Tapi aku yakin sebentar lagi Mas Baskara akan bangkit kembali setelah semua masalah terselesaikan karena jiwanya menjadi pebisnis.Sebelum sarapan, aku duduk di ruang tamu sambil santai menunggu ibu dan yang lain sedang mempersiapkan makanan.Saat aku sedang fokus menonton televisi, ponselku yang ada di atas meja berdering panjang. Aku mengecek di layar, itu panggilan dari Mas Baskara. Akhirnya dia menghubungiku setelah beberapa hari tidak ada kabar. Aku sangat

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 85

    Aku sudah berjanji pada ibu untuk tidak nangis atau syok saat mendengar penjelasan dokter tentang penyakit ibu. Tapi kenyataannya, saat hari datang dan aku menemani ibu menemui dokter untuk memeriksakan keadaannya, kedua lututku lemas dan sekujur tubuhku bergetar.Mati-matian aku berusaha menahan air mata karena teringat janjiku padanya.Dokter bilang kalau sel kanker ibu sudah ganas, sudah menjalar ke seluruh organ vital yang membuat kemungkinan ibu untuk sembuh semakin mengecil.Sepanjang perjalanan pulang aku hanya terdiam sambil menahan agar air mata tak lekas keluar, otakku sibuk memikirkan segala hal. Begitupun dengan ibu. Sepertinya ibupun juga sama terkejutnya dengan aku. Baru sesampainya di rumah dan masuk kamar, air mataku langsung luruh dan aku terduduk di depan pintu dengan putus asa.Aku teringat saat hendak keluar, dokter berkata padaku, "Usia ibumu mungkin tidak akan lagi lama, daripada menyuruhnya melakukan kemoterapi dan pengobatan menyiksa lai

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 84

    Ibu merapikan anak rambut yang berantakan dan menempel di keningku yang berkeringat. "Ibuk gak mau kamu dan dua masmu khawatir. Kalian udah berumah tangga dan sibuk dengan urusan kalian masing-masing. Tapi... karena Baskara ada masalah dengan istrinya, ibuk jadi kepikiran untuk bicara terus terang saja denganmu. Ibuk-""Dari tadi ibuk bilang Mas Baskara ada masalah sama rumah tangganya. Sebenarnya masalah mereka apa sampai ibuk khawatir begini?" tanyaku memotong ucapan ibu."Masmu itu ditipu oleh kawannya ratusan juta yang membuat usahanya bangkrut. Dia sampai harus hutang ke banyak rentenir yang membuatnya hampir setiap hari diteror oleh debt kolektor. Karena masalah ekonomi itu, mbak iparmu, Zahra, selingkuh dan pergi dengan membawa kedua anaknya."Mendengar ucapan ibu, aku sampai melepas diri dari pelukannya untuk menatap wajahnya dengan terkejut. "Yang benar, Buk?""Beneran, Nduk. Untuk apa ibuk bohong?""Terus kenapa selama ini Mas Baskara diam aja?" "K

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 83

    Rupanya apa yang dimaksud oleh Mas Baskara itu dengan mendatangi Daniel langsung ke Solo. Dia ingin mengetahui cerita dari Daniel dan Nadya secara langsung, baru memutuskan apa yang akan dia lakukan nantinya."Hatiku gak akan tenang kalau belum ketemu Nadya dulu. Jadi besok aku akan terbang ke Solo untuk menemuinya. Setelah itu baru aku bisa menentukan langkah apa yang akan aku ambil untuk kebaikannya nanti," katanya yang akhirnya kusetujui begitu juga dengan ibu.Jadi keesokannya-- tepatnya pagi-pagi sekali setelah matahari baru saja terbit, Mas Baskara langsung berangkat menuju Bandara. Aku tidak menghalangi langkahnya karena menurutku dia memang harus mengetahui cerita yang sebenarnya dari Daniel maupun Nadya.Aku hanya memberi pesan, "Nanti tolong jangan paksakan Nadya kalau seumpama dia belum siap untuk cerita, Mas. Dia mungkin masih trauma." Mas Baskara hanya mengangguk.Sedang Ibu berulang kali memperingatkan, "Ingat, Bas, apapun ceritanya nanti, kamu jangan e

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status