Yusuf perlahan mengambil map yang berserakan dilantai dan melihat isinya. Yusuf terkejut dan menggeleng tidak percaya dengan apa yang terlihat didalam map itu.
"Apa ini?"
"Seharusnya aku yang bertanya mengapa mas tega melakukan perbuatan ini padahal selama ini aku sudah percaya sepenuhnya dengan mas Yusuf, tapi ternyata mas menyalahgunakan kepercayaan ku dan ingin mengambil semua harta warisan ku."
"Aku tidak tahu menahu tentang soal ini, mas sama sekali tidak pernah membuat surat ini, ini fitnah, Selia."
"Apanya yang fitnah jelas jelas di surat itu tertulis nama dan ada tanda tangan mas jadi tidak perlu mengelak lagi."
"Pak Ferdi, tolong jelaskan ini, Pak Ferdi tahu semua yang sudah terjadi kalau saya tidak pernah melakukan apapun."
"Maaf Yusuf kali ini saya tidak bisa membantumu, aku tidak mau membohongi Selia. Selia ini adalah istri yang baik yang harusnya kau lindungi tapi kau suami yang jahat dan punya niat ingin menguasai semua harta kekayaan Selia."
"Kebohongan apalagi yang ingin mas sampaikan." Selia menatap penuh amarah pada Yusuf.
"Pengacara ini bohong sayang, dia yang mengatur semua ini. Aku tidak tahu apapun tapi semua yang kau tuduhan adalah tidak benar."
"Cukup, aku tidak mu dengar penjelasan apapun dari mulut kotor mas."
"Tapi ku harus dengar." Yusuf masih berusaha untuk meyakinkan Selia kalau yang terjadi hanyalah fitnah semata.
"Dan satu lagi sebelum menuduhku selingkuh seharusnya kau sadar diri kalau kau yang memulainya."
Selia mengambil sebuah foto dan menunjukkan pada Yusuf.
"Ini selingkuhan mas yang sudah membuat mas berubah dan hampir menipuku."
Yusuf terkejut melihat foto itu. Itu memang fotonya tapi wanita yang sedang bersamanya bukanlah selingkuhan seperti yang dituduhkan Selia. Yusuf berpikir kapan foto itu diambil karena seingatnya dia tidak pernah foto berdua dengan perempuan lain sejak menikah.
"Mas tidak kenal wanita itu, ini pasti rekayasa."
"Cukup mas, hentikan semua sandiwara mas karena semuanya sudah berakhir."
"Apa maksudmu sudah berakhir?"
Baru saja Yusuf menyelesaikan kata-katanya dua orang polisi masuk dan berdiri di sampingnya.
"Ada yang bisa kami bantu, bu Selia?"
"Tangkap laki-laki ini dan bawa ke kantor polisi dia sudah melakukan kejahatan besar."
"Tunggu ini pasti ada kesalahpahaman." Yusuf berusaha membela diri.
"Tangkap dia pak."
"Selia mas mohon, semua yang terjadi adalah salah paham, berikan waktu untuk mas membuktikan kebenarannya."
"Baiklah, mas tidak akan Selia penjarakan tapi mas harus menandatangani berkas gugatan cerai ini."
"Cerai?"
"Ya... Aku tidak mau mempunyai suami penipu."
"Tapi mas tidak ingin bercerai denganmu, mas sangat mencintaimu."
"Tapi aku tidak mencintai mas. Cintaku sudah hilang karena mas menipuku."
"Yusuf sebaiknya kau tanda tangan saja daripada kau mendekam di penjara." Ferdi semakin membuat suasana semakin panas.
"Kau pasti terlibat dalam hal ini, sejak dulu kau memang tidak pernah menyukai pernikahanku dengan Selia."
"Bawa laki laki ini pak dan pastikan dia membusuk di penjara."
"Selia tolong mas." Yusuf memohon dan meratap pilu Selia sama sekali tidak peduli.
"Kau yang menentukan nasibmu, penjara atau cerai."
Yusuf terpaku dalam kemarahan, kesedihan dan rasa sakit hati yang campur aduk. Dia sedang memikirkan pilihan apa yang akan diambilnya.
Yusuf menatap Selia dengan pandangan penuh pengharapan agar sang istri merubah semua keputusannya, jujur Yusuf sama sekali tidak ingin bercerai dengan istri yang masih sangat dicintainya, tapi melihat kemarahan Selia karena salah paham membuat akal sehatnya seolah tertutup.
Yusuf menarik nafas berat beberapa kali sebelum akhirnya mengambil keputusan.
"Baiklah jika itu yang memang kau inginkan, aku akan menandatangani surat gugatan cerai ini, tapi satu hal yang harus kau ketahui, mas tidak pernah rela untuk menceraikanmu apalagi dalam keadaan salah paham seperti ini."
"Tidak usah banyak bicara, sebaiknya mas tanda tangan saja secepatnya, setelah itu pergi dari rumah ini karena aku tidak mau melihat wajah mas lagi mulai hari ini."
Yusuf mengambil pulpen dan membaca sekilas isi surat gugatan cerai tersebut. Matanya berkaca-kaca melihat semua yang tertulis di surat gugatan cerai itu.
Sekali lagi Yusuf menatap wajah Selia penuh pengharapan seolah memintanya untuk tidak melanjutkan hal ini, tapi sayang Selia membuang muka sehingga membuat Yusuf semakin yakin kalau istrinya benar-benar tidak ingin lagi mempertahankan rumah tangga mereka.
Dengan tangan bergetar Yusuf menandatangani surat gugatan cerai yang bermaterai sepuluh ribu itu.
Yusuf mendekati Selia dan menyerahkan berkas gugatan cerai itu. Selia mengambil berkas itu tanpa senyuman bahkan tidak terlihat kesedihan sedikitpun di wajah cantiknya.
"Mas melakukan ini bukan berarti mengakui semua yang kau tuduhkan tetapi semata-mata mas melakukan ini karena ini salah satu-satunya cara untuk membuktikan kalau mas tidak bersalah."
"Tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi, semuanya sudah berakhir kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Sekarang mas Yusuf bisa melanjutkan hubungan dengan wanita itu."
"Tidak pernah ada wanita lain dalam hidup mas setelah menikah kecuali kamu, hanya ada namamu di dalam hati mas."
"Cukup tidak perlu bersandiwara lagi, ambil barang barang mas dan pergi dari rumah ini."
"Kita bisa bicara kan ini baik-baik." Yusuf masih berusaha meyakinkan Selia.
"Atau mas memilih bapak polisi ini menyeret mas secara paksa keluar dari rumah ini, itu yang mas inginkan! Kalau memang begitu mas akan merasakannya." Selia memberi kode pada polisi itu agar menyeret Yusuf.
"Baiklah mas akan pergi tapi bukan berarti berhenti di sini saja, mas akan mencari kebenarannya sampai kau yakin mas tidak pernah menghianatimu."
"Tidak perlu melakukan apa-apa."
"Tetap akan kulakukan, bukan untukmu tapi untuk membersihkan nama baik ku, aku masuk ke keluargamu dengan baik-baik maka aku juga ingin keluar dengan baik-baik."
"Waktumu tidak banyak, 10 menit dari sekarang kau sudah harus meninggalkan rumah ini." Kata Selia tanpa rasa prihatin sedikitpun.
Yusuf hanya menggeleng mendengar kata-kata istrinya yang sama sekali tidak lagi mempercayainya. Selia dan Ferdi memilih untuk turun ke lantai bawah dan menunggu Yusuf yang sedang mengemasi barang-barangnya. Yusuf kemudian memasukkan beberapa potong bajunya ke dalam koper, dia menatap foto pernikahan yang ada di meja diambilnya foto itu kemudian di dekap nya. "Mas sangat mencintaimu dan selalu akan mencintaimu tak peduli berapapun rasa sakit yang kau berikan kepada mas." Bisik hati Yusuf dengan kesedihan yang sangat mendalam. Yusuf memasukkan foto pernikahan itu ke dalam kopernya dia sama sekali tidak mengambil barang-barang apapun milik Selia karena dia tau itu bukan barang barangnya. Jam tangan yang dipakainya pun dilepas dan di taruh nya dimeja karena itu hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Selia. Mengingat itu saja sudah membuat air mata Yusuf tidak berhenti mengalir. Yusuf melihat lagi kamar yang sudah ditempatinya selama lima tahun bersama Selia. Banyak hal yang sudah terj
Yusuf kemudian melaksanakan salat ashar dengan khusuk. Segala rasa sedih, galau dan sakit hatinya di tumpahkan di dalam doanya, air matanya sampai tidak tertahan setiap kali dia memanjatkan doa dan meminta pertolongan atas nasib yang sudah menimpanya. "Ya Allah ampuni hamba mu ini, hamba hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Hamba memohon pertolonganmu ya Allah, saat ini hamba sedang dalam fitnah orang lain, bantulah hamba untuk mencari kebenaran dan membersihkan nama baik hamba. Ya Allah ya Robbi bila memang garis jodoh dengan istri hamba sudah putus, hamba rela dan ikhlas menerima semua takdirmu." Yusuf berdoa begitu khusu sampai tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di dekatnya dan memperhatikan sejak dia mulai berdoa. Orang itu tampak ikut prihatin melihat keadaan Yusuf. "Sepertinya kau sedang dalam masalah besar." kata orang itu membuat Yusuf segera menoleh dan melihatnya. "Maaf pak ustad saya tidak sadar kalau pak ustad ada disini." "Sepertinya kau orang
Yusuf dan Haikal sedang menikmati sarapan pagi yang mereka buat bersama. Mereka saling menertawakan status mereka. "Sepertinya kita harus buat grup suami suami yang tersakiti deh, jadi nanti anggotanya adalah suami suami yang disakiti istrinya." "Ustad suka benar deh kalau bercanda." Mereka tertawa lagi seperti sudah melupakan semua masalah mereka. "Kenapa ustad tidak menikah lagi?" "Yang satu aja belum selesai, masa nambah masalah lagi, lagi pula siapa yang mau pada laki laki miskin sepertiku." "Ustad masih lebih beruntung. Lah saya, sudah di gugat cerai, di usir pula jadi sempurna sudah penderitaan ku." Mereka saling menertawakan keadaan masing masing lagi. "Jadi temanmu sudah membalas pesan mu?" "Iya ustad, nanti dia jemput kesini dan untuk sementara tinggal di rumahnya dulu sambil nyari kerja." "Padahal kau bisa tinggal disini, sampai mendapatkan kerja." "Tidak enak sama ustad takutnya merepotkan." "Saya malah senang ada teman ngobrol, sudah lama tidak punya teman untuk
Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran."Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?""Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti.""Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal."Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu."Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain."Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini.
Yusuf sengaja menunggu Selia dan Ferdi di parkiran. Ada suatu hal penting yang ingin dikatakannya pada Selia menyangkut hubungan mereka. Yusuf segera menghampiri Selia dan Ferdi yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Selia sedikit terkejut melihat kedatangan Yusuf apalagi melihat wajah lelaki yang masih berstatus suaminya itu tampak sangat sedih dan menanggung banyak beban. Selia hendak menyapa Yusuf tapi Ferdi lebih dulu menyerang Yusuf dengan kata-kata yang menyakitkan hati. "Mau apa lagi kau lelaki pecundang? Belum puas kau menipu Selia? Atau kau mau dilaporkan polisi saat ini juga." Cecar Ferdi tidak memberi kesempatan pada Yusuf untuk berbicara dengan Selia. "Selia masih berstatus istriku sampai dengan detik ini jadi aku masih berhak untuk berbicara dengannya itu pun kalau kau masih punya malu." Yusuf sengaja menekankan kata kata masih istriku untuk membuat Ferdi sadar diri. "Kau..." Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi dengan sigap
Yusuf mendekati Selia kemudian memeluknya dengan erat, air matanya tidak bisa tertahan dan mengalir begitu saja membasahi pundak Selia. Selia pun merasakan hal yang sama hatinya sedih membayangkan kalau setelah pertemuan ini Yusuf sudah menjadi mantan suaminya, dia pun ingin menangis tapi ditahannya karena tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yusuf. Yusuf melepaskan pelukannya kemudian menatap Selia. "Sebelum kita berpisah mas ingin menekankan sekali lagi kalau apa yang kau tuduhkan kepada mas itu tidak benar semua itu hanyalah fitnah dan kesalahpahaman tapi mas tidak akan membuktikan apapun biarlah ini akan terbukti dengan sendirinya dan satu hal kalau nanti semuanya terbukti mas tidak bersalah, kau tidak perlu mencari mas untuk minta maaf karena mas sudah maafkan mu, mas tidak benci sama sekali kepadamu karena sampai dengan hari ini mas masih mencintaimu dan entah kapan rasa cinta itu tersimpan di hati mas." Yusuf segera berlalu dari hadapan Selia dan Ferdi
Selia membuka halaman demi halaman buku harian yang ditulis oleh Yusuf. Dia baru tau kesedihan yang dialami Yusuf diawal pernikahan mereka. Saat itu dia sama sekali tidak menganggap Yusuf sebagai suaminya tetapi hanya sebatas laki laki yang dinikahkan dengannya untuk mengobati luka hatinya. Selia juga baru tau kalau Yusuf sempat ingin menyerah karena sikapnya tidak kunjung berubah dan tetap sinis padanya. Perlakuan Selia waktu itu memang keterlaluan dia tidak mau seranjang dengan Yusuf tapi menyuruhnya tidur di sofa sampai hampir setahun. "Selia mulai membuka hatinya untukku." Itulah yang ditulis Yusuf di lembar berikutnya. Selia ingat waktu itu dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Yusuf setelah melihat ketulusan saat merawatnya. Yusuf selalu menemani dan tidak meninggalkannya di rumah sakit walau sedikitpun. "Akhirnya aku merasakan menjadi suami seutuhnya, Selia akhirnya membolehkan menyentuhnya dan kami sudah bercinta untuk pertama kalinya."
Yusuf segera menyeka air matanya saat Surya masuk ke kamarnya. "Ada apa bro? apa yang membuatmu menjadi sangat sedih seperti ini?" "Aku sudah sangat hancur bro, di dunia ini semua orang akan menganggap ku adalah orang jahat dan tidak ada lagi tempat untukku mencari kerja." "Bukankah sekarang kau sudah bekerja sebagai office boy." "Tapi aku tidak yakin berapa lama aku bisa bertahan karena berita perceraian ku dan Selia sudah masuk tv dan berbagai media lainnnya dan aku pasti akan dipecat karena ini bisa merusak nama baik perusahaan." Surya melihat berita yang sedang ditayangkan di tv, hatinya ikut sedih melihat sahabat baiknya dirundung masalah yang tidak kunjung usai. "Maafkan aku, bro. Aku tidak bisa bantu tapi aku yakin kau bukanlah seperti yang diberitakan di tv. Aku tau kau adalah lelaki yang baik." "Tapi sekarang semua tidak ada gunanya, Selia benar benar telah menghancurkan hidupku." Surya merangkul sahabatnya, di