Yusuf mendekati Selia kemudian memeluknya dengan erat, air matanya tidak bisa tertahan dan mengalir begitu saja membasahi pundak Selia. Selia pun merasakan hal yang sama hatinya sedih membayangkan kalau setelah pertemuan ini Yusuf sudah menjadi mantan suaminya, dia pun ingin menangis tapi ditahannya karena tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yusuf.
Yusuf melepaskan pelukannya kemudian menatap Selia.
"Sebelum kita berpisah mas ingin menekankan sekali lagi kalau apa yang kau tuduhkan kepada mas itu tidak benar semua itu hanyalah fitnah dan kesalahpahaman tapi mas tidak akan membuktikan apapun biarlah ini akan terbukti dengan sendirinya dan satu hal kalau nanti semuanya terbukti mas tidak bersalah, kau tidak perlu mencari mas untuk minta maaf karena mas sudah maafkan mu, mas tidak benci sama sekali kepadamu karena sampai dengan hari ini mas masih mencintaimu dan entah kapan rasa cinta itu tersimpan di hati mas."
Yusuf segera berlalu dari hadapan Selia dan Ferdi
Selia membuka halaman demi halaman buku harian yang ditulis oleh Yusuf. Dia baru tau kesedihan yang dialami Yusuf diawal pernikahan mereka. Saat itu dia sama sekali tidak menganggap Yusuf sebagai suaminya tetapi hanya sebatas laki laki yang dinikahkan dengannya untuk mengobati luka hatinya. Selia juga baru tau kalau Yusuf sempat ingin menyerah karena sikapnya tidak kunjung berubah dan tetap sinis padanya. Perlakuan Selia waktu itu memang keterlaluan dia tidak mau seranjang dengan Yusuf tapi menyuruhnya tidur di sofa sampai hampir setahun. "Selia mulai membuka hatinya untukku." Itulah yang ditulis Yusuf di lembar berikutnya. Selia ingat waktu itu dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Yusuf setelah melihat ketulusan saat merawatnya. Yusuf selalu menemani dan tidak meninggalkannya di rumah sakit walau sedikitpun. "Akhirnya aku merasakan menjadi suami seutuhnya, Selia akhirnya membolehkan menyentuhnya dan kami sudah bercinta untuk pertama kalinya."
Yusuf segera menyeka air matanya saat Surya masuk ke kamarnya. "Ada apa bro? apa yang membuatmu menjadi sangat sedih seperti ini?" "Aku sudah sangat hancur bro, di dunia ini semua orang akan menganggap ku adalah orang jahat dan tidak ada lagi tempat untukku mencari kerja." "Bukankah sekarang kau sudah bekerja sebagai office boy." "Tapi aku tidak yakin berapa lama aku bisa bertahan karena berita perceraian ku dan Selia sudah masuk tv dan berbagai media lainnnya dan aku pasti akan dipecat karena ini bisa merusak nama baik perusahaan." Surya melihat berita yang sedang ditayangkan di tv, hatinya ikut sedih melihat sahabat baiknya dirundung masalah yang tidak kunjung usai. "Maafkan aku, bro. Aku tidak bisa bantu tapi aku yakin kau bukanlah seperti yang diberitakan di tv. Aku tau kau adalah lelaki yang baik." "Tapi sekarang semua tidak ada gunanya, Selia benar benar telah menghancurkan hidupku." Surya merangkul sahabatnya, di
Yusuf masih mencoba untuk membujuk Bryan agar bisa segera pergi tapi Bryan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Bryan terus memaksa agar menemaninya bermain. Yusuf menatap Bella mencoba meminta pertolongan tapi Bella yang merupakan mantan bosnya itu cuek dan tidak peduli padanya.Yusuf mencoba menahan rasa jengkel yang timbul dari dalam hatinya dengan memperhatikan Bryan yang sudah mulai menyusun robot-robotan. Wajah anak itu sangat tampan dan itu membuatnya tersenyum. Sudah lama dia ingin memiliki seorang putra tapi sayang Selia selama ini belum memberikan lampu hijau untuk mewujudkan hal itu, dia selalu berdalih bila belum siap untuk menjadi seorang ibu padahal dia sudah sangat menginginkan untuk memiliki seorang putra.Bryan memalingkan wajah dan beli mendapati Yusuf sedang tersenyum sambil melihatnya."Kenapa Om tersenyum?" Pertanyaan Bryan membuyarkan lamunan Yusuf."Om hanya sedang membayangkan betapa bahagianya seandainya punya putra sepert
Yusuf menemui Surya dan mengutarakan niatnya untuk pulang kampung. Surya ikut sedih melihat nasib sahabatnya yang tidak kunjung membaik."Aku tidak bisa melarangmu untuk pulang kampung tapi satu yang harus kau tau, aku pasti akan merasa sedih kehilangan sahabat sekaligus sudah ku anggap saudara sendiri.""Aku hanya pulang sebentar kok, hanya ingin menenangkan diri sekaligus menjenguk ibu.""Kapan kau pulang?""Besok, karena aku juga mau ke tempat ustad Haikal dulu dan mungkin menginap di sana.""Maafkan aku, sebagai sahabat tidak bisa membantu saat kau lagi kesusahan.""Tidak usah dipikirkan, setiap manusia punya jalan hidup masing masing dan yang terjadi padaku saat ini memang haruslah terjadi, mungkin aku banyak dosa dan saatnya untuk menebus dosa itu, jadi aku harus tetap bersabar.""Aku salut padamu, disaat terpuruk seperti ini kau masih saja optimis dan berpikir positif.""Hanya itu yang bisa ku lakukan."Yusuf dan Surya masih akan berbi
Bella mondar mandir didepan kamar ICU, dia sangat khawatir karena sudah beberapa jam dokter yang memeriksa Bryan putra semata wayangnya belum juga keluar dan memberikan informasi apapun padanya. Sebagai single parent, Bella sangat menyayangi putranya, berbagai mainan mewah dan mahal dibelikannya dan juga menyediakan dua orang pengasuh yang selalu setia menemani hari hatinya.Bryan adalah anak yang dilahirkannya tanpa seorang suami, dulu suaminya meninggalkan dia pada saat usia kehamilannya 2 bulan dan lebih memilih menikah dengan wanita yang dicintainya. Pernikahan Bella dan Alex memang awalnya hanyalah perjodohan orang tua sejak untuk urusan bisnis dan mengembangkan perusahaan.. Awalnya Alex sudah menolak untukku menikah dengannya tapi entah mengapa pada akhirnya menerima pernikahan itu.Pesta pernikahan pun berlangsung sangat meriah karena keluarga Bella dan juga keluarga Alex adalah pengusaha besar yang memiliki banyak mitra usaha di mana-mana sehingga pernikahan itu lebih kepada
Bella kemudian menemui Bryan yang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Bella segera mencium kening putra kesayangannya dan berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya. dia tidak ingin membuat Bryan curiga kalau memiliki penyakit yang cukup parah. selama ini Bella memang tidak pernah memberitahu Brian perihal penyakit jantung yang dideritanya."Mama aku sakit apa?""Kau baik-baik saja sayang tadi itu kau hanya terkejut karena hampir tertabrak oleh mobil dan itu membuat nafasmu sedikit sesak."Bryan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dia seperti sedang mencari seseorang."Mana Om Yusuf Bryan tidak melihatnya di ruangan ini.""Om Yusuf tidak ada sayang bukankah mama sudah bilang kalau Om Yusuf tidak bekerja di perusahaan mama jadi tidak mungkin bisa menemanimu sepanjang hari.""Kenapa Mama tidak mencarinya aku ingin sekali bertemu dan bermain dengan Om Yusuf.""Kau bisa bermain dengan banyak orang Kenapa harus memaksakan dengan Om Yusuf.""Kalau mama tidak bisa mencari Om Yusuf d
Ustad Haikal baru saja menutup pintu dan baru melangkah beberapa langkah saat pintu terdengar ada yang mengetuk. Ustad Haikal buru-buru untuk membuka pintu karena mengira yang datang adalah Yusuf."Ada apa Yusuf apa kau melupakan sesuatu?" Ustad Haikal sudah melontarkan pertanyaan namun rupanya bukanlah Yusuf yang mengetuk pintu tetapi beberapa orang-orang laki-laki bertubuh kekar. Sejenak Ustad Haikal melihat mereka secara bergantian. Dia mencoba mengingat siapa tahu mereka adalah teman atau setidaknya mengenal mereka tapi setelah berpikir beberapa saat dia bisa memastikan mereka adalah orang orang asing."Kalian siapa? ada urusan apa di sini? kalian mencari siapa?" Itulah beberapa pertanyaan yang langsung ditanyakan oleh ustad Haikal pada rombongan laki laki kekar itu."Kami ingin bertemu dengan Yusuf dan menurut informasi yang kami terima Yusuf ada di rumah ini, jadi tolong panggilkan dia dan bilang kalau bos kami ingin bertemu dengannya.""Siapa bos kalian? dan ada urusan apa men
Yusuf terus berjalan tak tentu arah perasaan sedih di hatinya membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih sampai dengan detik ini dia belum percaya kalau ibu yang sangat disayanginya ternyata saya tega mengusirnya tanpa mau mendengar penjelasan darinya.Yusuf duduk di pinggir jalan dan menatap kosong ke depan. Penampilannya sekarang sudah seperti gembel, pakaian yang dipakainya pun sudah tidak karu-karuan karena keringat yang terus membasahi seluruh tubuhnya."Selia, kau sungguh tega menghancurkan hidupku. Selama ini aku sudah tulus mencintaimu melakukan apapun untuk membahagiakanmu tapi begini balasan untukku kau bahkan membuatku dibenci oleh ibuku sendiri."Yusuf terus menyesali dirinya dia benar-benar kalut karena tidak punya solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Ingatannya bergulir pada ustad Haikal yang pasti bisa membuatnya lebih tenang dengan memberikannya pencerahan pencerahan terkait masalah yang sedang dihadapinya.Sayup-sayup terdengar suara adzan yang membuat Yusuf ter