Share

Siapa Kamu?

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2023-07-14 08:19:20

Uang di dalam dompet hitam milik Rizal memang tidak banyak. Ku lihat hanya ada beberapa lembar uang merah, tetapi selain uang, di dompet itu juga ada kartu ATM dan kartu kredit. Sebuah kartu yang tidak pernah kumiliki.

Kuhela napas perlahan. Selama aku bekerja, gajiku yang tidak seberapa itu selalu kuberikan pada ibu.

Rizal menarik tanganku mengajak masuk butik. Seorang wanita cantik berseragam biru menyambut kami dengan raut wajah ramah.

"Kami mau pesan baju pengantin yang paling bagus di butik ini, Mbak," kata Rizal.

Wanita berjilbab itu tersenyum dan mengajak kami untuk memasuki ruangan yang lain. Aneka gamis berjejer serta manekin bergaun pengantin telah siap untuk dipilih.

"Ini beberapa model gaun pengantin koleksi kami. Silakan dipilih," kata sang pelayan.

Aku terpana melihat gaun yang semuanya bagus-bagus. Tidak pernah ber bayangkan aku akan memasuki butik sebesar dan sebagus ini apalagi untuk memilih dan membeli salah satu gaunnya.

Tanganku gemetar. Kulirik Rizal yang juga sedang melihat-lihat pakaian yang digantung di depannya.

"Bagaimana, El? Apakah kamu sudah menentukan pilihan?" Rizal mendekatiku.

Aku menoleh dan menggeleng.

Dahi Rizal berkerut melihat tanggapanku. "Kenapa? Nggak ada yang suka, ya? Padahal menurutku ini bagus, lho." Rizal mengusap gaun pengantin berwarna putih tulang.

"Tetapi nggak apa-apa. Aku maklum. Selera orang memang berbeda, kan? Karena yang namanya bagus itu relatif. Aku bilang bagus, tetapi kamu enggak. Aku nggak bisa memaksa kamu suka," imbuh Rizal.

Lalu Rizal Menarik tanganku. "Kalau gitu, coba cari di sebelah sana. Siapa tahu ada yang suka."

"Em, sebenarnya aku suka gaun ini, tapi__Aku mengelus gaun pengantin putih polos dan melirik Rizal. " Harganya mahal." Lanjutku seraya nyengir. Tentu saja mahal menurutku, gajiku sebagai karyawan di toko sepatu selama satu bulan tidak cukup untuk membayarnya.

Rizal meminta karyawan butik melepas gaun pengantin dari manekin lalu memberikan padaku untuk dicoba.

Tanganku gemetar memegang gaun panjang itu. Seumur hidup tidak pernah terbayangkan memegang gaun sebagus ini apalagi diminta untuk memakainya.

"Ayo!" kata lelaki berkaus oblong warna cokelat muda dengan kerah di lehernya itu saat aku masih bergeming.

"Nggak usah khawatir. Uangku pasti cukup untuk membayarnya."

Segera aku masuk ke ruang ganti dan mencobanya, ternyata ukurannya sangat pas. Tidak kebesaran dan juga tidak kekecilan.

Aku keluar dari ruang ganti untuk menunjukkan pada Rizal. Lelaki yang akan menjadi imamku itu tersenyum saat menatapku.

"Cantik sekali calon pengantinku. Jadi nggak sabar menunggu waktu itu tiba," kata Rizal yang membuat pipiku hangat.

"Ada yang lain?" tanya Rizal lagi setelah gaun itu dibungkus.

Aku menggeleng, tetapi tiba-tiba dia mengambil beberapa potong baju dan memberikan pada pelayan untuk membungkusnya.

"Ini buatku?" tanyaku saat Rizal mengulurkan paperbag warna cokelat.

Rizal tertawa memperlihatkan giginya yang putih dan tersusun rapi. "Tentu saja. Buat siapa lagi?"

"Ini terlalu berlebihan, Zal."

Rizal mengusap pundakku dengan lembut. "Tidak ada yang berlebihan untuk wanita cantik yang mau menerimaku apa adanya. Aku janji akan membahagiakanmu, El."

Aku menerima Rizal karena dia adalah lelaki sederhana dan tidak banyak tingkah, tetapi setelah melihat isi dompetnya, apakah dia seorang lelaki dari keluarga sederhana seperti yang kuduga.

Rizal kembali menggandeng tanganku usai membayar barang belanjaan dengan kartu yang dia punya. Rencana selanjutnya kami akan ke studio foto untuk foto prewedding.

Dahi Rizal berkerut saat melihatku hendak naik ke atas motor miliknya. "Mukamu pucat. Kamu pasti lapar. Kita makan dulu aja, ya."

Tanpa menunggu jawabanku. Dia menarik tanganku dan mengajak masuk ke sebuah restoran mewah yang sama sekali belum pernah kumemasukinya.

"Kita makan di sini?" Aku ragu untuk melangkah.

Rizal malah tertawa. "Jangan khawatir. Aku yang bayar makananku dan makananmu. Tidak bayar sendiri-sendiri seperti biasanya. Kamu, kan, calon istriku."

Pipiku hangat. Malu nyatanya dia dapat membaca pikiranku. Tentu saja aku takut jika diminta bayar sendiri. Bisa-bisa jatahku makan selama satu bulan habis hanya untuk sekali makan di sini.

Kami berjalan beriringan memasuki restoran yang di dalamnya penuh dengan perabotan mewah itu. Tempatnya rapi dan bersih.

Rizal mengajakku duduk di meja kosong yang berada di pojokan lalu memanggil pelayan.

Mataku membulat saat membaca daftar menu tertera dan semuanya mahal. Aku menelan ludah dan lidahku terasa berat untuk mengucap.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rizal karena aku masih diam saja.

Aku mendongak dan menatapnya.

Rizal tersenyum lalu dengan entengnya menyebut beberapa makanan dan minuman.

"Sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa tidak sayang mengeluarkan banyak uang hanya untuk makan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ending

    Tangan Andra gemetar saat menanda tangani berkas persetujuan bahwa istrinya harus dilakukan tindakan operasi caesar saat akan melahirkan. Lelaki itu sebenarnya keberatan Mia dioperasi karena dia tahu biayanya lebih mahal dibandingkan dengan lahiran normal. Namun, demi keselamatan istri dan calon anaknya dia tetap tanda tangan juga. Perkara uang, bisa dipikir nanti. Dia memang sudah punya tabungan, tetapi hanya cukup untuk digunakan jika Mia lahiran normal sedangkan dia tidak berani minta pada mertuanya meski dia tahu orang tua Mia punya banyak uang. Dia tahu, mertuanya terutama sang ibu tidak menyukainya sebagai menantu karena dia hanya anak pembantu. Andra takut ibu istrinya itu tidak mau membantunya. Dan yang paling membuatnya takut adalah mertuanya mau memberi bantuan asalkan dia mau berpisah dengan Mia. Tidak. Apa pun alasannya, Andra tidak mau berpisah dengan Mia terlebih setelah adanya buah hati di antara mereka. Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, akhirnya operasi ca

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Terbongkar

    "Akhirnya kamu ketemu jodohnya juga, Vin. Ibu bilang juga apa? Lelaki tampan dan sukses seperti kamu pasti akan mendapat jodoh wanita yang cantik dan sukses juga," kata Irma seraya mengusap pucuk kepala anak lelakinya itu. Besok adalah hari pernikahan Alvin dengan seorang wanita pilihan neneknya yang masih ada hubungan kekerabatan dengan keluarga mereka. "Ibu senang kamu mau menikah dengan pilihan Nenek yang sudah pasti jelas asal usulnya. Jelas bibit bebet dan bobotnya. Cantiknya sungguhan dan kekayaannya juga bukan bohongan." Irma sengaja meninggikan suaranya agar orang-orang yang sedang berada di dapur itu mendengar ucapannya termasuk Lasmi. Di dapur sedang banyak orang yang sedang membantu memasak untuk acara esok hari. Lasmi yang sedang mengulek cabai di dapur untuk membuat sambal goreng hanya melengos mendengar ucapan Irma. Kakak iparnyanya itu sedang memuji anaknya, tetapi terdengar menyebalkan baginya. Bagaimana tidak? Lasmi merasa seolah sang kakak ipar sedang menyindir

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kecewa

    "Minum dulu, Bu." Mia membantu Lasmi duduk setelah beberapa saat yang lalu siuman dari pingsan. Wanita itu tidak sadarkan diri setelah mengetahui fakta yang sebenarnya kalau besannya hanya seorang pembantu di rumah mewah itu. Ucapan Venny kembali terngiang di kepalanya. Ternyata keponakannya itu tidak bohong. Mau ditaruh di mana mukanya nanti saat bertemu gadis yang sudah pernah memberi tahu siapa Andra yang sebenarnya, tetapi dia malah tidak percaya. Segelas teh yang masih mengepulkan asap diangsurkan Mia pada sang ibu.Lasmi enggan menerima minuman itu dan membiarkannya tetap berada di tangan Mia. Kenyataan bahwa anak gadisnya hanya bersuamikan seorang anak pembantu membuatnya tidak berselera meski hanya minum saja. Geri mengambil alih minuman itu dari tangan Mia lalu memberikan pada sang istri. "Minum dulu agar tubuhmu sedikit bertenaga. Kulihat wajahmu begitu pucat." Akhirnya Lasmi mau minum. Dia menatap Mia seraya menyeruput sedikit demi sedikit minuman manis itu. Rasa hang

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ingat Mantan

    "Kenapa, Mas? Kok kayak lagi banyak pikiran gitu?" tanya Elly saat berada di meja makan dan melihat suaminya seperti tidak selera makan. "Ah, enggak. Aku nggak apa-apa, kok." Lelaki bermata teduh itu hanya membolak-balik makanan di hadapannya. Nasi di piringnya belum berkurang separuhnya padahal punya Elly sudah mulai habis. Elly menghela napas perlahan. Dia berdiri lalu mengambil piring milik Rizal. "Masakanku nggak enak, ya? Aku ganti aja, ya? Mau minta dimasakin apa? Atau mau pesan online aja." Rizal tersenyum. Diambilnya kembali piring miliknya dari tangan sang istri. "Nggak usah. Makanan ini enak. Rasanya pas di lidah. Apalagi ini juga makanan favorit aku." Lelaki itu mengambil sebiji udang goreng tepung lalu mencocolnya dengan saus dan menggigitnya. "Tetapi kenapa kayak nggak enak gitu? Tuh, lihat makanan aku sudah hampir habis sedangkan kamu masih banyak." Elly menunjuk piring Rizal. "Kalau memang ada masalah, cerita sama aku, Mas. Apa mungkin ada masalah di toko?" Lel

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kenyataan

    Andra mengumpat dalam hati. 'Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia bisa tahu aku? Si@l. Kenapa orang-orang sepertinya tidak suka melihat aku bahagia sedikit saja.'"Katakan padaku, Mas. Kalau yang dibilang Venny itu tidak benar." Mia mengulangi pertanyaannya.Andra mendongak. Ditatapnya Mia yang terlihat sangat cantik sempurna di matanya. "Iya, Mia, aku__Tangan Mia terulur. Jarinya mendarat di bibir Andra. "Ssstt. Aku percaya seratus persen sama kamu karena aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sepupuku itu memang begitu, dia paling nggak suka melihat aku bahagia. Dari dulu kami memang nggak pernah akur. Selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Namun, sekarang akulah pemenangnya. Dia pasti iri." Mia berkata sambil melirik Venny yang duduk diapit Alvin dan ibunya. Venny melotot. Dia tidak terima dengan ucapan Mia. "Eh, siapa bilang aku iri? Yang kukatakan ini be__Venny tidak melanjutkan ucapannya karena mulutnya dibekap oleh Alvin lalu mengajaknya berdiri dan menarik

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Setelah Sah

    "Kalau bukan Rizal yang memberi tahu pada Mia, lalu siapa? Rizal nggak mungkin berani bersumpah atas nama Tuhan.Mungkinkah ada seseorang yang tahu siapa aku sebenarnya dan orang itu kenal dengan Mia?" Andra berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sebuah kamar berada dekat dapur yang luasnya tentu saja tidak seluas punya sang majikan. Iya, dia memang diperbolehkan pinjam barang termasuk pakaian milik Ferdi, tetapi untuk fasilitas kamar tidur tetap menempati kamar pembantu dan sama sekali tidak diperkenankan tidur di kamar majikan. Pikiran Andra gelisah. Sesekali ia mengacak rambutnya karena frustrasi. Lelaki bertubuh tinggi itu berjalan menuju jendela. Tatapan matanya tertuju pada pohon-pohon di samping rumah yang rimbun Berharap hatinya tenang jika pandangannya teralihkan. Alih-alih tenang, lelaki itu justru semakin gelisah. Lalu ia berjalan kembali menuju ranjang dan menjatuhkan bobotnya di sana dengan kasar. "Aduh, aku jadi takut Mia membatalkan pernikahan ini jika tahu siap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status