Share

Suami yang kukira cupu ternyata suhu.
Suami yang kukira cupu ternyata suhu.
Author: Bunga Peony

1. Bukti dari ipar.

Author: Bunga Peony
last update Huling Na-update: 2024-08-29 23:53:08

“Ada apa, Mbak? Kenapa Mbak ngajak aku ngobrol di sini. Di sini banyak nyamuk Mbak. Kenapa tidak di dalam saja?” tanyaku dengan dahi yang berkerut karena bingung.

Aku yang sedang duduk di ruang TV tiba-tiba di panggil dan diajak Kakak iparku ini ke arah taman belakang yang sunyi.

Diantara semua tempat, entah kenapa dia mengajakku duduk di taman belakang dekat kolam renang.

Raut wajah istri kakak iparku ini tampak begitu aneh. Kedua tangannya saling bertaut dan meremas. Matanya liar menatap ke kiri dan ke kanan seakan takut pada sesuatu atau mungkin lebih tepatnya pada seseorang, mungkin.

Vina panduwinata, nama yang indah tersemat di dirinya. Katanya, orang tuanya dulu sangat suka dengan penyanyi tersebut. Berharap anaknya bisa mengikuti jejak sang idola.

“Ada yang ingin Mbak sampaikan sama kamu, El. Tapi kamu harus percaya sama Mbak. Mbak gak akan mungkin membohongimu. Mbak mohon untuk sekali ini saja, kamu harus percaya sama Mbak sebelum semuanya terlambat,” bisiknya pelan.

Seperti takut kedengaran dengan orang. Padahal siapa juga yang akan mendengar percakapan kami sekarang. Jika tempat kami duduk saja sudah sangat jauh dan mojok dari kerumunan. Aku jadi semakin heran.

“Memangnya ada apa Mbak. Katakan saja!”

Mbak Vina mengeluarkan ponsel dari saku roknya dengan ragu-ragu. Menekan-nekan layar benda pipih itu lalu menyodorkannya padaku.

Mataku membulat dengan sempurna. Merasa tak puas dan tak ingin salah melihat, takut penglihatanku yang kurang baik. Aku merampas benda pipih itu. Menerangkan layar dan melihatnya secara dekat.

Degh.

Jantung ini seakan berhenti berdetak dan teremas sakit. Satu tanganku menutup mulut dan satu tangan lagi memegang ponsel itu dengan erat

Andai aku tak sadar jika benda pipih seharga 2 juta yang kupegang ini, di dapatkan Mbak Vina dengan susah payah, mungkin sudah aku jatuhkan ke lantai dan menginjaknya.

“Apa maksud semua ini, Mbak? Mbak dapat dari mana foto ini?” tanyaku dengan cukup lantang setelah yakin dengan apa yang aku lihat. Rahangku mengeras seraya menatapnya tajam.

Foto Mas Galuh sedang duduk dengan seorang wanita seksi. Bukan hanya duduk, tapi mereka saling berciuman mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang memadu asmara. Membuat darahku mendidih melihatnya.

Aku tak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu, karena wajahnya sedikit tertutup dengan rambut dan wajahnya sedikit miring, hingga menampilkan wajah Mas Galuh dengan jelas.

Apalagi foto ini diambil dari samping. Namun tautan bibir mereka berdua dan rangkulan mesra Mas Galuh di pinggang wanita itu, sudah menjelaskan keintiman yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Hatiku sangat meradang, reflek kuusap perutku yang masih rata. Aku baru saja berbahagia dengan kabar kehadiran anak yang sudah aku tunggu selama tiga tahun pernikahan kami. Kini kebahagiaanku rusak dengan sebuah foto yang mengoyak hati.

“Ssttt, jangan keras-keras ngomongnya, El. Nanti kedengaran mereka yang di dalam!”

Mbak Vina terlihat panik. Satu jari ia letakkan di depan bibir sebagai kode padaku.

“Jawab pertanyaanku Mbak, apa maksud dari foto ini. Apa ini asli? Mbak dapat dari mana?” cecarku menekan seluruh kata yang keluar dari mulutku.

Amarahku mulai membara sampai ke ubun-ubun. Hati istri mana yang tak sakit melihat suaminya bercumbu mesra dengan wanita lain. Walau hanya dalam selembar foto. Namun hanya sejenak, karena sedetik kemudian otakku mulai berpikir. Aku menyakinkan diri jika foto yang aku lihat ini bukanlah foto asli.

Zaman yang begitu canggih seperti ini tentunya sangat mudah untuk mengubah sebuah foto menjadi wajah orang yang diinginkan. Untung saja aku bukan tipe wanita yang mengedepankan emosi daripada logika.

Mana mungkin suamiku yang selalu bersikap baik dan tak pernah melakukan tindakan apa pun yang mencurigakan. Tiba-tiba selingkuh di belakangku seperti ini. Aku tak dapat mempercayai semua bukti ini. Bisa saja ini hanya rekayasa. Yah ... aku yakin seraya menggelengkan kepalaku pelan.

“El, aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan secara detail semuanya padamu. Mbak tidak bermaksud merusak rumah tanggamu. Ataupun menyakiti perasaanmu. Tapi Mbak kasihan padamu ditipu mentah-mentah seperti ini. Terkadang seseorang bisa tampak begitu baik padamu, karena apa yang kamu miliki saat ini. Orang terdekat pun bisa berubah menjadi belati tajam yang menusukmu dari belakang. Jangan mau menjadi wanita bodoh yang mudah diperdaya, El!”

“Nggak! Aku nggak percaya semua ini. Isi semua pasti foto editan, kan! Aku salah apa sih, Mbak, sama kamu?! Sampai-sampai kamu harus repot-repot begini untuk membuat rumah tangga aku berantakan. Oh … aku tahu, kamu pasti iri, kan! Karena Mama lebih sayang padaku ketimbang kamu,” tukasku padanya cepat.

Aku bukan wanita yang gampang dihasut hanya karena selembar foto begitu saja.

Mbak Vina terkesiap, dia tampak terkejut dengan apa yang aku katakan. Mungkin dia tak menyangka aku akan merespon seperti ini. Apa dia berharap aku akan marah-marah sambil menangis histeris serta memaki suamiku karena merasa disakiti dan di tipu?

Lagian apa yang aku katakan pun memang benar begitu kenyataannya. Mama mertua lebih sayang padaku. Buktinya, setiap aku berkunjung ke rumah ini, aku tak pernah diperlakukan layaknya babu seperti Mbak Vina.

Mbak Vina kini terkekeh. “Aku sudah menebak kamu akan merespons seperti ini, hanya saja ku tak mengira selain bodoh ternyata kamu juga naif ya, El. Aku berniat baik padamu, tapi kamu justru menuduhku. Sekarang terserah padamulah, mau percaya syukur. Nggak juga tak masalah, toh … hidup itu juga kamu yang jalani!”

“Aku yakin Mas Galuh tak seperti itu. Mas Galuh selalu bersikap baik dan lembut padaku. Kalau Mas Ridho mungkin aku percaya, buktinya dia selalu diam saja saat Mama memperlakukan kamu tak manusiawi. Mas Ridho seakan tampak tak ada sayangnya samamu Mbak. Mungkin yang harus curiga dan hati-hati disini tuh kamu, Mbak!” balasku.

Aku menjelaskan argumenku tentang rumah tangganya yang tampak aneh dimataku.

“kamu—”

“Vina! Dimana kamu, kesini sebentar!” sebuah panggilan langsung memotong ucapannya.

Tubuh Mbak Vina menegang, kedua tangannya saling meremat dengan keringat dingin yang muncul di dahi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   48. Alasan dibalik ajakan rujuk.

    Grand opening pembukaan toko rotiku pun akhirnya tiba. Antusias para pengunjung membuat semangatku menyala. Aroma butter yang menguar dari dapur memenuhi seluruh ruangan. Tak hanya di bagian dalam, tetapi di bagian luar pun juga terlihat ramai dengan deretan papan bunga yang berjejer tersusun rapi. "Selamat ya El." Vee memberikan sekuntum besar bunga mawar merah padaku. Dia datang bersama Kak Bian. Lama tak melihat dirinya, ada rasa rindu yang tersirat di hati."Terima kasih." Aku meraih bunga yang diberikannya padaku. Kelopaknya yang segar begitu menggoda mata. "Jangan terima kasih padaku, tapi pada Kak Bian, bunga itu darinya."Aku tersenyum. Hari ini hatiku sedang bahagia. "Terima kasih Kak. Atas bunganya dan juga waktu yang kakak sempatkan untuk datang ke sini.""Sama-sama, El. Lama tidak berjumpa, kamu makin cantik dan sukses saja," pujinya membuat hati ini semakin bahagia. Hari ini seakan begitu banyak kupu-kupu yang bertebaran di dadaku. "Ayo kita ngobrol di dalam sambil me

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   47. Ayo rujuk kembali padaku.

    "Aku benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya kamu bersikap baik sama orang lain yang baru saja kamu kenal, El."Vee terus saja mengomel sepanjang jalan hingga kami sampai di rumah. Caranya mengataiku bodoh seakan aku telah menghilangkan uang ratusan juta saja. "Aku hanya memberikannya sebagian pakaianku yang sudah tidak terpakai lagi. Bukan membiarkannya menempati rumah peninggalan Mama dan Papa. Aku rasa gak perlu dibesar-besarkan seperti ini," jawabku. Aku yang duduk di depan meja rias tengah melepaskan jam tangan dan meletakkannya kembali dalam kotak sebelum membersihkan diri ke kamar mandi. "Tapi kamu juga memberikannya pekerjaan."Aku berbalik menghadap ke arah Vee yang tengah duduk di pinggir ranjang seraya merengut. Tak biasanya dia bersikap kekanak-kanakan seperti ini. "Memangnya ada masalah apa? Kenapa kamu terlihat sensi padanya?" tanyaku lembut. Dalam beberapa hari belakangan ini terasa ada yang berbeda darinya. Vee mengalihkan pandangan matanya dariku. Dia seperti se

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   46. Istana yang terlupakan.

    "Di mana rumahmu, biar kami antar," tawarku yang merasa kasihan dengannya. Aku sudah membawanya ke klinik terdekat, luka-lukanya yang tidak terlalu parah itu pun juga sudah di obati. Hanya saja pergelangan kakinya sedikit terkilir hingga dia terlihat kesusahan saat bergerak.Vee kembali menarik tanganku, sedari tadi dia terus mewanti-wantiku untuk tidak terlalu ikut campur. Kuakui penampilan wanita yang aku ketahui namanya Rani itu terlihat begitu terbuka. "Gak usah Mbak. Saya bisa pulang sendiri, nanti saya pesan ojek online saja," ucapnya segan. Jika dilihat-lihat dia cukup sopan untuk ukuran wanita yang menggunaka pakaian sedikit terbuka. "Gak apa, aku antar saja kamu pulang. Jangan sungkan. Oh ya, kalau aku boleh saran, sebaiknya besok bersepeda gunakan pakaian yang lebih panjang lagi biar kalau jatuh gak parah seperti ini."Aku tak tahu kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutku. Jika dipikir-pikir tak ada hak untuk aku mengomentari penampilannya. Sebenarnya pakaian Rani ada

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   45. Memulai usaha baru.

    Tiga hari aku tak bertemu lagi dengan Kak Bian. Aku yang selalu di rumah layaknya pengangguran kini mulai menyibukkan diri dengan rencana membuka toko bakery dengan seorang partner bisnis yang aku dapati saat ikut kelas baking. "Wah, mantap. Kapan kira-kira toko ini akan buka?" tanya Vee. Matanya menadang takjub pada penataan toko yang sedang dalam tahap finising tersebut. Hari ini dia libur dan ikut denganku untuk kontrol tukang yang menyelesaikan finishing renovasi rukoku ini. Aku memiliki satu deret ruko yang selama ini disewakan, kali ini dua pintu ruko akan aku gunakan untuk toko bakery. "Secepatnya. Tadi aku tanya sama tukangnya dalam seminggu tempat ini akan siap. Kalau tidak ada kendala awal bulan sudah bisa launching." Vee menganggukkan kepala kemudian meninggalkan aku untuk kembali melihat sekeliling. Aku justru memilih berdiskusi dengan Tissya. Wanita muda yang hanya tamatan sekolah menengah atas.Di umurnya yang

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   44. Musim semi.

    Belum hilang keterkejutanku atas ucapannya, kini aku kembali dikagetkan dengan sebuah cincin berlian yang dia tunjukkan padaku.Aku bahkan tak tahu harus berkata apa. Seluruh tubuhku terpaku dengan lidah yang kelu. "Apa kamu mau menerimaku, El?" Suara lembut pria yang selalu aku anggap sebagai kakak lelaki ketimbang pasangan ini kembali membuyarkan lamunanku. Aku menatap wajahnya lekat. Apa yang kurang dari dirinya? Tak ada. Tapi rasa takut atas kegagalan rumah tangga sebelumnya membuatku tak berani melangkah. Aku menutup kotak merah tersebut."Kenapa?" tanya Kak Bian dengan nada kecewa. Sejak kapan dia memiliki perasaan denganku? Sejak dulu saat kami kerap bersama atau karena kasihan dengan nasibku yang akan menyandang status janda?"Aku baru saja berpisah dengan Mas Galuh dan bahkan palu hakim perceraianku saja belum di ketuk," jawabku jujur. Aku tak ingin kedekatan kami akan menjadi masalah untuk kedepannya. "Aku akan sabar menunggu.""Masih banyak perempuan lain yang pantas un

  • Suami yang kukira cupu ternyata suhu.   43. Lamaran dadakan.

    Minggu pagi, udara begitu cerah tapi terasa melelahkan untukku. Hidup di rumah sendiri terasa begitu sunyi sehingga aku yang awalnya hanya ingin menginap sehari dua hari di rumah Vee, justru malah jadi keterusan. Keningku berkerut saat membuka kulkas, tak ada bahan makanan apa pun yang tersisa di sana. Baik aku ataupun Vee jarang sekali memasak di rumah ini, entah kenapa hari ini aku ingin makan siang dengan masakanku sendiri.Jadi di sinilah aku sekarang, di pusat perbelanjaan yang cukup besar di kotaku. Baru masuk pintu moll aku langsung menuju Alfamart yang ada di lantai bawah. Aku suka berbelanja di Alfamart yang ada di moll ini, selain lebih besar dan luas bahan makanan pun dijual lebih lengkap dan juga fress.Ayam, ikan, nugget dan juga telur omega sudah tersusun di dalam troliku, aku kembali berjalan sembari mata melirik ke kiri dan ke kanan untuk melihat-lihat apa lagi yang ingin aku beli dan berhenti di depan rak buah-buahan yang tersusun perkelompok."Wah kebetulan sekali

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status