Lanjut besok 。・:*:・(✿◕3◕)❤
Sementara itu, begitu tiba di mobil, Prio berkata pada Lyra tentang sikap keluarga Jackson."Bapak nggak ngira kalau keluarga mereka bukan keluarga yang sombong, meskipun kelihatan banget kaya raya." Lyra tersenyum, "Iya. Nggak semuanya, Pak. Ada yang mungkin kurang sreg, cuma gak diperlihatkan aja." "Iya sih, tapi yang penting nenek dan kakeknya sebagai pusat interaksi keluarga itu, baik sama kamu. Makanya, kamu harus deket sama mereka, setidaknya kamu harus punya backing yang kuat. Calon suami kamu juga kelihatan orang yang paling mengendalikan, Bapak lihat ... di antara yang lain, orang-orang kayak segen sama dia, padahal keluarga, dia baik kan sama kamu?" tanyanya. "Iya dong, Pak," ujar Lyra menenangkan. Maka setelah salat subuh, Lyra mendapatkan telepon dari Jackson. ia bertanya bagaimana keluarganya. Kemudian Lyra menjawab kalau orang tuanya sudah pulang ke kampung karena tidak tega meninggalkan adik-adiknya terlalu lama. "Terus gimana, tiketnya kamu yang beliin kan?" "Iy
"Setahuku sih mereka udah cerai lama," ujar Lyra tak bisa mengendalikan diri.Namun, entah kenapa setelah mengatakan itu ia jadi merasa tindakannya salah. Ia melirik Vita dan terlihat menatapnya dengan aneh, tidak biasanya Lyra menjadi orang yang menyampaikan informasi. Biasanya, ia akan tutup mulut dengan apapun yang ia tahu, tapi sekarang Vita merasa bahwa Lyra sedang tidak beres. "Wah coba gue lihat dulu." Salah satu dari mereka pun Googling tentang mereka dan ternyata apa yang dikatakan Lyra benar. "Wah iya bener, mereka udah cerai guys!" "Jadi sekarang berarti bokapnya Daniel hot duda dong, ya. Mana hot banget lagi kelihatannya, duh jiwa sugar babyku merontah." "Mulai deh, ih!" ujar Vita yang kesal melihat temannya heboh itu. Semakin didengar, entah kenapa Lyra malah semakin sebel. Akhirnya ia pamit, disusul Vita yang menyadari kegelisahan sahabatnya itu.Mereka pun berhenti di kantin dan Vita langsung bertanya pada Lyra."Ra, lu kenapa sih hari ini, kayak nggak bersemanga
Jackson sengaja pulang dari kampus anaknya langsung ke apartemen yang ditempati oleh Lyra. Namun ketika ia ke sana justru yang ia lihat hanya Bi Wati, ia mengatakan kalau Lyra belum pulang, ia bilang ada acara makan-makan bersama di kampus, karena jadwalnya memang begitu. Jackson jadi menyesal karena tadi menolak ajakan para dosen untuk makan bersama, tetapi sepertinya ia harus ke sana memantau bagaimana calon istrinya berbaur dengan teman-temannya. Sampai di kampus lagi, Jackson melihat anak-anak yang sudah melewati sidang skripsi mereka makan bersama dengan teman-temannya. Acara seperti itu adalah budaya dari kampus tersebut. Maka bagi yang belum ikut sidang skripsi pun bisa ikut, intinya acara itu diperuntukkan untuk angkatan yang akan segera lulus. Jadi tidak ada deskriminasi di sana, hanya saja mungkin ada tekanan pribadi para mahasiswa yang belum berhasil menyelesaikan skripsinya, sehingga belum ikut sidang. Namun hikmahnya, hal itu bisa jadi motivasi agar mereka merasa malu j
Setelah itu Jackson pulang dan meninggalkan Lyra yang merasa bersalah dan ingin menangis. Ia juga tidak tahu kenapa perasaannya jadi emosional, hanya karena Lyra tidak membalas pesannya. Apakah sikapnya itu bisa dikatakan normal? Ia harusnya bersikap dewasa sebagai orang yang lebih dewasa dari Lyra tapi, hanya karena sebuah pesan ia jadi emosional seperti itu. Apalagi ia malah bersikap seolah ia menegaskan kalau mereka hanyalah bawahan dan atasan, sehingga tidak ada hak bagi Lyra untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri. Sementara itu, Lyra langsung mencuci piring dan menenangkan diri agar tidak sampai menangis. Mungkin ini salahnya karena terlalu berharap pada Jackson, harusnya ia tidak terbawa suasana saat Jackson bersikap baik padanya. Ia harusnya sadar di mana posisinya dan tidak merasa aman ketika bersama Jackson. Jackson bisa saja berubah pikiran, berubah sikap dan ia bisa saja jadi orang yang sangat mengerikan. Harusnya ia mengingat lagi, bagaimana awalnya mereka
Tidak, Jackson tidak sedang tertawa bersama mantan istri dan anaknya, tapi Ia hanya tersenyum tipis menanggapi candaan mereka berdua. Pikirannya tidak ada di sana. Ia terus memikirkan bagaimana Lyra memandangnya seperti melihat monster? Apa karena ia galak padanya? Namun, entah kemapa tatapan itu sangat menyakitkan, sepertinya Lyra menghindarinya. Jackson terus bertanya-tanha, apa yang membuatnya begitu. Akan tetapi, saat ini ia hanya bisa berpikir bahwa mungkin ada hal yang mengganggu Lyra. Mungkin itu masalah kedua orang tuanya atau ada masalah lain. Ia terus menatap layar ponsel menunggu balasan dari Lyra tapi, gadis itu tidak membalas pesannya, sehingga ia langsung menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Ia langsung menelpon Bi Wati dan bertanya padanya, "Apa yang terjadi?" Lalu Bi Wati menjawab kalau Lyra sedang istirahat, mungkin Lyra ketiduran saat akan membalas pesannya. . Sore harinya, Prio dan Sulastri langsung pulang kembali ke kampung halaman, sementara Lyra mas
Jackson langsung pergi ke luar negeri pagi harinya, karena ini adalah perjalanan bisnis terakhirnya sebelum menikah. Namun ia merasa berat ketika pergi tetapi tidak melihat wajah ceria Lyra seperti biasanya, padahal biasanya ketika ia akan pergi ke luar negeri gadis itu mengantarnya dengan senyuman polosnya. Saat ini gadis itu terlihat tertekan dan membuatnya bingung. Ia ingin bertanya, tapi takut membuat si gadis sedih, jadi ia hanya diam dan menyalami Lyra kemudian pergi. Sebelum ia benar-benar pergi, ia mengirim pesan pada Bi Wati untuk mengawasi Lyra, jangan sampai gadis itu kesulitan sendiri. Sementatara itu, Lyra juga menjalankan harinya dengan sesuai jadwalnya sendiri. Ia pergi ke kampus untuk mengambil berkas kelulusannya, akan tetapi sampai di sana ia mendapati bahwa ada tanggungan yang masih belum ia bayar yakni biaya wisuda. "Yulyra, saya udah bilang kan untuk dilunasi sebelum wisuda?! Tapi kamu masih belum melunasinya, bahkan sekarang kamu datang tanpa niatan melunasiny
Bi Wati bagaikan Spy bagi Jackson, ia melaporkan kalau Lyra tidak keluar sejak siang tadi sampai sekarang. Ini sudah sore jam 17.00 WIB, bahkan Lyra tidak menyentuh makanannya. Maka dari itu Jackson langsung menghubungi Lyra, akan tetapi Lyra tidak mengangkatnya. Jadi ia mengecek CCTV dan seperti kata Bi Wati kalau Lyra tidak keluar dari kamarnya sejak siang tadi dan bagian yang tidak disentuh oleh CCTV adalah kamar, karena itu ruang pribadi jadi tidak dipasang CCTV. Ponsel Lyra terlihat aktif tetapi tidak diangkat, pesannya juga tidak dibaca entah apa yang dilakukan Lyra sekarang. Sehingga Jackson menyuruh Bi Wati untuk membuka kamarnya. Akan tetapi Bi Wati bilang kalau kamarnya dikunci. Hal itu membuat Jackson khawatir tetapi kesal juga, karena Lyra yang sok misterius dan membuatnya khawatir. "Apa kamu lagi balas dendam?!" tanya Jackson bermonolog. Lyra baru bangun saat adzan maghrib dan ia terkejut ketika melihat ponselnya dipenuhi oleh panggilan dari Jackson, Jadi ia langsung
Ketika Lira membuka matanya, ia terkejut ketika ada Jackson yang duduk di tepi ranjang. Srek! Ia langsung panik karena tidak memakai kerudung jadi dia menutupi kepalanya dengan selimut. Mengetahui kepanikan Lyra, Jackson langsung beranjak dari duduknya. "Cepat bersih-bersih dan keluar. Saya ingin bicara sama kamu," tegasnya kemudian keluar. Lyra pun segera melaksanakan apa yang Jackson katakan padanya. Setelah selesai, Lyra pun keluar dan duduk di hadapan Jackson yang sudah menatapnya dengan tatapan dingin. Jackson terlihat sekali kelelahan, mungkin ia tidak tidur jadi Lyra pun menunduk seperti biasa. "Apa sih yang kamu pikirkan?" Lyra diam, ".... kalau butuh apa-apa tuh ngomong nggak usah diem-diem kayak gitu! Sifat keras kepalamu itu kadang buat kamu jadi bodoh tahu nggak! Kalau kamu butuh sesuatu, nggak usah diselesaikan sendiri seperti ini. Kamu tinggal bilang sama saya kalau kamu belum bayar wisuda, kamu juga gak bilang adik kamu butuh pelunasan uang gedung. Kenapa gak bila