Share

#2. Diancam!

"Itu tidak mungkin ...." gumam Lyra tanpa sadar.

Tak seharusnya, dia mendapatkan tuduhan seperti itu!

Perempuan itu bahkan tidak pernah sekalipun menyakiti hati Daniel, tapi sebaliknya. Sekarang, ia sadar kesalahannya.

Lyra terlalu polos untuk menyadari bahwa mantannya itu sangatlah manipulatif.

Hanya saja, semua terlambat.

Lyra kini harus duduk di depan orang yang merupakan ayah dari Daniel.

Pria dewasa itu terlihat sekali menghakiminya dan tidak menerima argumen apapun darinya.

Lyra menghela napas panjang. "Saya ... terlibat dengan narkoba? Bahkan, saya gak pernah menyentuh barang itu," ungkapnya sambil melirik Daniel.

Namun, sang mantan justru menatapnya dengan arogan dan tak merasa bersalah sama sekali.

Sejujurnya, hati Lyra sakit. Ia sepertinya tidak mengenal mantan kekasihnya itu lagi. Apa orang bisa berubah begitu cepat?

"Baiklah, kamu memang tidak memberinya narkoba secara langsung. Tapi, kamu adalah alasan dia frustasi, hingga menggunakan barang menjijikan itu."

Mata Lyra sontak menajam. "Sangat tidak masuk akal! Kenapa seolah saya yang harus bertanggungjawab atas rasa frustasinya?" balasnya tak terima, "memang, apa yang saya lakukan?"

"Daniel sebaiknya kamu jelaskan mengapa gadis ini jadi biang keladi!" titah Jackson pada sang anak.

Lyra semakin geram. "Daniel, kita udah gak ada apa-apa, sebulan ini harusnya cukup buat kamu sadar kalau aku gak ada hubungannya dengan kebejatanmu!" marahnya.

Hanya saja, Daniel tak merasa terusik sama sekali.

Dengan santai, ia masih melakukan kontak intim dengan Tiara saat menjawab ayahnya. "Dia yang menekan aku dengan memaksaku memberikan hal-hal yang dia inginkan, Pa. Aku frustasi, lalu tanpa sadar menggunakan narkoba. Untung ada Tiara yang membuatku sadar kalau itu salah ...."

Mendengar penuturan itu, Lyra merasa dunianya hancur begitu saja.

"Itu tidak benar!"

"Buktinya?" tanya Jackson pada Daniel.

"Papa bisa lihat cincin di jarinya, itu seharga satu miliar yang tak mungkin bisa ia beli. Sepatunya harga 23 juta rupiah. Dengan pekerjaan dan latar belakangnya, bagaimana dia bisa beli itu?" ungkap Daniel menyeringai pada Lyra yang sudah tak karuan.

Jackson terlihat mengangguk-angguk. "Masuk akal. Ada pembelaan Nona Lyra?"

"Saya bahkan tidak memintanya, kamu sendiri yang bilang kalau ini kamu berikan untuk aku, bahkan kamu memaksa."

"Papa kira aku sebodoh itu?" balas Daniel terus mendorong Lyra ke pojok.

Lyra hanya bisa menangis sekarang meski ia ingin menahannya di depan orang-orang kejam di hadapannya. Namun, ia benar-benar diambang kehancuran. Sudah cukup Lyra menerima sakit hari yang Daniel berikan, tetapi sekarang ia harus menjadi tumbal atas kesalahan yang Daniel perbuat.

Jackson jelas saja akan membela putranya. Segala ucapan Lyra pasti akan terkesan bagai bualan.

Kini perempuan itu hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Mencintai seorang Daniel adalah sebuah kebodohan. Padahal, teman-temannya sudah berkali-kali mengingatkannya untuk lepas dari Daniel adalah sosok manipulatif, tapi ia sudah terlanjur mencintai sosok itu.

Lyra dan Jackson kini bicara empat mata.

Pria itu terlihat sekali menatapnya dengan menghina setelah mendengar ucapan Daniel.

"Saya akan berusaha mengembalikan uang itu, Pak," ujar Lyra yakin, "... tetapi, beri saya waktu."

Jackson menyeringai melihat sosok yang duduk sambil menunduk itu, sebelum akhirnya Lyra melepas cincin pemberian Daniel yang katanya berharga 1 miliar dan juga melepas sepatunya yang katanya berharga 30 juta.

"Ini Pak, saya kembalikan."

"Saya sudah mengetahui banyak hal mengenai kamu, dan bagaimana hubungan kalian. Melihat bahwa Daniel mengeluarkan banyak uang untuk kamu selama ini, bagaimana kamu akan membayar semua? Padahal, cincin dan sepatu ini pun kalau dijual harganya sudah tidak seperti baru lagi...."

Sekali lagi, hati Lyra tersayat oleh kata-kata Jackson yang sangat pedas itu. Ia teringat, di masa lalu Jackson juga sangat menentang hubungannya dan Daniel.

Jackson juga melontarkan kata-kata menyakitkan yang berkata kalau ia gadis miskin yang berpacaran dengan Daniel hanya karena uang. Pria itu juga mengatakan kalau ia sama seperti gadis lain yang mau bersama Daniel hanya karena Daniel anak orang kaya. Padahal awalnya, Lyra tidak tahu kalau Daniel adalah anak dari seorang pengusaha kaya.

Ia kira Daniel hanyalah pemuda yang lahir dan tumbuh dari keluarga yang berkecukupan, tidak pernah ia bayangkan sekali pun kalau Daniel sekaya itu.

Akan tetapi, ia tidak menjawab ucapan pedas Jackson. Ia memilih diam mengatur nafasnya agar emosinya tidak meluap. Sekuat tenaga ia menahan air matanya.

"Beri saya waktu untuk membayar sisa hutang saya," ujar Lyra sedikit bergetar.

"Hahaha!" Jackson tertawa mendengarnya. "Kamu bisa apa dengan pekerjaan paruh waktumu yang bahkan mungkin hanya cukup untuk membayar biaya hidup kamu di sini?"

Namun, melihat gadis itu yang sudah bergetar hampir menangis, pria itu berhenti tertawa dan kembali fokus pada pembahasan mereka.

"Oke oke. Sepertinya kamu hampir menangis ya ...." ejek Jackson.

Lyra sendiri berusaha untuk menahan air matanya agar tidak membenarkan kata-kata Jackson yang menyakitkan itu. Jika ia menangis, itu berarti ia kalah.

"Saya beri waktu kamu sebulan untuk melunasi semuanya."

Lyra kaget mendengarnya, "Bagaimana bisa saya mengumpulkan uang sebanyak itu dalam sebulan?" tanyanya.

"Saya tidak mau tahu, kamu harus bisa memenuhi itu dalam sebulan, kalau tidak saya akan membuat kamu dikeluarkan dari kampus!" ancam Jackson.

Mendengar itu, Lyra langsung lemas bukan main. Ia sebentar lagi lulus dan sedang menjalani skripsi. Harusnya, ia tidak tersandung masalah di saat-saat seperti ini.

Namun, melihat Jackson yang sepertinya tidak ingin bernegosiasi lagi, Lyra hanya bisa berusaha untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin dalam waktu singkat.

Ia pun pamit undur diri.

Tak lama kemudian, seseorang datang ke kantor Jackson dengan sembrono.

Pria itu menarik napas panjang. Siapa lagi yang berani begitu kecuali Ibunya?

Benar saja. Wanita itu tampak datang bersama seorang gadis yang dijodohkan dengannya. Sepertinya, sang ibu tidak kapok untuk membawa anak perempuan dari teman-temannya. Padahal, Jackson sudah menolak berkali-kali.

"Hai, Sayangku! Bagaimana kabarmu hari ini?"

"Baik, Mi. Mami sendiri, apa kabar?" tanya Jackson balik sambil memeluk ibunya sebagai sapaan.

Lalu, ia menyalami gadis yang dibawa ibunya Ibu.

"Hem, sangat baik sekali, tapi ibu membawa seorang gadis yang sangat cantik untuk dikenalkan dengan kamu, namanya Chelsea Cakra Diana," ujar Renata heboh sendiri.

Jackson tersenyum kepada gadis itu sebagai bentuk sopan santun. Setelahnya, pria itu mengajak sang ibu untuk pergi ke kamar pribadinya agar bisa bicara berdua.

"Mi, aku udah bilang berkali-kali untuk tidak membawa perempuan lain ke dalam hidupku. Aku sudah cukup dengan hidupku yang sekarang,” ujarnya menggebu.

"Dan, kamu tahu ‘kan kalau Mami nggak akan berhenti sebelum kamu menyetujui apa yang Mami inginkan."

Jackson menyugar rambutnya kasar. Ia sangat frustasi kali ini, "Tolong, Mi. Aku punya kehidupan sendiri. Anak Jackson bahkan sudah besar. Apakah Mami tega menikahkan gadis yang masih belia, seperti dia untuk menjadi ibu Daniel?"

Renata tertawa sumbang. “Jangan jadikan Daniel sebagai alasan. Lagipula, coba kasih alasan kepada Mami kenapa kamu nggak mau nikah lagi. Apakah kamu trauma?" tanya Renata sengaja.

Jackson menghela nafas lagi. "Aku hanya sudah terlalu nyaman dengan kehidupan sekarang, jadi please biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri."

Renata tertawa lalu menatap putranya itu tajam. "Mami tidak terima alasanmu. Apa kamu sebenarnya punya seseorang yang kamu cintai sampai kamu menolak keinginan Mami mati-matian begini?"

Jackson terdiam. Dia memang hanya tidak mau menikah dengan gadis pilihan ibunya.

Kalau dipikir-pikir, Jackson sepertinya harus memberi alasan pada sang ibu, seperti memiliki seorang yang akan ia nikahi.

"Kalau iya, Mami akan melakukan apa?" tantang Jackson pada ibunya.

Renata tampak terkejut. "Kalau gitu, kenapa kamu tidak cerita?"

"Apakah kalau aku cerita, itu akan menjadi sebuah hal yang istimewa buat Mami? Aku malah takut bahwa Mami akan mengganggu kekasihku," ungkap Jackson berbohong.

Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela, sementara Renata terlihat antusias.

"Suruh gadis itu menemui Mami. Setelah itu Mami akan menentukan apakah harus menyetujui hubungan kalian atau tidak."

"Tapi, bukankah Mami tahu kalau aku dan Mami tidak ada bedanya? Kita sama-sama tidak bisa dilarang,” tegas Jackson, “kalaupun Mami menolaknya, tidak masalah. Aku dan pasanganku bisa seperti ini selamanya tanpa menikah. Hanya saja, aku tidak mau Mami selalu datang dengan gadis-gadis pilihan Mami."

Keduanya terdiam, sampai Renata tiba-tiba tertawa. "Kamu memang benar. Tapi, Mami tidak mau tahu. Kamu tetap harus suruh kekasihmu menemui Mami."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ramida Hamid
mantul, aku suka nih
goodnovel comment avatar
Andeska Maulana
keren bangeeeet
goodnovel comment avatar
Lusii
keren ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status