Setelah sang ibu pergi, Jackson menghela napas panjang.
Belum surut masalah anaknya, sekarang sang Ibu datang membuat masalah juga.Kapan ia akan mendapatkan kedamaian hidup kalau seperti ini terus?Harusnya Jackson yang menggelarkan pernikahan untuk sang anak, tapi malah ia yang didesak nikah. Sungguh ironis.Pria itu memijat pelipisnya. Ia sangat pusing menghadapi keadaan ini.Secepatnya, Jackson harus mencari solusi bagaimana mempertemukan sang ibu dengan siapapun yang bisa menjadi “kekasihnya”.Ia pun lantas memaksa dirinya untuk untuk mengerjakan berkas-berkas yang bertumpuk di atas mejanya sebelum melaksanakan rencana besar itu.Di sisi lain, Lyra sedang terduduk lemas.Bukannya ingin menyerah, tapi ia sudah kehilangan akal dalam mencari uang 2 Miliar.Bahkan, ponsel iPhone pemberian Daniel sudah dijualnya, tapi tidak menambah jumlah uang yang signifikan.Oleh sebab itu, Lyra memutuskan untuk segera mencari tempat tinggal yang murah dan memilih makan-makanan hemat ke depannya. Kalau perlu, Lyra hanya akan makan sekali dalam sehari.Tanpa disadari, seminggu pun berlalu dengan cepat.Karena keputusannya itu, berat badan Lyra turun drastis.Vita bahkan sampai khawatir padanya yang mulai tirus dan memiliki mata panda.Alhasil, teman Lyra itu membawakan bekal setiap mereka sama-sama ke kampus agar Lyra makan lebih."Apa lo tinggal di rumah gue aja, Lyra? Bokap sama Nyokap gue pasti ngijinin, kok. Lu jangan khawatir, mereka baik," ajak Vita ketika keduanya duduk di kantin."Gak apa-apa, Vit. Gue udah banyak ngerepotin lo. Gue bisa kok dengan apa yang ada sekarang, tinggal nambah kerja aja kayaknya."Lyra mencoba tersenyum–menenangkan temannya.Hanya saja, Vita justru tampak kesal dan hampir menangis. "Ra, stop! Lo udah kurang tidur, masa lo mau nambah kerjaan? Lo mau cepet mati?!" omelnya.Bagaimana tidak, Vita tahu jelas bahwa Lyra sudah melakukan 4 pekerjaan dalam sehari. Ia menjadi pelayan restoran di pagi hari sebelum kelas, lalu menjadi pelayan restoran setelahnya. Di malam hari, ia freelance sebagai admin online shop dan editing naskah di penerbit.Belum lagi, Lyra juga sedang mengerjakan skripsi. Waktu tidur temannya itu hanya 3 jam. Kalau ditambah lagi, kapan ia tidur?"Ra, sekarang lo jujur sama gue. Lo tinggal di mana?" tanya Vita menggenggam tangan sahabatnya itu.Lyra menghela napas. "Kalau tahu, lo janji jangan ngomel.""Ck!” decak temannya malas, “Gimana gue gak ngomel? Lo tau gue benci ngeliat lo yang semakin hari kayak orang penyakitan gini!"Ia bahkan menangis, hingga membuat seisi kantin menoleh ke arah mereka berdua.Lyra sontak menggenggam tangan Vita–berusaha menahan tangis. "Vit, gue gak bisa cerita karena lo bakal khawatir sama gue. Tapi, lo tau kan prinsip gue? Selama gue masih kuat, gue akan lakuin yang terbaik.""Prinsip?! Lo masih ngomongin prinsip dalam keadaan gini? Lo mikir gak sih kalau itu bisa ngebunuh lo?!"Lyra terdiam. Ia tak berani menghentikan Vita yang tampak emosi. Jika temannya itu kesusahan, pasti Lyra juga akan melakukan hal yang sama.Perempuan itu pun menarik napas panjang, sebelum akhirnya berkata, "Maafin gue belum bisa cerita. Tapi, gue bakal cerita kalau waktunya udah tepat, oke?"Lyra tersenyum lembut.Melihat temannya yang tak berubah pikiran, Vita hanya bisa meredam emosinya. "Jangan lama-lama, atau gue lacak sendiri di mana tempat tinggal, lo!"Lyra sontak tertawa kecil di tengah tangisnya, "Lo tahu kan gue kerja di mana.”Tanpa keduanya sadari, adegan itu ditonton oleh sekelompok orang, termasuk Daniel dan Tiara.Beberapa bahkan menertawakan adegan haru-biru antara Vita dan Lyra barusan.Daniel sendiri hanya diam melihat itu.Meski sekeras apapun hatinya, tak bisa ia pungkiri bahwa Lyra adalah cinta pertamanya. Ia terpaksa menjadikan perempuan itu sebagai kambing hitam karena ia tahu ayahnya akan menghukumnya dengan berat bila ketahuan menggunakan narkoba karena salah pergaulan.Tak hanya dirinya, tapi pacar barunya dan teman-temannya akan ikut terseret karena merekalah yang mengenalkan Daniel barang haram tersebut."Lihat, tuh! Lyra bener-bener kacau setelah putus dari lo, Niel! Gue denger-denger dia ditagih kampus lagi karena belum bayar skripsi," ujar teman Daniel mendadak."Iya, gue juga denger kalau dia bisa ikut skripsi karena dia masuk lewat jalur Bokap lo. Jadi, mereka gak gangguin Lyra," ungkap temannya yang lain, “Karena lo putus dan lo gak kasih sponsor lagi, mereka jadi mulai nagih lagi biaya skripsi ke dia.”Daniel terdiam dan mencoba tidak peduli.Hanya saja, ada rasa sakit di dalam hatinya mendengar itu.Sungguh ia tak tahu bila kasusnya akan membuat Lyra benar-benar kesulitan."Ck! Gue gak peduli!" kesal Daniel pada akhirnya. Ia lalu bangkit dan pergi dari sana.Teman-temannya sontak bingung dengan reaksinya.Dengan cepat, mereka mengikutinya."Cowok lo beneran gak peduli sama Lyra, kan?"Mendengar itu, Tiara terdiam. Hanya saja, ia khawatir kalau Daniel masih memiliki rasa iba pada gadis malang itu. Padahal, sulit sekali baginya mendapatkan Daniel yang menjadi most wanted di kampus elit itu.Ia harus mempertahankan Daniel, ia tak boleh membiarkan Daniel CLBK (cinta lama bersemi kembali) dengan gadis kampungan itu. Tak perduli dengan cara apapun, ia harus bisa menahan Daniel seutuhnya untuk dirinya sendiri.•••“Lyra, ada yang datang dan pengen ketemu.”Lyra yang baru saja habis salat sontak bingung kala mendengar ucapan Manajer cafe tempatnya bekerja.Siapa yang menemuinya di siang bolong?‘Apa mungkin Vita?’ pikirnya.Lyra pun keluar dan melihat ke arah meja pengunjung. Namun, ia terkejut begitu melihat sosok Jackson yang duduk sambil menatap ke pantri pelayan dan kasir."Dia?" bingung Lyra. Ia lalu menoleh ke arah Manajer yang dibalas dengan anggukan."Benar. Dia minta izin juga buat bawa lo, bahkan dia kasih uang ganti rugi biar gaji lo gak dipotong. Lo baik-baik saja, ‘kan?" ucap sang Manajer tampak khawatir.Lyra menarik napas panjang sebelum tersenyum. "Gapapa, Kak. Aku pamit dulu, ya."Sang Manajer mengangguk.Setelahnya, Lyra gegas mengambil barang-barangnya sebelum pergi.Tak lama, Lyra tiba di mansion yang ia tahu tempat tinggal Jackson dan Daniel.Gadis itu pun duduk berhadapan dengan sosok ayah mantannya di sofa ruang tamu.Keadaan menjadi canggung ketika Jackson terus menatap Lyra dari ujung kaki sampai ujung hijabnya."Penampilanmu sekarang berubah 100%, ya, seperti para tersangka yang sok jadi korban."Ucapan mendadak dari Jackson membuat tangan Lyra mengepal. "Maaf, tapi bukankah ini belum sebulan. Kenapa Anda tiba-tiba meminta saya bertemu?" tanyanya berusaha tenang.Jackson tersenyum. "Saya berubah pikiran, terlalu lama kalau saya kasih waktu kamu sebulan."“Maksud Anda?”Jackson kembali menyeringai licik kala melihat ekspresi terkejut campur takut di wajah manis Lyra. "Pak, bagaimana bisa Anda berubah pikiran? Ini baru 9 hari," protes Lyra sehalus mungkin, “Saya memang sudah mengumpulkan uangnya, tapi lima juta pun belum ada.”"Dengar, Nona Lyra. Saya tahu aset apa saja yang diberikan Daniel dan apa yang dia lakukan untukmu selama lima tahun ini karena semua pengeluarannya masuk ke notifikasi akun saya," tekan Jackson, “Uang yang kau kumpulkan itu juga dari barang yang diberi Daniel, kan?”Ia kini berdiri dan mendengus melihat Lyra yang hanya bisa diam menunduk. Ia suka dengan ketidakberdayaan gadis di depannya ini."Jadi, kamu hanya perlu menyerah dan mengikuti keinginan saya ...." ujar Jackson sembari meminum Wine di tangannya dengan santai.Lyra berusaha mengumpulkan kekuatan. Dalam hati, ia merapalkan doa agar Allah bersamanya dalam menghadapi cobaan itu."Sebenarnya apa yang Anda inginkan dari saya?" tanyanya dingin.Jackson tersenyum ketika
"Astaga," keluh Lyra dalam hati.Dia dan Jackson masih terus berusaha keras agar tampak seperti sepasang kekasih.Hanya saja, orang-orang di sana tampak tak percaya.Lyra berusaha tak peduli. Mengikuti langkah Jackson, dia pun melangkah pasti menuju ruang nomor 1 yang diarahkan pegawai Tante Janete.Akan tetapi, Lyra terkejut melihat seorang wanita tua berpenampilan anggun, menatap gaun-gaun yang sudah dipesannya dengan tidak suka.Lyra menatap Jackson--ingin mencari tahu.Namun, calon "suaminya" itu justru melepaskan genggaman tangannya dan langsung memeluk wanita asing tadi."Hai, Mi! Apa kabar?" ucap Jackson akrab.Sayangnya, Renata mengabaikan sang putra. Ia justru fokus pada gadis yang digandeng Jackson tadi.."Jadi, ini calonmu?" tanya Renata to the point setelah Jackson melepas pelukannya."Ya, dia Yulyra,” ucap pria itu mengenalkan, “Sayang, ini Mamiku. Namanya Renata."Lyra mengangguk dan tersenyum gugup, "Salam kenal Bu, saya Lyra," ujarnya maju untuk menyalami Renata.Namu
Lyra terus saja diam meski fitting baju pengantin telah selesai karena memikirkan ucapan calon mertuanya itu.Untungnya, ia tak perlu berkomentar banyak mengenai pakaian yang dikenakan Jackson. Pria berusia 43 tahun itu masih tampak tampan dan muda di dalam semua jas yang dipilihnya. Bahkan, tak kalah dari Daniel. Kini, keduanya pun berpindah tempat–ke toko perhiasan mewah yang sudah menjadi langganan Jackson. Pria itu tak melepaskan pegangannya pada tangan Lyra yang gugup.Lagi-lagi, Lyra merasakan keduanya disambut bak Raja dan Ratu."Hai, Jack. Udah lama gak ke sini, gimana kabarnya?" sapa pemilik toko itu ramah. Namun, Lyra menyadari tatapan penasaran yang tertuju padanya."Baik, Tan. Bagaimana kabar Tante?" balas Jackson."Baik juga, kamu bawa siapa nih?" Berbeda dengan pemilik butik yang tadi dikunjungi Lyra, ia merasa wanita di hadapannya ini lebih ramah dan anggun–sikap bangsawan sejati."Ini calon istriku, Lyra. Kenalin Sayang, ini Tante Helena Clodan, istrinya pemilik tok
"Tapi, Pak ....""Kamu susah untuk nurut, ya?" kesal Jackson.Lyra menghela napas, ia berusaha agar tidak ikut terpancing emosi."Bapak dan Daniel sama, kalian memang anak dan Ayah," gerutunya pelan.“Apa?”Lyra sontak menggelengkan kepala. "Lupakan, Pak. Saya cuma ingin mengingatkan bahwa utang saya ke Bapak sudah sangat banyak, tapi Bapak malah ngasih banyak hal ke saya ," ucap Lyra tak habis pikir, “sampai kapan saya bisa melunasinya?”Jackson menaikkan alis.Ia lupa untuk menjelaskan sesuatu. Tampaknya, tak bisa ditunda lagi agar Lyra tak salah paham.“Jadi….”*****"Papa!" Jackson yang baru saja tiba di kamar miliknya, sontak memutar bola matanya mendengar suara sang anak.Ia melihat Daniel tampak tantrum."Kenapa?" tanyanya santai sambil melepas kemejanya."Kenapa Papa lakuin ini sama Daniel?!" kesalnya sambil menunjukkan foto sang ayah dan mantannya jalan berdua, "nih! Papa seriusan sama Lyra mau nikah?""Kata siapa?""Temenku liat kalian jalan berdua, terus Oma konfirmasi kala
"Itu, biar saya yang urus."Meski Jackson berjanji akan membantunya, jantung Lyra tetap berdebar kencang kala menginjakkan kaki di depan rumah orang tuanya.Belum lagi, ia melihat kedua orang tuanya juga adik-adiknya yang sedang mematung di depan rumah. Bagaimana tidak shock, mereka melihat 4 mobil mewah yang datang membawa Lyra!Priyo–ayah dari Lyra–bahkan langsung maju ke depan untuk menghampiri putrinya."Ada apa, Nak? Kenapa kamu pulang bersama mereka? Kamu kemarin bilang katanya kamu mau dilamar? Terus, kenapa kamu langsung pulang bawa rombongan?” tanya Priyo panik, “apa yang sebenarnya terjadi?""Iya, Nduk. Jujur sama kami. Apa kamu punya hutang ke mereka sampai mereka harus ngelakuin semua ini sama kamu?" tanya sang ibu menyambung dengan suara pelan.Sulastri seketika sadar kalau mereka masih di luar rumah. Ia pun langsung menarik suami dan anaknya itu."Maaf, Pak. Sebaiknya, kita masuk ke dalam rumah dulu, lalu jelaskan semuanya," tambahnya pada Jackson.Pria itu hanya bisa m
Sementara itu, Daniel memilih untuk mengunjungi kontrakan Lyra. Namun, pemilik kontrakan menatapnya bingung dan mengatakan bahwa gadis itu sudah tidak mengontrak di sana sejak tiga bulan lalu.Daniel tertegun. Seketika ia menyadari bahwa Lyra mungkin kesulitan karena harus berusaha mengumpulkan uang yang harus ia bayarkan kepada Jackson. Tidak bisa dipungkiri, kalau ia juga khawatir dan ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah urusan mereka di kantor Jackson saat itu. Daniel juga tak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Jackson tentang pernikahannya dengan mantan kekasih anaknya sendiri. “Sial,” umpatnya, lalu kembali mencari Lyra kembali.Sayangnya, ia tak berhasil. Dengan terpaksa, Daniel pun menemui Vita, sahabat Lyra yang membencinya. "Apa yang mau lo tanyain?" tanya Vita dingin. "Tentu aja tentang Lyra." "Cih, lo udah nggak berhak tanya dia sama gua," ujar Vita berdecih. "Lo tinggal jawab aja, dia tinggal di mana sekarang?" desak Daniel marah. Vita me
"Lima tahun," jawab Lyra tanpa takut."Kamu benar. Saya nggak terlalu memperhatikannya, makanya dia jadi lepas kendali seperti itu," ujar Jackson merasa bersalah.Ekspresi itu sudah cukup membuat Lyra berhenti untuk mengkritik Jackson sebagai orang tua. Ia seharusnya tahu bahwa Jackson sesibuk itu sehingga tak sempat mengasuh anaknya sendiri. Tapi, orang tua mana pun pasti tak ingin anaknya terjerumus hal yang salah.'Sayangnya, Daniel tampaknya tak mengerti,’ lirih Lyra sedikit merasa bersalah.Untungnya, kecanggungan antara keduanya berakhir kala Lyra harus mengganti baju yang cocok dari butik. Dengan cepat, penampilannya sudah berubah.Jackson pun menggandeng tangan kanannya untuk berjalan beriringan menuju ke restoran yang ada di hotel mewah itu. "Hallo, Mr. Davidson!" sapa pria bule yang cukup berumur itu dengan ramah. Jackson melepaskan pegangan tangannya dari Lyra dan memeluk sosok itu. Sementara Lyra, ia tersenyum ke arah istri dari pria gembul itu yang sudah sama-sama tu
Setelah keributan di depan apartemen reda, Daniel dipersilhkan masuk bersama Vita. Hanya saja, keduanya seperti kerbau yang cocok hidungnya. Mereka menuruti setiap yang dikatakan Jackson. Tak lama, keduanya duduk di depan pria dewasa itu yang juga duduk di sofa yang berseberangan dengannya. Mereka diam-diam memperhatikan bagaimana Jackson memangku kepala Lyra yang tertidur lelap. Sementara itu, Bi Wati menyiapkan kopi untuk ketiga orang tersebut. "Kenapa Bapak gendong teman saya?" tanya Vita pada akhirnya. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi. Daniel sendiri tak bisa berkata-kata saking syoknya dengan "kedekatan" sang ayah dan mantan pacarnya itu. Ia tahu benar bahwa Jackson bukanlah tipe orang yang lembut dan romantis seperti ini. "Aku nggak ngerti jalan pikiran Papa, tapi tolong jelaskan ... kenapa Papa bisa sama Lyra? Kalau Lyra salah, biarkan dia menebusnya. Jangan buat dia terkurung di dalam jebakan Papa," timpal Daniel setelah berhasil menguasai diri. "Maksudmu? Kamu men