Nata sedang memeriksa beberapa email yang masuk di laptopnya saat indra pendengarnya tiba-tiba mendengar suara erangan yang berasal dari brankar rumah sakit. Tanpa melirik pun dia sudah tahu siapa pemilik suara tersebut.Dengan langkahnya yang lebar, Nata bergerak menghampiri Gea yang tengah bergerak-gerak dalam tidurnya. Perlahan kedua mata wanita itu terbuka bertepatan dengan Nata yang berhasil mendudukkan diri di ranjang tempat Gea berbaring saat ini."Kenapa?" tanya Nata lembut. Jemarinya terangkat ke depan untuk merapihkan rambut sang istri yang tampak berantakan.Gea mengerucutkan bibirnya, "Pengen pulang," rengeknya seraya menunjukan ekspresi bosan yang tak dibuat-buat.Bagaimana tidak. Sudah seminggu dirinya di kurung di dalam ruangan serba putih itu tanpa bisa melakukan apapun dan hanya berbaring sepanjang hari. Padahal kondisi tubuhnya sudah bisa dikatakan baik. Tapi suami dan mertuanya malah bertindak berlebihan dengan memperpanjang masa rawat inapnya."Iya, nanti pulang,
Gea menghirup udara pagi dengan perasaan teramat bahagia. Setelah berhari-hari hanya terkurung dalam ruangan serba putih, kini dia bisa menikmati sinar mentari secara langsung. Menembus pori-pori kulit yang kemudian memberi efek hangat yang entah sejak kapan terasa menyenangkan.Tidak ada lagi selang infus yang membelit tangan kirinya, juga bubur rasa hambar seperti perasaan mantan yang mampir di indra pengecapnya. "Udah siap?" Gea melirik ke samping dimana sang suami tampak mempesona dengan setelan khas bos-bos pengusaha.Ditambah tatanan rambutnya yang tak segondrong kemarin karena sudah dipotong, semakin menambah kharisma pria itu di mata Gea."Biasa aja ngeliatinnya," ucap Nata tanpa menoleh sedikit pun karena fokusnya saat ini pada jam tangan yang sedang dia pasang."Idih... Ge-er. Siapa juga yang ngeliatin kamu, Mas," sangkal Gea sembari mendengus pelan.Setelah rapi, keduanya pun berjalan beriringan menuju mobil yang siap mengantar mereka menuju kantor.Mulai hari ini, Gea su
Dion memijit keningnya yang berdenyut nyeri sambil sesekali meringis saat kakak iparnya yang kelewat cantik namun cerewet itu terus saja mengomel di dalam ruangannya dengan suara yang naudzubillah merdu sekali.Kegiatan merecoki tersebut sudah Gea lakukan sebelum jam makan siang tiba. Saking tak maunya berpindah alam ke ruangan Nata, Dion sampai terpaksa memesan makanan dari luar karena Gea tak mengizinkan dia beranjak barang sedikit pun.Padahal kan dia sudah berencana akan makan di kantin karena ngiler makan soto ayam buatan Ibu Yeni yang terkenal paling digemari karyawan kantor, tapi Gea justru mengacaukan semuanya."Yon, kamu dengerin Mbak ngomong gak sih?!" Dion gelagapan. Secepat kilat dia mengangguk-anggukan kepalanya persis seperti boneka annabelle. Loh?"Iya, Mbak. Gue dengerin kok," Gea mendengus keras. Tubuhnya dia hempaskan ke atas sofa dengan gaya paling bar-bar, membuat Dion yang melihatnya harus sering-sering mengelus dada.Bener-bener ketempelan nih bini Mamas gue.D
Harapan kini tinggal harapan. Do'a yang semalam Nata panjatkan dengan sepenuh hati, rupanya tak dikabulkan oleh Tuhan.Terbukti dari sejak bangun tidur sampai sekarang hendak berangkat ke kantor, tak sedikit pun Gea membuka suaranya. Jangan kan berbicara, bersitatap dengannya selama beberapa detik saja sepertinya enggan.Tak ayal, sifat Gea yang tak biasa itu membuat Nata tampak frustasi."Kamu mau kemana?" Nata bertanya seraya menyentuh lengan Gea yang hendak berjalan melewatinya."Ya ke kantor lah. Gak liat pakaianku serapi ini," lihat. sekalinya bicara judesnya minta ampun."Berangkat bareng, ya," ucap Nata masih mencoba peruntungan agar perang dingin ini segera berakhir.Namun lagi dan lagi Gea menolak untuk menyetujui genjatan senjata yang dilayangkan sang suami. Dengan tampang acuh, dia memilih berjalan menuju pintu gerbang yang langsung diikuti Nata."Gea, kamu gak mau berangkat sama, Mas?" ayunan langkah kaki pria itu seketika terhenti bersamaan dengan pertanyaannya yang mengu
Seiring berjalannya waktu, Gea semakin merasa yakin jika kini BASKARA GROUP telah bertransformasi menjadi simulasi neraka jahanam.Bagaimana tidak. Hampir semua karyawan perusahaan terkhususnya mereka yang berjenis kelamin betina, kini seakan bergabung untuk menyerangnya.Terbukti dengan mereka yang memilih berpihak pada si gadis bermata sipit itu yang jika diterawang dengan mata batin Gea, seperti berniat mengajukan proposal sebagai madunya alias istri kedua Bapak Nata. Dan yang lebih membuat Gea geram setengah mati sampai ke ubun-ubun, Thania justru memberi sinyal persetujuan lewat senyuman polos ketika seseorang memujinya cantik lalu membanding-bandingkan dengan dirinya yang notabene istri si bos.Kampret memang!Setiap helaan napas yang Gea keluarkan dari mulutnya seperti uap panas yang mengepul di udara. Sebisa mungkin dia mengontrol emosinya agar tidak meledak-ledak macam orang gila.Bisa-bisa seluruh karyawan kantor semakin heboh nantinya jika dia kedapatan membabat habis Than
Setibanya di rumah, Gea segera bergegas masuk ke dalam bangunan yang terbilang minimalis namun sangat nyaman itu. Lalu dengan gerakan secepat kilat kedua kakinya berlari menaiki tangga menuju kamar dan kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi.Selama di perjalanan tadi, Gea sudah merasa ada yang tidak beres dengan dirinya dan dugaannya ternyata benar.Pantas saja, seharian ini emosinya tidak terkontrol. Mudah meledak dan naik turun. Rupanya itu semua akibat ulah tamu bulanannya yang datang tanpa permisi.Selesai membersihkan badan, Gea langsung mengambil ancang-ancang untuk berbaring di atas ranjang. Niatnya sekarang dia akan tidur demi memperbaiki mood nya yang berantakan.Tak sampai 1 menit, kegelapan mulai menghampiri Gea secara perlahan, membuat dia seketika terlelap masuk ke alam mimpi.Saking lelapnya dia tertidur, bunyi ponsel yang terus berdering nyaring memenuhi seisi kamar bahkan tak bisa mengusik Gea barang sedikit pun.***Selang 1 jam kemudian, mobil yang dikendarai
Nata mengira, perang dingin yang dikibarkan sang istri Gea sudah tak berlaku semenjak dia memperlakukan wanita itu layaknya putri raja saat masa-masa tamu bulanannya datang.Namun rupanya pemikiran itu harus melenceng jauh dari kenyataan. Karena yang terjadi adalah Gea semakin membentangkan jarak dengan dirinya.Setiap kali Nata ingin mengobrol berdua, wanita itu pasti langsung ngacir pergi tanpa kata. Belum lagi jika dia berusaha mendekati sang istri, maka detik itu juga Gea akan mengomel dengan jurus terompet miliknya yang khas.Tanpa Gea sadari bahwa tingkahnya benar-benar membuat Nata uring-uringan tidak jelas selama beberapa hari terakhir.Tingkat kekeras kepalaan sang istri memang patut dia acungi jempol. Bahkan batu saja mungkin kalah kerasnya jika diadu dengan sifat Gea yang sialnya begitu menjengkalkan namun terlihat gemas secara bersamaan.Cinta benar-benar membuat Nata kehilangan kepintarannya.Dia yang selalu bisa membuat para karyawannya menciut dengan segala sikap otorit
Sesuatu telah terjadi di Baskara Group hari ini. Bagaimana tidak, predikat sebagai wanita judes dan galak yang disematkan untuk istri sang Direktur Utama, mendadak datang ke perusahaan dengan wajah yang berbeda.Senyum ramah nan mempesona, juga aura positif yang dipancarkannya membuat Gea mendadak menjadi perhatian hampir semua karyawan pagi itu.Belum lagi suara lembutnya ketika menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya, membuat para pria mengerjapkan mata lambat, seakan terhipnotis dengan sosoknya yang memukau.Sementara Gea sendiri, hanya tersenyum puas melihat betapa dahsyatnya efek yang dia timbulkan.Baru sehari tapi sudah begini. Bagaimana jika dia bersikap seperti ini setiap hari?Tak tanggung-tanggung, kini dia menjadi bahan perbincangan seisi kantor.Gea berjalan anggun menuju tempatnya bekerja dan di sana sudah ada Thania yang sedang merapihkan beberapa berkas yang tercecer di atas meja.Jika biasanya, Gea akan langsung merasa gondok tapi sekarang semua tampak berbeda.