Share

Bab 2. Suapin

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 08:46:52

"Memangnya Mamah mau punya mantu serba minimalis kayak dia? Penampilan minimalis, otak minimalis, hidungnya minimalis, tingginya juga minimalis," cibir Sadam melirik Anna yang merunduk malu. Baru kali ini ada orang yang menghinanya terang-terangan. Anna berusaha menahan kesedihan dan air matanya. 

"Astaghfirullah, Sadam ... Jaga bicaramu, Nak. Sekarang minta maaf sama ... siapa namamu, Nak?"

Salsa agak membungkukkan badan, menatap wajah Anna yang merunduk. 

"Anna Isabella, Tante," jawab Anna sembari meraih telapak tangan Salsa, mencium takzim. 

"Oh namanya cantik. Anna, ucapan Sadam jangan diambil hati, ya? Eh, Sadam ... minta maaf dulu sama Anna. Sadaaamm ...." teriak Salsa karena Sadam sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu. 

"Nanti aja minta maafnya, kalau lebaran."

Jawaban Sadam membuat Salsa semakin tak enak hati pada Anna. 

"Astaghfirullahalazim.... "

"Enggak apa-apa kok, Tante. Kenyataannya kan saya emang serba minimalis, hehehe." sebisa mungkin Anna ingin terlihat baik-baik saja di depan Salsa. 

"Anna, maafin Sadam, ya? Sekarang dia menghinamu, suatu saat dia akan mencintaimu."

"Ck, gak mungkin, Tante." Anna langsung mengelak. 

"Pasti mungkin. Ya udah, masuk ke dalam yuk! kamu belum makan kan?" tanya Salsa sambil merangkul pundak Anna. 

"Udah, Tante."

"Mau makan lagi gak?" Salsa bertanya seraya tersenyum. 

"Enggak, Tante. Terima kasih, saya masih kenyang."

"Eh, Annabel! Kamu makan lagi sini! Ada makanan enak. Kamu pasti suka! Cepat sini!" Suara Sadam yang berdiri di dinding pembatas antara ruang keluarga dan ruang makan. 

"I-iya, Bos. Tante, saya ke sana dulu, ya?"

"Iya, Anna. Inget kata Tante, suatu saat dia akan mencintaimu," bisik Salsa yakin kalau Anna akan dicintai oleh anak semata wayangnya. 

"Tante bisa aja," timpal Anna sambil berjalan menghampiri Sadam. 

Salsa berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Anna dan Sadam yang hendak makan malam. 

"Duduk situ!" titah Sadam. Ia menyendokan nasi dan beberapa lauk pauk ke atas piring Anna. 

"Nih, makan! Tenang aja, makanan itu gratis. Bonus bulananmu tetep aman, enggak akan aku potong buat makan enak ini," kata Sadam menatap Anna yang tampak ragu memakan sepiring nasi beserta lauk pauk yang beraneka macam. 

"Bos, ini kebanyakan. Enggak akan habis. Makan berdua sama Bos mau gak? Biar aku yang suapin," ucap Anna bingung cara menghabiskan nasi dan lauk pauk yang begitu banyak di atas piring. Sadam yang sebelumnya tersenyum, seketika bibirnya mengerucut. 

"Kamu mau ... mau nyuapin aku?" tanya Sadam sekadar meyakinkan pendengarannya. 

"Iya. Dari pada mubazir. Nih, buka mulutmu!" Anna sudah mengangkat nasi ke atas sendok, bersiap menyuapi makanan ke dalam mulut Sadam. 

Anak tunggal Damian dan Salsa itu menurut. Ia membuka mulut hingga mereka saling suap menyuapi. 

Usai menyantap makan malam bersama, Sadam mengantarkan Salsa ke kamarnya. 

"Kamarmu yang itu. Di dalam kamar itu, udah disediakan baju ganti dan hal-hal yang kamu butuhkan. Sekarang lebih baik kamu mandi soalnya badanmu, bau kecut!"

Ucapan Sadam membuat Anna langsung mencium ketiaknya kanan dan kiri. 

"Emangnya bau kecut? Enggak bau kok, orang masih wangi," elak Anna. 

"Katamu masih wangi. Sudah sana mandi! Mau aku mandiin?"

"Dih, enggaklah. Enak aja! Walaupun serba minimalis, tapi aku masih v1rgin!"

"Iya, iya. Ya udah masuk kamar sana! Jangan lupa mandi supaya tidurmu nyenyak, bisa bangun pagi-pagi. Besok kita ke kantor jam enam pagi  buat persiapan persentasi dengan klien dari luar kota." 

"Siap, Bos!"

Tanpa berkata-kata lagi, Sadam pergi meninggalkan Anna. 

Sebelum tidur, Anna membersihkan badan. Tidak peduli waktu yang sudah tengah malam. Usai mandi, keadaan badan Anna sudah menjadi lebih segar, dia pun membaringkan tubuh ke atas r4njang, lalu terlelap. 

****

Anna terbangun pukul lima Subuh. Usai salat Subuh, Anna keluar kamar. Rasanya tak enak jika menginap di rumah orang tapi berleha-leha. Anna ingin membantu asisten rumah tangga Sadam beres-beres atau menyiapkan sarapan. 

"Non ... Non-nya Mas Sadam udah bangun?" Kening Anna mengkerut mendengar panggilan wanita yang usianya mungkin sekitar lima puluh tahunan. 

"Nama saya Anna, Bi. Bukan Non-nya Mas Sadam," ralat Anna menghampiri Bi Sanah yang memanggang roti tawar. 

"Oh, namanya Non Anna. Maaf, Bibi gak tau. Non Anna duduk di sana aja. Biar Bibi yang memanggang roti tawarnya," ucap Bi Sanah yang sudah terlihat semakin menua. Usia Bi Sanah sekarang sudah mendekati 80 tahunan tetapi wanita itu tetap ingin bekerja di keluarga Adiwilaga bahkan Bi Sanah ingin bekerja di rumah ini sampai akhir hayat. 

"Enggak apa-apa, Bi. Insya Allah saya juga bisa," kata Anna membantu Bi Sanah memanggang roti tawar. 

"Bi, maaf. Tuti kesiangan." Pembantu lainnya yang berusia sekitar tiga puluh tahunan datang, menggantikan Bi Sanah. 

"Kamu itu, Tut. Jangan kesiangan terus. Kalau Mas Damian dan Non Salsa tau, Bibi yang malu. Makanya kalau malam, jangan main hape mulu," omel Bi Sanah pada Tuti yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya. 

"Iya, maaf, Bi. Hm, maaf ... Non pacarnya Mas Sadam?" tanya Tuti penasaran, menoleh pada Anna. 

"Bukan, Mbak. Saya cuma sekretarisnya. Semalam nginap di sini soalnya lembur. Kata Bos Sadam, nginap di sini saja supaya ke kantornya gak telat," jelas Anna pada kedua asisten rumah tangga keluarga. 

Setelah beberapa menit berlalu, Salsa dan Damian sudah keluar dari kamar. 

"Kamu yang namanya Anna Isabella?" tanya Damian dingin. Semalam Salsa sempat bercerita tentang gadis yang dibawa Sadam ke rumahnya. 

"I-Iya, Pak," jawab Anna berdiri. 

Anna tentu tahu kalau yang menyapanya adalah Damian Adiwilaga. Lelaki yang terkenal dingin dan bertangan besi dalam menjalankan bisnisnya. Terbukti, sampai sekarang bisnis keluarga Adiwilaga ada yang bergerak di restoran, cafe, dan sekarang sejak Damian memiliki anak, Damian mencoba bisnis dalam bidang property dan bahan-bahan tekstil. 

"Anna, gak usah takut-takut begitu. Suamiku ini orangnya sangat baik. Silakan duduk lagi, kita sarapan bersama." Salsa sangat ramah. Anna sangat menyukai sikap ramah wanita telah melahirkan Sadam, bos galak di muka bumi ini. 

Sadam datang, langsung duduk di samping Anna. 

"Annabelle, ambilkan aku roti panggang, sekalian olesin selai cokelat," titah Sadam pada gadis yang sudah berpakaian rapi. 

"Iya, Bos."

Dengan cekatan Anna melakukan perintah Sadam. Kemudian, roti panggang yang sudah diberi selay diletakkan di atas piring. 

"Ini roti panggangnya," ujar Anna masih menjaga sikap.

Sadam mengerutkan kening, menoleh pada Anna. Sedangkan Salsa dan Damian diam-diam memerhatikan tingkah laku putranya. 

"Kenapa diletakkan di atas piring? Yang mau sarapan itu aku, bukan piring. Harusnya kamu letakkan roti itu ke dalam mulutku!" sentak Sadam membuat Salsa dan Damian menggelengkan kepala. 

"Ma-maksudnya Bos?"

"Suapin aku!"

Hah? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Bos Galak   Bab 40. Positif

    Dua bulan sejak kepergian Jacky, Anna menyibukkan diri bekerja, menemani suaminya seperti biasa. Sebetulnya Salsa sempat melarang Anna bekerja, menyarankan agar menjadi ibu rumah tangga saja supaya tidak terlalu capek. Anna menolak dengan halus. Dirinya yang sudah terbiasa bekerja, akan merasa bosan jika hanya di rumah. Namun, sejak pulang kerja kemarin, tubuh Anna sangat lemas dan kepala terasa pusing. Awalnya Anna pikir karena terlalu padat pekerjaan hingga kondisi tubuhnya seperti sekarang. "Kepalamu masih pusing?" tanya Sadam ketika mereka hendak tidur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi kedua mata Anna belum juga terpejam. "Iya. Aku mau tidur dulu." Anna menarik selimut sebatas dada. Memejamkan kedua mata. Berharap rasa pusing segera hilang jika sudah bangun nanti. "Kita ke dokter saja. Wajahmu juga makin pucat," kata Sadam lagi. Meletakkan punggung tangan di atas kening istrinya. "Besok pagi aja ke dokternya," ucap Anna suaranya terdengar lemah. "Sekar

  • Suamiku Bos Galak   Bab 39. Membuat Cucu

    Jacky berdiri, memandangi lima orang yang tubuhnya bersimbah darah. Setelah bertahun-tahun lamanya, baru sekarang ia membunvh orang lagi. Kepala Jacky terasa pusing melihat genangan darah, tubuhnya limbung ke belakang. Damian dan kedua body guardnya yang baru datang dari arah belakang terkejut setengah mati. "Jack!" Damian berlari menghampiri sahabatnya yang duduk di atas sofa mewah ruang keluarga. Bram dan Toni seketika tercenung melihat lima mayat yang bergeletakan di atas lantai marmer putih. "Jack, kenapa kamu membunuh mereka?" Damian terlihat panik melihat korban dari kejahatan yang dilakukan Jacky. "Dari pada mereka mau membunuh anakku? Sebelum itu terjadi, lebih baik mereka lebih dulu yang aku bunuh. Uhuk, uhuk!" Jacky terbatuk-batuk. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar."Kamu ngeluarin darah, Jack. Wajahmu juga memucat." Tidak hanya panik, Damian juga sangat cemas melihat kondisi sahabatnya. "Dam, panggil polisi. Suruh mereka semua datang ke sini menangkapku. Cepat, D

  • Suamiku Bos Galak   Bab 38. Peluru

    Angel menelisik wajah wanita muda yang berdiri di hadapannya. Ia terpaku melihat kemiripan wajah wanita itu dengan Jacky. "Saya anaknya Papa Jacky. Hm, sebaiknya Anda pulang dulu. Nanti sore barulah kembali lagi kalau mau jenguk Papa. Permisi." Anna hendak menutup pintu namun Angel menahannya. "Tunggu! Tunggu sebentar." Anna terkejut, memicingkan kedua mata. Entah siapa wanita yang datang ke rumah papanya. "Ada apa, Tante?""Jangan!" ralat Angel cepat. "Jangan panggil aku Tante. Aku ini Mama kamu!" ucap Angel tegas. Pandangannya tak beralih dari wajah Anna. Anna tercenung, keningnya mengkerut."Mama? Mama aku?" Tangan Anna terlepas dari handle pintu. Memandang intens wanita yang bermake up tebal. "Iya, Nak. Kalau kamu anaknya Jacky, berarti kamu anakku yang hilang. Anakku yang diculik baby sitter.""Bohong!" Suara berat seorang lelaki dari belakang Anna membuat keduanya menoleh. Jacky berjalan cepat menghampiri dua wanita yang baru pertama kali bertemu. "Anna, kamu jangan percay

  • Suamiku Bos Galak   Bab 37. Papa Saya?

    Hari ini Jacky sudah diperbolehkan pulang. Anna izin tidak masuk kantor, ingin menemani papanya di rumah dulu. Sedangkan Sadam dan Damian masuk kantor. Damian menghandle pekerjaan menantunya. Dia akan membantu Sadam menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. "Pa, apakah Papa udah tau tentang hubungan Jagat dengan Fernandes?" tanya Sadam ketika mereka masuk ruangan direktur utama. "Udah. Bram udah dapat informasi tentang mereka," jawab Damian sembari membuka layar laptop, dan menyalakannya. "Apa, Pa?" Sadam penasaran, ia sampai menegakkan tubuh menghadap papa kandungnya. "Ternyata dulu, papanya Jagat adik tirinya Fernandes. Jadi mereka itu keponakan. Jujur saja, Sadam. Papa menduga kalau Jagat akan direkrut Fernandes untuk bergabung di bisnis hitamnya apalagi perusahaan Jagat sekarang sudah banyak kehilangan klien. Papa dengar, perusahaan itu mulai kolaps," papar Damian, pandangannya justru fokus pada layar laptop. Berbeda dengan Sadam, suami Anna itu justru menatap serius papa

  • Suamiku Bos Galak   Bab 36. Selingkuh

    "Enggak ada," jawab Jacky santai. "Enggak ada apa?" Damian mengubah posisi duduk lebih menghadap sahabatnya. "Enggak ada yang aku sembunyiin. Si Fernandesnya saja yang ingin membunuhku. Udahlah, kamu jangan mikir macam-macam. Kalau kamu mau pulang, pulang saja," cetus Jacky masih bersikukuh tidak ingin berterus terang akan pertanyaan yang disampaikan Damian. Namun, Damian tetap curiga kalau Jacky menyembunyikan sesuatu. "Kamu enggak takut kalau Anna yang jadi korban?"Tatapan Jacky langsung beralih pada Damian. kedua matanya melebar, keningnya mengkerut. "Kamu kasih tau Fernandes kalau Anna adalah anak kandungku?" Kedua mata Jacky hampir melompat. "Sialan kau, Dam!" maki Jacky hendak mencekal kerah kemeja yang dikenakan Damian. "Kamu pikir aku sekejam itu, heuh? Enggak, Jack! Makanya kamu jujur saja. Biar aku cari solusinya. Biar aku bisa antisipasi semuanya. Paling enggak, sebelum si Fernandes beraksi, aku udah cegah langkah dia. Paham kamu?" Damian mulai naik pitam menghadapi

  • Suamiku Bos Galak   Bab 35. Kedatangan Mantan

    Damian terkejut mendengar kejujuran yang terucap dari mulut Jacky. Dia pikir, Jacky tidak tahu kalau istri Fernandes adalah Angel. "Sejak kapan kamu tau kalau Angel sekarang istrinya Fernandes?" Damian jadi penasaran. Kalau memang Jacky sudah tahu Angel adalah istri Fernandes, kenapa sampai sekarang ia masih mengharapkan cinta Angel?"Udah lama. Sekitara lima tahun lalu. Enggak sengaja lihat mereka jalan. Aku ikuti, aku tanya warga sekitar, katanya dia istri Fernandes. Udahlah, Dam. Aku mau istirahat. Kamu pulang saja."Jacky memejamkan kedua mata, mengingat kembali pertemuannya bersama Angel serta Fernandes. Mereka tampak mesra. Bahkan Angel pernah menghina dan merendahkannya sewaktu diam-diam Jacky menarik lengan Angel. "Ngapain kamu sama Fernandes, Angel?" tanya Jacky lima tahun lalu. Kedua tangan Angel bersidekap, memalingkan wajah ke arah. "Bukan urusanmu, pecundang!" Jawaban Angel membuat Jacky sangat murka. "Kamu selingkuh?" tanya Jacky pelan tapi penuh penekanan. "Kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status