Beranda / Romansa / Suamiku Bos Galak / Bab 7. Celana Dalam

Share

Bab 7. Celana Dalam

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 09:02:39

"Nikah sama Anabel? Yang bener aja, Mah!" Tanggapan Sadam tampak tak suka. Terkejut, menyugar rambut kesal. 

"Gak bener kenapa? Anabel itu anak yang baik, cantik, menarik lagi. Kurang apa coba? Udahlah, Dam ... lupain Juwita. Move on ...." Salsa tak henti, membujuk anak semata wayangnya agar mau menikah dengan Anna Isabella. Gadis yang selama ini menjadi sekretarisnya. 

"Aku belum pengen nikah, Mah. Dah ya, aku mau tidur dulu. Night, Mah."

Belum sempat Salsa menanggapi ucapan Sadam, lelaki itu langsung menutup pintu kamar. Salsa hanya menghela napas berat. Meninggalkan pintu kamar Sadam, berjalan menghampiri sang suami yang menunggu di dalam kamarnya. 

Damian yang tengah menonton berita tanah air di televisi kamar menoleh. Salsa masuk kamar, bibirnya cemberut, terlihat kesal. 

"Bibirmu manyun gitu, pengen aku sosor?"

Damian justru menggoda istrinya. Salsa memutar bola mata malas. Menajuhkan bibir Damian yang hendak meng3cup bibirnya. 

"Aku kesel sama Sadam. Masa dia belum mau nikah sekarang-sekarang, Mas?" ungkap Salsa penuh kekesalan. 

Damian menghela napas, merangkul pundak wanita yang telah lama menemaninya. Wanita yang banyak memberikan perubahan dalam hidupnya. Perubahan ke arah lebih baik. 

"Udahlah, Sayang. Sadam nikah sekarang atau nanti, harta warisan ini akan jatuh ke tangan dia."

Sontak, Salsa menoleh, menatap lekat suaminya. 

"Kok jadi harta warisan? Kita lagi ngomong pernikahan  bukan warisan, Mas." tandas Salsa kesal pada sang suami yang tak mengerti keinginan sang istri. 

"Iya aku tau. Maksudku gini, dulu aku kan nikahin kamu karena Opa dan Oma ngancem, kalau aku gak mau nikah dalam waktu dekat, harta warisannya jatuh ke tangan si Ferdi. Kalau aku nikah, aku dapat lebih besar dari pada si Ferdi."

Ferdi adalah adik tiri Damian. Ferdi, istrinya dan ibunya entah sekarang tinggal di mana. Sejak papanya Damian kembali rujuk pada ibu kandungnya, mereka pergi tanpa ada yang tahu keberadaannya. 

"Oh iya ya. Tapi, kalau sekarang bukan itu maksudku. Mas, aku kok jadi penasaran ya sama orang tuanya Anna. Wajah dia tuh kayak orang Jepang tau."

Damian tampak berpikir. Tidak dapat dipungkiri kalau Damian juga merasa tak asing dengan wajah Anna. Seperti mirip seseorang. 

"Aku malah ngerasa udah gak asing lagi sama wajahnya si Anna itu. Seperti mirip siapa gitu."

"Masa sih? Mirip siapa?"

"Enggak tau. Gak inget aku. Udah ah, aku ngantuk. Aku mau itu! Jangan ditutup kalau aku belum terlelap ya?" pinta Damian, tangannya mulai membuka yang melekat pada tubuh istrinya. Mereka pun naik ke atas tempat tidur. 

Usai salat Subuh, Anna bergegas, mematut diri. Semalam Salsa sudah mewanti-wanti jangan sampai kesiangan. Belanja ke pasar tradisional.

Anna keluar kamar, menyelempangkan tas ke atas pundak. Berjalan cepat ke arah dapur. Terdengar suara denting piring. Anna berpikir kalau Salsa, Damian dan Sadam udah bangun. 

"Duh, Bos Sadam pasti bakalan ngomel nih! Bodo amat ah. Lagian aku gak kesiangan kok," gumam Anna sebelum melangkah kembali menuju ruang makan. 

Melewati ruang makan, ternyata masih kosong. Anna tersenyum lega. Ia kemudian ke dapur, membantu dua asisten rumah tangga keluarga Adiwilaga. 

"Non Anna udah bangun?" sapa Bi Sanah ketika gadis itu berdiri di sampingnya. 

"Udah, Bi. Semalam Tante Salsa bilang, katanya pagi ini mau ngajakin aku ke pasar tradisional."

Jawaban Anna membuat Bi Sananh mengulum senyum. Ia mengerti, kalau Salsa mau ke pasar tradisional, paling juga belanja jengkol. 

Tidak berselang lama, suara Salsa terdengar samar-samar. Benar saja, Salsa dan Damian sudah keluar kamar lebih dulu. 

"Wah kamu udah rapi, Na?" tanya Salsa melihat Anna menata menu sarapan ke atas meja makan. 

"Iya, Tante. Anna takut telat."

"Bagus ini. Pantas saja Sadam ngejadiin kamu sekretarisnya. Orang kamu on time. Sadam belum keluar dari kamarnya?" Pandangan Salsa mengitari sekeliling. Anna menoleh pada kedua asisten rumah tangga keluarga Adiwilaga. 

"Belum kayaknya, Tan."

"Anna, tolong kamu bangunin Sadam, ya? Kalau jam segini dia masih tidur, nanti ke pasarnya kita telat." Perintah Salsa membuat Anna jadi bingung dan serba salah. Diturutin perintah Salsa, Anna risih ke kamar Sadam. Tidak diturutin, Anna gak enak. 

"Ba-baik, Tante."

Senyum Salsa mengembang mendengar jawaban Anna. 

"Makasih ya, An. Kamarnya di lantai dua paling ujung kanan."

Anna memaksa bibirnya tersenyum sambil mengatakan iya. 

Dengan hati berdebar, Anna menapaki anak tangga yang menghubungkan ke kamar Sadam. 

Di depan pintu kamar Sadam, Anna menelan saliva. Agak ragu, ia mengetuk pintu. 

Satu ketukan, tidak ada jawaban. Pintu diketuk lagi, tetap tidak ada yang buka. Kemudian, Anna membuka pintu tersebut, ternyata tidak dikunci. 

"Bos, Bos Sadam ...." Panggilan Anna menggema. Pandnagannya mengitari kamar pribadi Sadam. Tampak sepi. Di atas tempat tidur pun tidak ada lelaki itu.

"Kemana dia?" gumam Anna pada diri sendiri.

"Bos ... Bos Sadam ...." Anna memberanikan diri masu ke dalam kamar. Pintu kamar sengaja ia buka lebar supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

"Bos ... Bos Sadam ...." 

Tidak ada panggilan. Namun, terdengar suara kucuran air dari bilik toilet. 

"Kayaknya si Bos lagi mandi. Ya udahlah, aku bilang ke tante Salsa kalau anaknya masih mandi." Anna hendak keluar kamar Sadam namun langkah kakinya terhenti saat mendengar suara dering handphone yang tergeletak di atas meja kerja. 

Handphone itu berdering berulang kali. Anna awalnya mengabaikan namun pandangannya tertuju pada foto wallpaper ketika panggilan telepon itu berhenti. Kedua mata Anna memicing melihat foto yang terdapat di layar handphone Sadam. 

"Astaghfirullah, fotoku kok ada di ....?"

Anna menutup mulut sendiri melihat fotonya dijadikan wallpaper oleh bos galaknya. 

"Anabel!" Anna terkejut mendengar panggilan Sadam dari belakang. Gadis itu membalikkan badan, melihat penampilan Sadam yang hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. Dada bidangnya terekspos jelas. 

"Astaghfirullah ... Bos, kenapa pake handuk doang? Kenapa gak pake baju?" Anna belingsatan, membalikkan badan, membelakangi  Sadam yang tampak bingung melihat keberadaaan Anna di kamarnya. 

"Kenapa, kenapa? Karena aku baru beres mandi! Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu masuk ke dalam kamar ini tanpa izinku? Kenapa, Annabel?" sentak Sadam seperti biasa. Anna memejamkan kedua mata. Berusaha tetap tenang, tidak terpancing emosi. 

"A-aku ke kamar ini disuruh Tante Salsa. Takut Bos belum bangun. Ya udah, a-aku keluar kamar dulu!"

"Eh berhenti! Enak saja, masuk tanpa izin, sekarang main keluar kamarku saja! Ambilkan bajuku di lemari itu! Cepat!"

Kedua pundak Anna menurun, mendapat perintah dari atasannya. Melewati Sadam, Anna memejamkan kedua mata. Tidak mau melihat tubuh Sadam yang hanya mengenakan handuk sebatas pinggang. 

Membuka lemari pakaian Sadam, ternyata pakaiannya sangat banyak. Anna meringis, bingung mencari pakaian yang cocok untuk Sadam. 

"Mamahku jadi ke pasar gak?" tanya Sadam yang sudah berdiri di belakang Anna. Gadis itu mendadak salah tingkah. Apalagi kucuran air dari rambut Sadam, menetes mengenai wajahnya. 

"Katanya ja-jadi, Bos." Dengan gerakan cepat, Anna mengambil kaos dan celana jeans untuk Sadam. 

"Ini Bos pakaiannya."

Dahi Sadam mengernyit, melihat pakaian yang dipilihkan Anna. Pakaian itu diletakkan di atas tempat tidur. 

"Sa-saya permisi."

"Eh tunggu!"

"Apalagi, Bos?"

Sadam menghampiri pakaian itu, menyibak, seperti mencari sesuatu. 

"Celana dalamnya mana? Ambilin sekalian! Cepat!"

"Hah?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Bos Galak   Bab 40. Positif

    Dua bulan sejak kepergian Jacky, Anna menyibukkan diri bekerja, menemani suaminya seperti biasa. Sebetulnya Salsa sempat melarang Anna bekerja, menyarankan agar menjadi ibu rumah tangga saja supaya tidak terlalu capek. Anna menolak dengan halus. Dirinya yang sudah terbiasa bekerja, akan merasa bosan jika hanya di rumah. Namun, sejak pulang kerja kemarin, tubuh Anna sangat lemas dan kepala terasa pusing. Awalnya Anna pikir karena terlalu padat pekerjaan hingga kondisi tubuhnya seperti sekarang. "Kepalamu masih pusing?" tanya Sadam ketika mereka hendak tidur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi kedua mata Anna belum juga terpejam. "Iya. Aku mau tidur dulu." Anna menarik selimut sebatas dada. Memejamkan kedua mata. Berharap rasa pusing segera hilang jika sudah bangun nanti. "Kita ke dokter saja. Wajahmu juga makin pucat," kata Sadam lagi. Meletakkan punggung tangan di atas kening istrinya. "Besok pagi aja ke dokternya," ucap Anna suaranya terdengar lemah. "Sekar

  • Suamiku Bos Galak   Bab 39. Membuat Cucu

    Jacky berdiri, memandangi lima orang yang tubuhnya bersimbah darah. Setelah bertahun-tahun lamanya, baru sekarang ia membunvh orang lagi. Kepala Jacky terasa pusing melihat genangan darah, tubuhnya limbung ke belakang. Damian dan kedua body guardnya yang baru datang dari arah belakang terkejut setengah mati. "Jack!" Damian berlari menghampiri sahabatnya yang duduk di atas sofa mewah ruang keluarga. Bram dan Toni seketika tercenung melihat lima mayat yang bergeletakan di atas lantai marmer putih. "Jack, kenapa kamu membunuh mereka?" Damian terlihat panik melihat korban dari kejahatan yang dilakukan Jacky. "Dari pada mereka mau membunuh anakku? Sebelum itu terjadi, lebih baik mereka lebih dulu yang aku bunuh. Uhuk, uhuk!" Jacky terbatuk-batuk. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar."Kamu ngeluarin darah, Jack. Wajahmu juga memucat." Tidak hanya panik, Damian juga sangat cemas melihat kondisi sahabatnya. "Dam, panggil polisi. Suruh mereka semua datang ke sini menangkapku. Cepat, D

  • Suamiku Bos Galak   Bab 38. Peluru

    Angel menelisik wajah wanita muda yang berdiri di hadapannya. Ia terpaku melihat kemiripan wajah wanita itu dengan Jacky. "Saya anaknya Papa Jacky. Hm, sebaiknya Anda pulang dulu. Nanti sore barulah kembali lagi kalau mau jenguk Papa. Permisi." Anna hendak menutup pintu namun Angel menahannya. "Tunggu! Tunggu sebentar." Anna terkejut, memicingkan kedua mata. Entah siapa wanita yang datang ke rumah papanya. "Ada apa, Tante?""Jangan!" ralat Angel cepat. "Jangan panggil aku Tante. Aku ini Mama kamu!" ucap Angel tegas. Pandangannya tak beralih dari wajah Anna. Anna tercenung, keningnya mengkerut."Mama? Mama aku?" Tangan Anna terlepas dari handle pintu. Memandang intens wanita yang bermake up tebal. "Iya, Nak. Kalau kamu anaknya Jacky, berarti kamu anakku yang hilang. Anakku yang diculik baby sitter.""Bohong!" Suara berat seorang lelaki dari belakang Anna membuat keduanya menoleh. Jacky berjalan cepat menghampiri dua wanita yang baru pertama kali bertemu. "Anna, kamu jangan percay

  • Suamiku Bos Galak   Bab 37. Papa Saya?

    Hari ini Jacky sudah diperbolehkan pulang. Anna izin tidak masuk kantor, ingin menemani papanya di rumah dulu. Sedangkan Sadam dan Damian masuk kantor. Damian menghandle pekerjaan menantunya. Dia akan membantu Sadam menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. "Pa, apakah Papa udah tau tentang hubungan Jagat dengan Fernandes?" tanya Sadam ketika mereka masuk ruangan direktur utama. "Udah. Bram udah dapat informasi tentang mereka," jawab Damian sembari membuka layar laptop, dan menyalakannya. "Apa, Pa?" Sadam penasaran, ia sampai menegakkan tubuh menghadap papa kandungnya. "Ternyata dulu, papanya Jagat adik tirinya Fernandes. Jadi mereka itu keponakan. Jujur saja, Sadam. Papa menduga kalau Jagat akan direkrut Fernandes untuk bergabung di bisnis hitamnya apalagi perusahaan Jagat sekarang sudah banyak kehilangan klien. Papa dengar, perusahaan itu mulai kolaps," papar Damian, pandangannya justru fokus pada layar laptop. Berbeda dengan Sadam, suami Anna itu justru menatap serius papa

  • Suamiku Bos Galak   Bab 36. Selingkuh

    "Enggak ada," jawab Jacky santai. "Enggak ada apa?" Damian mengubah posisi duduk lebih menghadap sahabatnya. "Enggak ada yang aku sembunyiin. Si Fernandesnya saja yang ingin membunuhku. Udahlah, kamu jangan mikir macam-macam. Kalau kamu mau pulang, pulang saja," cetus Jacky masih bersikukuh tidak ingin berterus terang akan pertanyaan yang disampaikan Damian. Namun, Damian tetap curiga kalau Jacky menyembunyikan sesuatu. "Kamu enggak takut kalau Anna yang jadi korban?"Tatapan Jacky langsung beralih pada Damian. kedua matanya melebar, keningnya mengkerut. "Kamu kasih tau Fernandes kalau Anna adalah anak kandungku?" Kedua mata Jacky hampir melompat. "Sialan kau, Dam!" maki Jacky hendak mencekal kerah kemeja yang dikenakan Damian. "Kamu pikir aku sekejam itu, heuh? Enggak, Jack! Makanya kamu jujur saja. Biar aku cari solusinya. Biar aku bisa antisipasi semuanya. Paling enggak, sebelum si Fernandes beraksi, aku udah cegah langkah dia. Paham kamu?" Damian mulai naik pitam menghadapi

  • Suamiku Bos Galak   Bab 35. Kedatangan Mantan

    Damian terkejut mendengar kejujuran yang terucap dari mulut Jacky. Dia pikir, Jacky tidak tahu kalau istri Fernandes adalah Angel. "Sejak kapan kamu tau kalau Angel sekarang istrinya Fernandes?" Damian jadi penasaran. Kalau memang Jacky sudah tahu Angel adalah istri Fernandes, kenapa sampai sekarang ia masih mengharapkan cinta Angel?"Udah lama. Sekitara lima tahun lalu. Enggak sengaja lihat mereka jalan. Aku ikuti, aku tanya warga sekitar, katanya dia istri Fernandes. Udahlah, Dam. Aku mau istirahat. Kamu pulang saja."Jacky memejamkan kedua mata, mengingat kembali pertemuannya bersama Angel serta Fernandes. Mereka tampak mesra. Bahkan Angel pernah menghina dan merendahkannya sewaktu diam-diam Jacky menarik lengan Angel. "Ngapain kamu sama Fernandes, Angel?" tanya Jacky lima tahun lalu. Kedua tangan Angel bersidekap, memalingkan wajah ke arah. "Bukan urusanmu, pecundang!" Jawaban Angel membuat Jacky sangat murka. "Kamu selingkuh?" tanya Jacky pelan tapi penuh penekanan. "Kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status