Share

Bab. 3 Tinggal Serumah

Author: Aryan Lee
last update Huling Na-update: 2024-07-16 12:09:52

"Kamu tidur di sini dan lemari itu untuk tempat pakaianmu!" ujar Robin ketika sampai di rumah kontrakannya.

"Iya Bang," jawab Nabilah sambil menelisik ruang tamu yang berukuran 3×3 meter itu dengan saksama. Ada kasur busa single, sebuah lemari plastik susun lima dan kipas angin kecil.

"Aku ada di kamar dan kamu tidak boleh masuk dengan alasan apa pun. Dilarang menerima tamu dan pintu harus selalu dikunci, terutama jika aku tidak ada di rumah. Kalau lapar kamu boleh memasak apa saja yang ada di dapur!" ujar Robin memberikan beberapa peraturan.

Nabilah kembali memberikan jawaban singkat, "Iya Bang."

"Bagus," ujar Robin sambil masuk ke kamarnya.

Nabilah merasa seperti berada di dalam penjara dengan beberapa peraturan yang membelenggunya. Jujur ia takut sekali harus tinggal bersama Robin. Akankah pria itu memperlakukannya dengan baik atau tidak. Terus bagaimana kalau Robin minta haknya sebagai seorang suami.

"Ya Allah, tolong lindungi hamba!" doa Nabilah di dalam hati. Ia mulai menata pakaiannya di lemari plastik.

Terdengar suara azan magrib berkumandang. Nabilah memberanikan diri menuju ke belakang untuk mengambil wudhu. Ia melihat dapur tampak rapih dengan beberapa perabotan rumah tangga yang seadanya. Bahkan sebagian masih terlihat baru. Begitupun dengan kamar mandi yang bersih dan wangi karbol.

Nabilah tidak menyangka kontrakan seorang preman bisa dibilang cukup rapih dan bersih. Tidak seperti bayangannya, kotor, berantakan dan bau rokok. Apa mungkin baru dibersihkan agar ia betah, entahlah.

Gadis itu kemudian melaksanakan salat magrib. Dilanjut mengaji sampai menjelang waktu isya.

"Aku lapar," ujar Nabilah yang merasakan perutnya keroncongan, tetapi takut untuk mencari makanan di dapur. "Aku tidur saja, nanti juga hilang!" ujarnya sambil membaringkan tubuhnya, tetapi rasa itu kian menyiksa.

Akhirnya Nabilah memutuskan pergi ke dapur. Setidaknya bisa minum untuk menahan lapar. Ia membuka rak piring dan melihat ada mie instan, telur, sarden, teh, gula dan penyedap rasa. Akhirnya gadis itu memutuskan masak mie goreng dan merebus air untuk minum.

Nabilah kemudian makan dengan lahap. Sementara itu setelah masuk kamar, Robin tidak pernah ke luar lagi. Entah apa yang sedang dikerjakan pria itu di dalam.

Setelah selesai makan malam, Nabilah membuka ponselnya. Ia membaca dan membalas banyak pesan dari kedua orang tuanya. Pak Jamal memberikan nasihat dan pesan-pesan untuk menjadi seorang istri yang baik, sedangkan Bu Asma lebih condong peringatan agar selalu menjaga jarak dengan Robin.

"Pokoknya kalau Robin ingin menyentuhmu jangan mau. Kamu tidak boleh punya anak darinya!" pesan Bu Asma yang tidak mempunyai cucu keturunan seorang preman.

"Iya Bu," balas Nabilah yang juga takut sama Robin. Mungkin karena lelah, akhirnya gadis itu tertidur.

Ketika malam kian merambat jauh, Robin baru ke luar dari kamarnya. Ia melihat Nabilah tidur dengan nyenyak dan menyelimutinya. Sungguh pria itu tidak pernah menyangka, wanita soleh yang dikagumi banyak pria tampan dan mapan kini menjadi istrinya.

"Kamu adalah jodoh yang diberikan oleh takdir. Maka aku akan menjagamu dengan segenap jiwa ragaku," batin Robin sambil tersenyum.

Tiba-tiba Robin tampak mendengus kesal. Ketika tanpa sengaja membaca pesan dari Bu Asma. Namun, ia tidak menyalahkan wanita itu. Orang tua manapun pasti ingin anaknya mendapatkan pasangan yang terbaik. Tidak sepertinya seorang preman yang kadang dianggap sebagai sampah masyarakat.

"Ya Allah, kenapa Engkau jodohkan aku dengan wanita sebaik ini?" tanya Robin dengan heran.

***

Azan subuh terdengar mengalun syahdu. Nabilah segera bangun dari tidurnya. Gadis itu tampak terkejut ketika mendapati selimut yang membalut tubuhnya.

"Ini bukan selimut aku, jangan-jangan Bang Robin semalam...." Nabilah memeriksa pakaiannya yang masih rapi. Ia juga tidak merasakan tanda-tanda nyeri di bagian-bagian tertentu.

Nabilah mencoba berpikir positif apalagi tidak ada bukti atau tanda Robin diam-diam telah melecehkannya. Gadis itu segera ke kamar mandi untuk cuci muka.

Robin yang baru bangun tidur langsung bergegas ke kamar mandi. Namun, ketika handak masuk, tiba-tiba ia bertubrukan dengan seseorang. Pria itu baru ingat kalau tidak sendiri lagi di kontrakan ini.

Nabilah nyaris jatuh kebelakang, kalau saja sepasang tangan kekar tidak menahan tubuhnya. Ia dan Robin saling memandang dan sama-sama terkesima. Gadis itu tampak tercengang melihat Robin yang hanya mengenakan celana pendek saja. Sehingga memperlihatkan otot tubuhnya yang kekar. Tatapan pria itu sangat tajam, seperti seorang penjahat yang mendapatkan mangsa empuk.

"Maaf," ucap Robin sambil melepaskan tubuh Nabilah. "Besok-besok, pakai kerudung kalau aku sedang di rumah!" serunya sambil mengalihkan pandangannya dari rambut Nabilah yang panjang terurai.

Nabilah yang belum pernah dipegang lelaki selain ayahnya langsung gemetaran. Ia tampak mengangguk dan segera meninggalkan kamar mandi.

"Ini buat beli makan!" ujar Robin yang tiba-tiba memberikan selembar uang merah kepada Nabilah. "Jangan lupa pesanku!" serunya yang dijawab anggukan oleh Nabilah. Pria itu kemudian bergegas ke luar rumah dan pergi entah ke mana.

Nabilah kemudian mengunci pintu seraya bertanya pada diri sendiri, "Mau apa dia subuh-subuh sudah pergi?"

Setelah melaksanakan salat subuh, Nabilah kemudian ke dapur memasak air panas untuk buat teh manis dan sarapan pagi.

"Nabilah!" panggil Bu Asma dari luar kontrakan.

Nabilah bergegas menemui ibunya dan membuka pintu, "Ibu, ada apa pagi-pagi sudah datang ke sini?" tanya gadis itu menyambut ibunya di teras.

"Mau melihat keadaan kamu?" jawab Bu Asma sambil memperhatikan Nabilah dengan saksama dan bertanya, "Robin semalam melakukan apa saja?"

"Nggak melakukan apa-apa, tidur saja kami terpisah. Aku di ruang tamu, dia di kamar," ujar Nabilah menjelaskan.

Mendengar itu Bu Asma sontak bertanya, "Apa kamu tidur di ruang tamu? Benar-benar keterlaluan si Robin. Mana dia Ibu harus bicara dengannya!" Ia langsung menerobos masuk.

"Bang Robin baru saja pergi Bu, mungkin ke mesjid," ujar Nabilah memberitahu.

"Mana ada di mesjid, Ibu habis salat subuh di sana. Paling dia lagi malak pedagang buat beli sarapan. Banyak warga melihat Robin sering minta nasi uduk yang berada di bawah pohon jamblang," sahut Bu Asma dengan emosi.

"Astagfirullahalazim, nggak baik pagi-pagi datang ke rumah orang sambil ngomel, Ibu!" ujar Pak Jamal menegur istrinya.

Melihat ayahnya datang Nabilah segera menyalami tangan Pak Jamal.

"Aku kesel Pak, masa anak kita tidur di ruang tamu, sedangkan Robin di kamar," sahut Bu Asma yang tidak terima putrinya diperlakukan seperti itu.

Pak Jamal tampak menghela napas panjang dan berkata, "Ya biarin saja, bukankah Ibu yang melarang mereka tidur sekamar!"

"Iya sih, tapi seharusnya Nabilah yang di kamar," sahut Bu Asma kembali.

"Namanya juga pengantin baru, mereka sedang menyesuaikan diri. Ibu sudah lihat kan keadaan Nabilah baik-baik saja. Sekarang ayo kita pulang, nggak enak dilihat tetangga!" ajak Pak Jamal sambil menarik tangan istrinya.

"Pokoknya kalau Robin kasar dan main tangan sama kamu, bilang Ibu!" pesan Bu Asma sebelum pergi dari kontrakan itu.

"Iya Bu," jawab Nabilah yang segera mengunci pintu rumah lagi.

Setelah kedua orang tuanya pergi, Nabilah jadi memikirkan kata-kata ibunya. Tentang Robin suka malak pedagang di pagi hari.

"Jangan-jangan uang ini tidak halal?" lirih Nabila yang jadi ragu untuk menggunakannya. "Lebih baik aku bayarkan saja ke tukang nasi uduk di bawah pohon jamblang!" Ia segera ke luar dari rumah dan tidak lupa mengunci pintu.

Sementara itu di salah satu warga seorang penjual nasi uduk sedang menunggu pembeli. Belakangan dagangannya sedang sepi karena banyaknya persaingan. Akan tetapi, ia yakin rejekinya tidak akan tertukar. Tiba-tiba sebuah senyum terukir di bibir wanita itu ketika melihat seseorang datang menghampirinya.

"Permisi Bu, apa benar Bang Robin suka ke sini setiap pagi?" tanya Nabilah.

"Iya Neng, setiap hari selalu lima bungkus nasi uduk dan gorengan sepuluh biji," jawab Mpok Tini dengan jujur.

Nabilah tampak terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka Robin minta nasi cukup banyak.

"Jadi berapa semuanya Bu?" tanya gadis itu ingin tahu.

"Jadi empat puluh ribu," jawab Mpok Tini apa adanya.

"Ini buat bayar nasi uduk yang Bang Robin ambil!" ujar Nabilah sambil menyodorkan uang merah dari suaminya.

Mpok Tini tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, "Buat apa dibayar lagi? Robin nggak pernah ngutang kok, apalagi minta. Bahkan kalau bayar lima puluh ribu tidak mau dikembalikan."

Nabilah jadi bingung katanya tadi Robin suka malak nasi uduk, tapi ternyata bayar.

"Jadi mana yang benar Bu, Bang Robin minta nasi apa beli?" tanya Nabilah menegaskan.

"Maksud saya setiap hari Robin beli nasi uduk lima bungkus dan gorengan sepuluh biji," ujar Ibu itu menjelaskan.

"Oh begitu, ya sudah saya juga mau nasi uduknya sebungkus dan gorengannya dua. Bu, tolong jangan cerita sama Bang Robin kalau saya tanya-tanya ya!" Nabilah merasa tidak enak hati dan takut jadi salah paham.

Tiba-tiba seorang pria datang dan memanggil, "Nabilah!"

Nabilah berbalik dan tampak terkejut melihat kedatangan pria itu. "Mas Sofyan," balasnya.

BERSAMBUNG

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status