Share

4. Uang Halal Kan?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-04 12:21:52

"Tapi, Bu. Kami kan-"

"Bereskan!" potong Herni sambil menunjuk ke arah lantai sementara dia duduk di kursi sofa bersama dengan suami dan dua putrinya yang lain serta dua menantunya.

Kirana mengepalkan tangan karena kesal. 

Dengan terpaksa dia membungkukkan badan untuk melipat tikar. Tapi, tanpa dia duga Rayan menahan lengannya, seolah melarangnya untuk melakukan hal itu. 

Herni menaikkan alis kanan, "Heh, tunggu apa lagi, Na?"

"Mas," panggil Kirana dengan nada bingung.

Rayan pun berujar, "Kamu masuk ke dalam aja, biar saya yang urus."

Nadia yang mendengar hal itu seketika menyeletuk, "Owh, so sweet!"

Dia juga bertepuk tangan untuk Rayan tapi lalu menambahkan, "Kalau begitu jangan lupa cuci gelas-gelas kotor ini juga ya!"

Dia menggunakan mata untuk memberitahu Rayan. 

Kirana pun berkata, "Mas, aku-"

"Kamu masuk aja ya," ucap Rayan.

Kirana menggeleng tapi Rayan bersikeras, "Kamu masuk aja. Percaya sama saya, biar saya yang urus."

Wanita muda itu ingin sekali membantah, tapi melihat tatapan tidak ingin dibantah suami barunya itu dia mendadak menurut dan akhirnya masuk ke dalam kamar.

Saat dia berada di dalam kamar, dia tidak bisa tenang. Dia penasaran tentang apa yang sedang dilakukan oleh suaminya. Tapi, hanya dalam waktu lima menit pintu kamarnya diketuk.

"Ini saya, Rayan. Boleh saya masuk?" 

Tanpa membuang-buang waktu, Kirana membuka pintu kamarnya dan mempersilakan suaminya masuk sambil membawa tas ranselnya.

"Kok cepat banget, Mas?" Kirana bertanya dengan nada heran.

"Iya," jawab Rayan sembari mulai membuka kancing baju.

Kirana mengerutkan dahi, "Iya gimana, Mas maksudnya? Udah beres?"

Rayan tersenyum, "Ya belum beres."

"Lha terus? Bapak sama ibu memang enggak ngomel Mas masuk kamar?" tanya Kirana masih terlihat bingung.

Rayan menggelengkan kepala, "Nggak juga."

Kirana ingin bertanya lagi, tapi Rayan sudah bertanya mendahuluinya, "Boleh saya mandi sebentar?"

Wanita itu pun hanya bisa mengangguk pasrah dan akhirnya menunda apa yang ingin dia tanyakan. 

Tetapi, begitu sang suami masuk ke dalam kamar mandi, Kirana buru-buru mengganti baju dan kemudian segera keluar dari kamar untuk melihat keadaan ruang tamu.

Betapa terkejut dirinya ketika dia melihat dua orang pemuda yang terlihat sedang membersihkan ruang tamu itu. Sementara dua adik perempuan dan dua adik iparnya sudah tak terlihat di sana.

"Eh, ini mereka siapa, Pak?" tanya Kirana dengan ekspresi terkejut pada sang ayah.

Parlan yang berdiri di pojok dengan raut wajah memerah karena marah itu langsung memberi tatapan kesal pada putrinya.

"Tanyakan saja pada suamimu si tukang sol sepatu itu!" kata Parlan dengan ketus.

Herni mengertakkan gigi, "Menantu nggak berguna. Bisa-bisanya suami kamu itu manggil dua orang nggak jelas ini ke sini untuk membereskan ini."

Kirana tercengang. 

"Hah? Mas Rayan yang ... manggil mereka? Kok-"

"Makanya sana tanya sama suamimu itu. Kalau memang pemalas ya ngaku aja, nggak perlu suruh dua gembel yang dekil itu buat ngerjain ini," ucap Herni.

Kirana sontak menoleh pada dua orang pemuda yang dia tebak usianya masih belasan itu.

Tetapi mereka tidak terlihat menggubris ucapan ibunya dan tetap melanjutkan membersihkan ruang tamu itu seakan tak mendengar kalimat tidak mengenakan itu. 

Kirana yang dilanda kebingungan itu pun segera kembali masuk ke dalam kamar untuk menanyakan hal itu pada suaminya.

Secara kebetulan Rayan ternyata sudah selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan handuk.

"Mas, kamu yang manggil dua orang pemuda itu? Itu siapa, Mas?" tanya Kirana cepat-cepat.

Rayan menoleh, "Iya. Mereka teman saya dan mereka bantu-bantu bersih-bersih, mumpung lagi berkeliling di daerah sekitar sini."

"Te-teman?" ucap Kirana dengan terbata-bata.

Dua orang pemuda yang berpenampilan kucel, lusuh dan tidak rapi itu teman Mas Rayan? Mengapa dia berteman dengan orang-orang seperti itu? pikir Kirana semakin bingung sekaligus cemas.

Melihat ekspresi aneh Kirana, Rayan seketika bertanya, "Mengapa?"

Kirana mengelengkan kepala, "Nggak. Nggak apa-apa kok."

Rayan seketika mendesah pelan, "Ekspresimu jadi kaya gitu karena penampilan mereka ya, Mbak?"

Kirana seketika salah tingkah, "Eh, nggak kok, Mas. Aku cuman-"

"Jangan melihat orang hanya dari penampilan luar, Kirana!" ucap Rayan tiba-tiba, memanggil namanya untuk pertama kali.

Dia lalu melanjutkan, "Terkadang apa yang terlihat di luar, berbeda dari yang sebenarnya."

Kirana menelan ludah, sadar bila perkataan suaminya memang benar. Wanita itu pun berkata dengan lirih, "Maaf, Mas. Iya, aku salah."

Rayan pun membalas sembari tersenyum lagi, "Iya, nggak apa-apa."

Wanita itu terduduk dengan canggung di atas tempat tidur mereka. Dia melirik mas kawin pemberian Rayan yang dia letakkan di atas meja rias kecil.

Mas kawinnya hanya berupa seperangkat alat salat dan uang sebesar satu juta rupiah tapi Kirana sudah merasa cukup.

"Ada sesuatu yang belum saya kasih untuk kamu," ucap Rayan tiba-tiba.

Kirana segera menoleh ke arah suaminya yang dilihatnya mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya. 

"Ini. Uang bulanan kamu, maaf ya saya baru bisa kasih segini," ujar Rayan sambil menyodorkan sebuah amplop putih.

Kirana menerimanya dengan alis tertaut. Perlahan dia membuka amplop itu dan seketika dia ternganga. Dia mengeluarkan semua isinya dan semakin kebingungan.

"Mas, i-ini serius? Sebanyak ini? Semuanya buat aku?" ucap Kirana dengan mata membulat karena kaget.  

"Iya, semuanya buat kamu," jawab Rayan santai.

Awalnya Kirana ingin tersenyum, tapi tiba-tiba dia mengurungkan hal itu. Dia malah menatap sang suami dengan kening berkerut, "Mas, ini uang halal kan?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
cerita yg menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   218. Akhir

    Rayan terdiam cukup lama dan tidak langsung menjawab pertanyaan dari mertuanya itu.Tetapi, setelah dia berpikir masak-masak dia pun akhirnya berkata, “Ibu saya telah meninggal dan ayah saya sudah menikah lagi.”Herni mendengus saat mendengar jawaban menantunya itu, “Oh, pantesan jadi kamu itu anaknya nggak terlalu dianggap sama bapak kamu ya?”Rayan saat itu tersenyum dan Kirana khawatir bila perkataan kedua orang tuanya mungkin akan menyakitkan hati Rayan.Akan tetapi, di luar dugaannya Rayan malah dengan sangat tenang menjawab, “Begini saja. Dalam beberapa hari lagi saya akan mengundang ibu dan bapak ke acara keluarga besar saya.”Herni menaikkan alisnya, “Maksud kamu? Keluarga besar kamu akan menggelar acara dan kamu mengundang kami?”Rayan menganggukkan kepalanya dan jujur saja Kirana cukup bingung dengan ucapan suaminya karena dia sama sekali tidak mengerti tentang acara yang dimaksud oleh Rayan. “Sebenarnya acara itu seharusnya digelar beberapa bulan lagi, tapi … sepertinya sa

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   217. Terlalu Miskin?

    Kirana menatap ibu dan bapaknya secara bergantian dengan tatapan penuh kekecewaan. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti itu kepada orang yang telah membantu mereka begitu banyak seolah suaminya itu bukanlah orang yang bertanggung jawab. Padahal kalau dipikir-pikir Rayan sama sekali tidak memiliki kewajiban yang penuh untuk benar-benar memberikan sejumlah uang kepada mereka. “Bapak dan Ibu untuk masalah itu tidak perlu khawatir. Karena saya … saat ini sudah membawakan uang tersebut,” kata Rayan.Parlan mendengus dengan tidak sabar, “Ya Itu kan untuk hari ini. Begitu kan? Lalu besok-besoknya gimana?”“Per hari kan? Kamu nggak bermaksud buat ngasih cuman satu kali dalam satu bulan gitu kan, Yan?” Herni menambahkan dengan alis berkerut seakan curiga kepada menantu laki-lakinya tersebut. Rayan dengan begitu sangat sabar menjawab, “Tidak, Bu.”Pria muda tampan itu pun kemudian mengambil sebuah amplop besar dari dalam saku jasnya yang Kirana tebak berisi sejumlah uang.Kirana cukup ter

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   216. Dengan Cara Apa?

    Tidak ingin tensi di rumah itu menjadi menegang, Rayan pun cepat-cepat berkata, “Kirana, sudah ya!”“Mas. Tapi kan ….”Wanita itu melihat tatapan suaminya yang penuh permohonan sehingga dia pun terpaksa lagi-lagi harus membungkam mulutnya sendiri.Bagaimanapun juga pria yang berada di dekatnya itu adalah suami yang memiliki hak untuk membuat dirinya menurut kepadanya sehingga mau tidak mau dia pun mengangguk pada sang suami. Herni melihat kepatuhan putrinya terhadap Rayan dan langsung mendecakkan lidah, “Yah, bagus deh. Ternyata ada baiknya juga kamu menurut sama suami kamu.”Kirana tetap berusaha keras menahan dirinya agar tidak lagi terpancing dengan ucapan ibunya. Rayan pun tetap diam dan ketika dia hampir akan berbicara, Parlan menambahkan seakan mendukung ucapan istrinya, “Bagus memang. Mungkin Rayan ini bisa bikin kamu lebih hormat sama bapak ibu kamu.”Andai saja Kirana tidak menghormati Rayan, dia pasti sudah akan membalas ucapan kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan it

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   215. Bagaimana Bisa?

    Bukannya malah memperbaiki sikap mereka terhadap menantu laki-lakinya yang sudah terlalu banyak mereka hina, mereka tetap tidak mengubah sedikitpun sikap mereka.Parlan malah dengan tenangnya berkata, “Oalah, Kirana. Udah, Nduk. Kalau bermimpi itu jangan terlalu tinggi.”Kirana tercengang ketika mendengar perkataan bapaknya dan wanita muda itu hampir saja akan membalas. Namun rupanya bapaknya tersebut tidak terlalu peduli dengan balasan Kirana dan sekali lagi berujar penuh dengan nada penghinaan, “Kalau bukan hanya tukang sol sepatu, memangnya pengalaman yang lain apa? Tukang parkir maksud kamu?”“Yah Pak. Tukang parkir masih bagusan dikit, gimana kalau ternyata sebelumnya Rayan itu macam tukang angkut sampah?” Herni menanggapi perkataan suaminya. Kirana semakin tidak bisa berkata-kata lagi lantaran sudah tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang malah semakin menjadi-jadi. Wanita itu ingin sekali segera memberitahu kedua orang tuanya mengenai identitas asli sang suami, tapi

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   214. Hinaan Lain

    Tina pun akhirnya hanya bisa mendecak penuh sesal karena telah membuang-buang waktu berbicara dengan dua wanita bebal yang tidak bisa dinasehati. Menurutnya sesungguhnya kedua wanita itu sudah mengetahui apabila mereka berbuat salah, hanya saja mereka terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan. Oleh sebab itu keduanya seolah-olah merasa paling benar di depan dirimu. “Ya udahlah, hanya menghabiskan tenaga dan buang-buang waktu saja kok ngomong sama Mbak berdua ini,” kata Tina yang akhirnya meninggalkan mereka berdua karena tidak ingin terlibat lagi dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya.Sementara itu Kirana sudah naik ke dalam mobilnya bersama dengan suami dan saat ini sedang melakukan perjalanan menuju ke arah rumah kedua orang tuanya. “Ini masih siang, kira-kira mereka ada di rumah nggak ya, Mas?” ucap Kirana yang sebenarnya terlihat agak ragu-ragu. Rayan pun menjawab ucapan istrinya, “Mas nggak tahu. Atau mungkin mereka lagi ada di pasar? Kios merek

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   213. Tertampar!

    Pada akhirnya kedua wanita yang selalu mengusik Kirana itu tidak bisa lagi membantah apapun. Keduanya hanya diam saja dengan ekspresi bingung yang masih melekat di wajah mereka berdua.Fakta yang baru saja menampar mereka itu membuat keduanya tersadar bahwa di balik penampilan seseorang ataupun pekerjaan seseorang yang terlihat biasa saja ternyata tersimpan sebuah hal yang menakjubkan. Kadang kala sebuah kemewahan itu tidak bisa dilihat dengan mata saja. Itu persis seperti yang terjadi pada Kirana dan suaminya. Semua orang mengira keduanya memiliki kehidupan yang sederhana tetapi rupanya sang suami menyimpan rahasia yang besar. “Minimarket ini harganya pasti miliaran. Gila! Aku nggak nyangka kalau ternyata semuanya Mbak Kirana itu kaya raya!” ucap salah seorang karyawan yang menatap takjub pada Kirana dan Rayan yang mulai berjalan keluar dari area minimarket. Tina yang cukup dekat dengan Kirana saja akhir-akhir itu juga tidak mengerti tentang rahasia besar itu. Tetapi, menurutny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status