Johan yang mendapatkan perintah dari Ibrahim tentu saja merasa terkejut. Tak ada angin, tak ada hujan mendadak sang bos ingin pergi ke luar negri. Padahal, mereka belum tuntas mengurus masalah Nela dan Lita yang berkhianat."Anda akan ke Amerika besok? Untuk berapa lama?" tanya Johan mengulang perkataan Ibrahim."Aku belum tahu. Mungkin aku akan menetap di sana untuk selamanya,” kata Ibrahim.Mata Johan pun terbelalak sampai hendak melompat keluar dari tempatnya.“Kalau Anda meninggalkan perusahaan Chandra Kirana, lalu bagaimana dengan saya?” tanya Johan dilanda kerisauan.“Kamu bisa tetap bekerja seperti biasa, Johan.”“Kenapa Anda pergi mendadak? Apa ini berkaitan dengan tertangkapnya Nela dan Lita oleh Tuan Rajendra?”Ibrahim membuang napas kasar, lalu menatap wajah dari tangan kanannya yang setia itu.“Akhir-akhir ini, aku sering bermimpi buruk, Johan. Aku khawatir akan dilaporkan oleh Rajendra ke polisi. Jadi, untuk sementara waktu aku harus bersembunyi ke tempat yang aman. Binta
Pagi itu, sinar mentari menembus tirai kamar Catleya, membangunkan wanita itu dari alam mimpi. Namun, alih-alih menyambut pagi dengan segar, perut Catleya justru bergejolak oleh sensasi yang tidak menyenangkan di dalam sana. Dengan terbatuk-batuk, Catleya bergegas melangkahkan kaki menuju wastafel.“Tidak apa-apa, Sayang. Mama hanya sedikit mual,” gumam Catleya sembari mengelus perutnya yang masih rata. Hanya saja, selang beberapa detik ia memuntahkan cairan dari bibirnya.Rajendra ikut terbangun karena merasakan pergerakan Catleya. Hidungnya mencium aroma tidak sedap yang menyelinap keluar dari kamar mandi. Dengan cepat, lelaki itu mengetuk pintu dan memasukinya, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran.“Sayang, apa yang terjadi? Kamu terlihat pucat sekali,” tanya Rajendra sambil memegang bahu istrinya itu.Catleya menatap Rajendra dengan sendu, berusaha untuk tersenyum. “Aku baik-baik saja, Hubby. Hanya sedikit masalah perut.”“Kalau begitu kamu istirahat saja di apartemen,” saran Rajen
Adrian menatap langit malam melalui jendela kamarnya dengan pandangan kosong. Pikirannya dipenuhi berbagai pertimbangan yang rumit. Perasaannya kacau meski ia belum mengambil langkah sedikit pun. Dia tahu ada yang harus diungkapkan kepada Maya malam ini juga.Diam-diam, Adrian menunggu Meliana terlelap. Sesudah memastikan bahwa istrinya itu tidur nyenyak, Adrian melangkah dengan hati-hati keluar dari kamar. Gerakannya sudah mirip seorang pencuri yang takut kepergok oleh pemilik rumah.‘Aku harus menemui Maya malam ini juga untuk mencegah rencana Mama Nandini terlaksana. Semoga Maya akan mendengar ucapanku,’ pikir Adrian.Tatkala dia mencapai pintu kamar Maya, Adrian merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat. Ia pun mengetuk pintu kamar Maya pelan. Berusaha agar Maya bisa mendengarnya, tetapi tidak menimbulkan suara gaduh yang dapat membangunkan Meliana.Pintu terbuka sedikit, menampakkan wajah Maya yang terkejut. Terdengar suara serak khas bangun tidur dari janda muda itu, “Mas
Ineke ikut memuji Catleya karena penampilannya berbeda dari hari biasanya. Kulit Catleya yang putih sangat cocok dengan warna hijau emerald yang dipilih oleh wanita itu. Ditambah dengan hiasan bunga di rambutnya menambah kesan manis."Aku yakin kalau nanti Pak Rajendra akan terpesona dengan penampilan kamu ini," ucap Ineke sambil berjalan menyenggol lengan sahabatnya itu.Catleya hanya tersenyum, dia juga berharap apa yang dikatakan Ineke itu benar adanya."Kamu akan memakai topeng yang mana? Yang sama dengan kami atau yang kupu-kupu?" tanya Ineke saat melihat Catleya memegang dua buah topeng di tangannya."Yang sama dengan kalian supaya seragam," jawab Catleya, dia tampak bersemangat sekaligus merasa was-was.“Ck, pakai saja yang kupu-kupu, lebih terlihat bagus dan misterius. Sebagai ketua panitia, kamu boleh tampil beda dari kami. Lagi pula, jika Pak Rajendra mencintai kamu, dia akan sangat mudah mengenali wajahmu, bahkan jika kamu memakai topeng berlapis-lapis,” pungkas Ineke.Catl
Dari tempat duduknya, Catleya memperhatikan Rajendra pergi bersama Rama melalui pintu samping. Hatinya cukup gelisah, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang. Selepas Rajendra undur diri, kini giliran Tuan Chandra, selaku pendiri perusahaan, yang naik ke atas panggung untuk menyapa tamu undangan. Beliau tampak gagah dengan setelan jas hitam yang membuatnya kelihatan lebih muda.“Terima kasih atas kehadiran Anda sekalian di acara ulang tahun Chandra Kirana,” ucap Tuan Chandra dengan suara yang tenang, tetapi penuh arti.“Tidak terasa sudah lima puluh tahun yang lalu, saya dan istri saya, Tiara, mendirikan perusahaan ini. Dimulai dari impian kecil kami untuk membuat produk kosmetik lokal, kini Chandra Kirana sudah mengembangkan sayap sampai ke manca negara. Bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Kami sangat bersyukur karena itu.”Para tamu pun bertepuk tangan mendengar ucapan Tuan Chandra yang menyentuh hati.“Tentu saja perusahaan ini semakin maju karena kerjasama dan ket
Ineke yang sudah kembali dari pencariannya, terkejut melihat Catleya tiba-tiba bangkit dari kursi. Ia pun khawatir jika Catleya benar-benar sakit saat ini. "Kamu kenapa? Apa kamu mual lagi, Leya?" tanya wanita itu dengan ekspresi penuh kekhawatiran.“Tidak, aku ingin menemui seseorang, Ke.”Setelah berkata demikian, Catleya melepas topengnya dan melangkah untuk mengikuti pria bertopeng itu. Rasa penasarannya semakin memuncak, sehingga ia memutuskan untuk menguak misteri yang membuatnya penasaran. Namun, sayangnya langkah pria tersebut begitu cepat, sampai Catleya kewalahan.Ineke yang melihat sahabatnya kebingungan, ikut berjalan menerobos beberapa tamu undangan sambil memanggil nama Catleya. Akan tetapi, riuh suara musik dan penyanyi, ditambah obrolan para tamu membuat suara Ineke tenggelam. Wanita itu kesulitan untuk menggapai Catleya sampai dia kehilangan jejaknya.Catleya masih sangat fokus mengejar pria misterius itu, sampai-sampai dia bingung karena sosok tersebut lenyap di anta
Catleya masih menatap lekat pria di hadapannya itu, mendadak jantungnya berdetak lebih cepat. Apalagi saat tangan pria itu bergerak untuk membuka topeng yang dia kenakan.Dalam hitungan detik, wajah tampannya telah terungkap. Ternyata benar, pria di balik topeng itu adalah Rajendra. Catleya menatap suaminya dengan penuh haru, ternyata tebakannya benar. Sorot mata Rajendra begitu sangat teduh, menatap istrinya dengan penuh cinta."Malam ini kamu terlihat sangat cantik," puji Rajendra sambil memamerkan senyuman manisnya. Pria itu begitu menyukai riasan dan gaun yang dikenakan oleh istrinya. Terlebih, Catleya mengenakan warna hijau, warna favorit mendiang ibunya."Jadi, kamu adalah orang yang menjatuhkan gelang kristal hijau ini?" Catleya masih tidak percaya dengan fakta mencengangkan itu.Rajendra kembali tersenyum, lalu mengangguk dengan mantap. "Iya, aku pria itu. Aku pria bertopeng yang pernah kamu temui tiga tahun yang lalu."Mendengar jawaban Rajendra membuat Catleya tidak bisa ber
Gemuruh tepuk tangan mengudara saat gerakan dansa Rajendra dan Catleya telah selesai. Para tamu undangan terpukau dengan waltz dance yang baru saja dilakukan oleh keduanya. Meskipun Catleya masih belum begitu mahir melakukannya, tapi malam ini dia begitu menikmati berdansa dengan Rajendra.Keduanya saling tersenyum satu sama lain. Malam ini begitu sempurna karena keinginan Rajendra untuk mengajak Catleya berdansa telah terwujud. Sebelum itu, dia juga berhasil mengingatkan sang istri mengenai pertemuan pertama mereka yang tak terduga. Dengan kata lain, alasan dia menikahi Catleya dulu adalah karena cinta. Hanya saja, ia masih malu untuk mengungkapkannya secara terang-terangan."Ternyata kamu sudah mahir dalam berdansa," puji Rajendra saat mereka berdua berjalan meninggalkan lantai dansa.Catleya tersipu malu. "Aku hanya mengikutimu saja, masih belum begitu bisa.""Tapi itu sudah cukup bagus. Tidak sia-sia aku mendaftarkan kamu kelas dansa, malam ini aku sangat puas."Wajah Rajendra ter