Share

Bab 4

last update Last Updated: 2024-03-19 12:27:52

Fitri tiba di rumah tepat saat adzan maghrib berkumandang. Walaupun ini hari pertamanya bekerja, tapi pekerjaannya begitu banyak. Seluruh badannya terasa pegal. ia sudah membayangkan wajah Damar yang menyambutnya dengan senyuman.

Namun saat membuka pintu, ia malah disambut oleh suaminya dengan tatapan yang tajam.

"Assalamualaikum, Mas," Fitri mengucap salam kemudian menghampiri suaminya dan mencium tangannya.

"Dari mana saja kau baru pulang?" tanya Damar pada Fitri.

"Maaf Mas tadi macet, karena ada kecelakaan lalu lintas–"

"Sudah aku katakan, jika kau bekerja harus pulang tepat waktu! Tidak harus keluyuran ke mana-mana!" Damar memotong ucapan Fitri dengan suara keras sambil mencengkram rahang Fitri yang tengah berjongkok di hadapan Damar.

"Sakit, Mas… sakit!"

Fitri mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan suaminya, dan Damar melepaskan tangannya di rahang Fitri sambil mendorong istrinya hingga terjengkang.

"Kau jangan seenaknya berbuat macam-macam di luaran sana ya! Jangan kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan!"

Air mata Fitri langsung meleleh keluar. Rasa sakit di rahangnya ini tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Padahal, iya bekerja keras untuk keluarganya, tapi kenapa Damar malah tidak percaya?

“Kenapa kamu berubah seperti ini, Mas?” batin Fitri. Di ingatan Fitri, damar adalah pria yang lembut dan penyayang, makanya dia menerima apapun keadaan pria itu, bahkan setelah dirinya lumpuh total.

"Memangnya apa yang aku lakukan, Mas? Aku ini bekerja dan baru pulang, kenapa kamu menuduhku yang tidak-tidak?” lirih Fitri sambil mengusap lelehan kristal bening yang mengalir di wajah cantiknya.

Damar hanya diam, tanpa berkata apapun, lalu meninggalkan Fitri untuk masuk ke dalam kamar.

Brak!

Fitri hanya memejamkan mata mendengar pintu yang dibanting itu. Dengan berjalan lunglai, Fitri memasuki kamar mandi dan membersihkan diri, kemudian mengambil air wudhu.

Setelah selesai, Fitri membentangkan sajadah, kemudian melakukan kewajiban sebagai seorang muslim yang taat menjalankan ibadah sholat magrib. Di kamar, Fitri melihat Damar malah berbaring memunggunginya. Diajak shalat pun dirinya tidak menyahut.

Bulir-bulir kristal bening tak henti-hentinya mengalir dan membasahi wajah Fitri. Ia pun kemudian berdoa dan memohon pada Tuhan agar hati suaminya menjadi lembut seperti dulu.

“Ya Allah, lembutkanlah hati suamiku berikanlah ia hati yang lapang untuk menerima keadaannya yang sudah seperti ini. Aku tidak meminta banyak darinya ya Allah, aku hanya ingin suamiku kembali bersikap lemah lembut seperti dulu, Amin,”

Setelah selesai melaksanakan ibadah salat maghrib, Fitri pun keluar kamar dan duduk di meja makan. Ia mengambil piring, kemudian membuka tudung saji. Alangkah terkejutnya Fitri saat melihat di atas meja makan sudah tidak ada nasi dan lauk pauknya.

“Bukankah tadi aku masak cukup banyak? Ke mana semua makanan itu?”

Fitri menutup kembali tudung saji itu, kemudian menemui suaminya di kamar. Walaupun Damar masih berbaring seperti sebelumnya, Fitri tetap mencoba membangunkannya lagi.

"Mas...," Fitri memanggil suaminya yang masih tidak merespon kedatangannya. "Mas, kamu sudah makan atau belum?"

"Sudah," jawab Damar datar.

"Mas tidak menyisakan nasi sedikit saja dan lauk-pauknya buat aku?" tanya Fitri lirih.

"Buat apa aku menyisakannya sedikit untukmu? Bukankah kamu sudah makan saat bekerja di kantor?" balas Damar sengit.

Damar tampaknya marah karena Fitri bertanya mengenai nasi dan lauk pauk yang telah Damar habiskan. Memang bukan hal yang besar, tapi bagi Damar pasti itu seperti Fitri Tengah menuduhnya.

Fitri memilih untuk menghindari pertengkaran dengan suaminya karena kelelahan. Dia keluar dari kamar, lalu membersihkan meja makan yang hanya berisi piring kotor.

Sepertinya, malam ini ia harus menahan lapar kembali sampai pagi menjelang.

Sudah lelah dan lapar…Fitri hanya bisa bersabar melalui malam yang panjang.

*****

Pagi harinya, seperti biasa sebelum berangkat bekerja, Fitri memasak terlebih dahulu untuk menyajikan makanan kepada suaminya.

Semua tugas rumah tangga sudah Fitri kerjakan, dari membersihkan tubuh suaminya, memasak, dan mengurus rumah. Fitri kemudian berpamitan pada Damar yang tengah duduk di ruang tamu sambil merokok.

Dulunya, Damar bukanlah tipe pria yang suka merokok. Akan tetapi, sejak ia merasa frustasi karena kecelakaan yang menimpanya, ini menjadi kebiasaan baru. Damar bahkan bisa menghabiskan dua bungkus rokok sehari.

Fitri berpamitan pada Damar sebelum berangkat dan mencium punggung tangan suaminya, akan tetapi suaminya tetap diam.

Fitri akhirnya tetap pergi, walaupun hatinya begitu.

Hampir 30 menit Fitri habiskan di jalanan karena macet. Ya sudah berniat ingin sedikit santai dan menikmati teh dulu begitu sampai.

Namun saat Fitri sudah tiba di meja kerjanya, ia malah dikejutkan seseorang yang melempar beberapa kertas untuk dikerjakan.

"Kamu kerjain ini! Sebelum jam makan siang harus sudah selesai!" perintah wanita cantik yang tidak lain adalah Cindy.

"Tapi, Mbak, ini bukan pekerjaanku," tolak Fitri lembut.

"Memang ini bukan pekerjaanmu, tapi aku mau kau yang mengerjakan ini karena orang yang biasa mengerjakannya tidak masuk hari ini!" jawab Cindy, terus langsung berbalik meninggalkan Fitri yang masih bingung.

Fitri menghela nafas panjang, lalu duduk di kursinya. Ini memang hanya menyusun laporan sederhana, tapi tetap saja bukan pekerjaannya. Bagaimana pekerjaannya yang lain? Apa dia harus mengabaikannya?

“Kalau cuma diliatin, nggak bakal selesai, Fit,” Fitri bergumam pada dirinya sendiri, lalu mulai mengerjakan laporan yang diberikan Cindy.

“Mbak?”

Secangkir teh hangat tiba-tiba muncul di hadapan Fitri.

Di saat Fitri tengah sibuk mengerjakan beberapa berkas yang Cindy berikan, ia dikejutkan dengan kehadiran Mamat yang membawakan secangkir teh hangat. Fitri pun mendongak.

“Eh, Mas!”

"Mbak Fitri kenapa?" tanya Mamat melirik tumpukan berkas yang baru saja Cindy berikan kepada Fitri.

"Ini, Mas, a-aku bingung untuk mengerjakan ini…."

Mamat melirik dari balik meja Fitri, lalu mengangguk. “Mau saya bantuin, Mbak?”

“Memangnya kamu bisa mas?”

Mamat kemudian meminta Fitri untuk berdiri dan ia mengambil alih tempat duduk Fitri dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit Mamat sudah menyelesaikan tugas yang Cindy berikan.

“Waaaah, Mas Mamat hebat,” sorak Fitri kemudian ia reflek memeluk Mamat dan mengucapkan terima kasih.

Jantung Mamat terasa berdetak lebih cepat saat Fitri memeluknya. Namun hatinya pun sangat senang dan ia pun ingin bersorak gembira karena mendapatkan pelukan dari Fitri meskipun tidak sengaja, itu saja sudah membuatnya bahagia.

Fitri yang menyadari kesalahannya Tengah memeluk pria yang bukan suaminya pun menarik tubuhnya dan ia merasa sangat malu bahkan sampai wajahnya memerah mirip seperti udang rebus.

Mamat yang menyadari perubahan wajah Fitri pun terkekeh.

“Ma-maaf mas,” ucap Fitri terbata.

“Tidak apa-apa Mbak,”

Mamat kemudian berpamitan pada Fitri untuk kembali ke pantry namun ujung matanya menangkap bayangan siluet yang tengah memperhatikan interaksinya dengan Fitri sejak tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 20

    Cindy menghentakan kakinya karena ia begitu kesal kepada Michael yang bukannya mengajak dirinya malah mengajak Alvin. Cindy menatap dua punggung tegak yang perlahan menjauh dari. Ia pun teringat pada seseorang yang beberapa hari yang lalu telah Ia perintahkan untuk menjebak Fitri. "Jangan sampai orang itu buka mulut jika suatu saat nanti bertemu dengan Pak Alvin. Aku harus secepatnya mencegahnya,'' gumam Cindy kemudian ia meraih tas kecilnya dan memasukkan handphone serta dompet yang berada di laci meja kerjanya. Cindy berjalan keluar kantor menuju tempat di mana ia akan bertemu pria yang ia suruh untuk menculik Fitri. Dan menjual Fitri kepada seorang germo yang terkenal di kota. Cindy juga ingin tahu siapa yang membeli Fitri saat malam itu. Cindy begitu yakin jika yang membeli Fitri itu adalah laki-laki hidung belang dan juga tua. Iya pun terkekeh geli saat membayangkan Fitri Tengah digagai oleh seorang pria hidung belang dan usianya sudah renta.Mobil yang dikendarai oleh Cindy

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 19

    "Jangan sentuh aku!" teriak Fitri tepat di hadapan Michael. Fitri menatap Michael dengan tatapan yang tajam dan penuh kekecewaan. “Apa tujuanmu membohongiku, Michael? Kenapa kamu menyamar sebagai Mamat?” tanyanya, suaranya bergetar karena emosi yang bercampur antara marah dan sedih. Michael menghela nafas, matanya tidak bisa menatap langsung ke dalam mata Fitri. “Fitri, aku… aku hanya ingin dekat denganmu. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa menahan perasaanku,” jawab Michael dengan suara yang rendah. Fitri menggigit bibirnya, berusaha keras untuk tetap tenang. “Perasaanmu tidak bisa menjadi alasan untuk membohongi seseorang, Michael. Kamu telah melukai aku,” ucapnya, air mata mulai jatuh dari matanya. "Kamu tega! apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam? memaksaku untuk menuruti nafsumu! kamu tega melakukan semua itu padaku merenggut kesucian yang selama ini aku jaga, bahkan suamiku sendiri Mas Damar belum pernah menyentuhku!" pekik Fitri dengan suara yang naik satu oktaf b

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 18

    Keesokan harinya Fitri sudah mulai masuk ke kantor lagi. Meskipun Fitri merasa malu jika ia bertemu dengan pria yang sudah merenggut kesuciannya. akan tetapi jika Fitri tidak bekerja dari mana ia akan merasakan uang untuk bertahan hidup. setidaknya sikap suaminya sudah mulai melembut meskipun kadang masih suka membentak akan tetapi tidak seperti yang sebelumnya. "Mas, Aku berangkat kantor dulu ya," pamit Fitri pada Damar sambil mencium punggung tangan suaminya. "Berangkatlah! ingat pulangnya jangan terlalu malam, jika tidak ada lemburan cepatlah pulang!" ucap Damar menasehati istrinya. Fitri pun berangkat dengan menggunakan bus metromini angkutan kota seperti biasa. Uang yang Ia punya hanya cukup untuk membayar angkutan umum saja. Setibanya Fitri di kantor, ia merasa aneh pada semua Karyawan OB ataupun Satpam yang memperhatikannya dari Saat Fitri memasuki Luki kantor hingga akan memasuki sebuah lift menuju lantai di mana ruangannya berada. "Ada apa dengan mereka?" guma

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 17

    Semua mata tertuju pada pria paruh baya yang telapak tangannya berlumuran darah, Michael dan Alvin begitu terkejut dengan kehadiran Ronald. Papa! Om Ronald! pekik Michael dan Alvin bersamaan. Namun saat Michael dan Alvin ingin membantu Ronal d untuk membawanya ke rumah sakit karena di telapak tangan pria paruh baya itu terdapat beberapa pecahan beli yang menancap. "Papa, Papa tidak apa-apa?" tanya Michael khawatir dan hendak memeriksa telapak tangan Ronald, namun alangkah terkejutnya Ronald menepis tangan putranya sebelum mendarat di lengannya. "Jangan sentuh aku!" Ronald menatap tajam pada Michael yang memasang raut wajah bingung. Di saat Ronald ingin menampar wajah sang putra tidak disangka Mona datang menghampirinya. wanita paruh baya itu menjerit mengetahui suaminya terluka. Papa! "Mike, Papa kamu kenapa?" tanya Mona yang menatap tajam ke arah putranya. Saat Mona ingin mencari beberapa satpam namun ia mengedarkan pandangannya akan tetapi Michael dan Alvin segera m

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 16

    "Kau ini kenapa Bro?" tanya Alvin yang baru saja tiba di kamar Michael menginap. Alvin melihat Michael hanya diam dan tanpa menoleh sedikitpun padanya yang sudah berdiri di sampingnya. "Kau ini kenapa sih? ditanyain diam saja! Ada apa denganmu?" berondong Alvin pada saudara sepupunya yang terlihat begitu mengenaskan penampilannya. Alvin berjalan melewati Michael yang masih diam tanpa kata ia memilih merupakan dirinya di atas kasur berukuran king size. Alvin terlonjak kaget saat mendengar apa yang dikatakan Michael Jika ia ingin diantarkan ke rumah Fitri. Antarkan Aku ke rumah Fitri!" ucap Michael tanpa menoleh pada Alvin yang tengah terbaring hingga bibirnya membentuk huruf O. "Tumben bener kamu ingin ke rumah Fitri? Dia sama sepertimu semalam tidak pulang," "Aku tahu!" Kali ini Alvin langsung bangun dari posisinya rebahan. ia duduk di dekat Michael yang tengah memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya. Alvin heran bahkan ia sampai mengerutkan keningnya karena Mi

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 15

    Keesokan harinya Fitri bangun lebih awal. Ia perlahan turun dari ranjang kemudian segera memakai pakaian yang sudah koyak di bagian pundaknya. Ia kemudian mengambil sebuah jas yang terletak di sebuah kursi di kamar itu, kemudian Fitri segera meninggalkan kamar yang sudah membuat hidupnya hancur karena seorang pria yang telah tega memaksanya untuk menuruti semua keinginan. Fitri yang sudah berjalan di lorong hotel, namun ia teringat, jika ia tidak memiliki uang sepeser pun untuk ongkos naik ojek, jadi iya kembali lagi ke dalam kamar dan mencari dompet pria yang sudah merenggut kehormatannya. Kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat sebuah dompet yang tergeletak di atas nakas, terlihat dari desainnya sudah jelas dompet itu bukan dompet sembarangan melainkan dompet yang harganya ratusan juta. Tangan Fitri bergetar saat meraih dompet itu ia membuka isi dompet itu dan ingin mengambil pecahan uang lima puluh ribu untuk ongkos pulang naik ojek. Tapi Fitri begitu terkejut saa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status