Share

Bab 5

last update Dernière mise à jour: 2024-03-19 13:43:01

Damar menatap Fitri dengan tatapan tajam di dalam rumah sederhana itu. Melihat sang istri baru pulang ketika jam menunjukkan pukul 07.00 malam, membuat emosi Damar meledak seketika

Suaranya naik satu oktaf dan ketus saat dia bertanya, “Kenapa jam segini kamu baru pulang?! Jangan jadikan ini kebiasaan baru, Fitri! Kamu pasti senang kan cari-cari kesenangan, sedangkan suamimu yang LUMPUH ini cuma bisa diam di rumah?!”

Fitri terdiam, berusaha untuk tidak terpancing oleh kata-kata Damar yang semakin hari semakin melukai hatinya.

“Maaf, Mas. Tadi aku lembur di kantor, jadi baru pulang lewat magrib…,” ucap Fitri dengan nada lemah, berusaha menjelaskan pada suaminya.

Namun Damar hanya diam, matanya tidak menatap Fitri. Tanpa berkata apa pun, pria itu memutar kursi rodanya sendiri menggunakan kedua tangannya dan meninggalkan Fitri.

“Semakin hari, kau semakin kurang ajar! Dasar Istri durhaka!”

Fitri masih bisa mendengar umpatan Damar sebelum pria itu masuk ke dalam kamar. Ia pun hanya bisa menghela nafas lelah, berusaha menahan tangis. Sudah biasa suaminya bersikap seperti.

Fitri mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan Damar yang menyakiti hatinya ia lebih memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa saat kemudian setelah ia selesai dengan ritual mandinya, Fitri duduk di meja makan seperti biasa ia berharap masih ada sisa makanan yang dimasak tadi pagi, akan tetapi nihil ia tidak mendapatkan apapun di atas meja.

Fitri menutup kembali tudung saji itu kemudian ia ingin membuat segelas teh manis namun telinganya mendengar handphonenya berdering seperti ada pesan masuk.

Fitri pun berjalan mendekat ke arah bufet tv karena ia meletakkan tasnya di atas bufet itu. Fitri mengambil handphone miliknya yang berada di dalam tas kemudian melihat Siapa yang mengirim pesan di aplikasi hijaunya. Mata Fitri membulat sempurna saat melihat pesan foto yang terkirim dari nomor yang tidak ia kenal.

“Ini kan? Ini foto tadi siang saat aku telah berbicara dengan Mamat karena ia telah membantuku, Siapa yang mengirim pesan ini?” Fitri berpikir kira-kira Siapa yang mengirim pesan berupa foto saat ia telah memeluk Damar karena refleks saat ia begitu senang Damar bisa membantunya.

Di Saat Fitri masih bertanya-tanya tentang siapa pengirim foto itu pesan kedua pun masuk dari nomor yang sama. Kali ini bukan berupa foto melainkan berupa pesan teks.

“Udah punya suami tapi masih suka godain cowok lain di kantor. Dasar jalang!”

Fitri semakin penasaran dengan pesan teks itu, namun ia dibuat lebih sakit lagi saat pesan foto kedua, ini masuk dari nomor yang sama. Fitri pun langsung berlari keluar rumah setelah melihat foto yang dikirim oleh nomor yang sama yang ia tidak kenal adalah foto depan rumahnya.

Fitri membuka pintu dengan kasar dan saat di luar rumah ia menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan siapapun.

“Siapa sih Orang itu?” gumam Fitri lirih namun ia dibuat kaget saat ada sebuah tepukan di pundaknya dan membuatnya ia menoleh seketika.

“Mbak Fitri cari apa?”

“Eh, Bu Tati,”

“Mbak Fitri cari apa?” Bu Tati mengulangi pertanyaannya kepada Fitri yang terlihat gugup.

“Oh, ini Bu, tadi aku dengar suara tukang bakso lewat, tapi pas keluar rumah uang baksonya sudah kabur,” jawab Fitri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Elaah, kirain ibu ada apa,” ucap Bupati sambil tersenyum.

“Fitri, cepat masuk!” teriak Damar begitu keras hingga mengagetkan Fitri dan bupati yang tengah mengobrol di luar rumah. Damar tidak mau Fitri bersosialisasi dengan tetangganya itu karena ia merasa khawatir jika Fitri membocorkan semua kelakuan Damar yang sering menyiksa Fitri.

“Bu maaf Aku masuk dulu ya,” ucap Fitri sambil meninggalkan Bu Tati yang masih terpenuhi karena kaget Damar berteriak memanggil istrinya.

“Astaghfirullahaladzim, Mas Damar itu kok bisa seperti itu sama Mbak Fitri?” gerutu Bu Tati sambil berjalan pulang.

“Di dalam rumah sederhana itu, tersembunyi lebih banyak cerita daripada yang terlihat. Fitri, dengan segala ketegarannya, mungkin menyimpan perasaan dan beban yang tak terungkap. Apakah ada harapan untuk perubahan?” gumam Bu Tati Yang masih memikirkan sikap Damar pada Fitri.

*****

Keesokan harinya Saat Fitri tengah berjalan di koridor lobby kantor ia tidak sengaja menabrak Cindy yang tengah membawa beberapa berkas di tangannya hingga berkas-berkas di tangan Cindy itu terjatuh dan berserakan.

Namun Fitri begitu terkejut saat membantu mengemas berkas yang berserakan itu kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat CV data berkasnya ada di tumpukan berkas-berkas yang dibawa oleh Cindy.

“Ini kenapa CV aku ada di Mbak?” tanya Fitri sambil menatap wajah cantik Cindy yang masih sibuk merapikan berkas yang berserakan.

“Pertanyaan bodoh! Kok lupa jika aku ini stafnya Pak Alvin wajar dong kalau aku punya CV ini!” ucap Cindy kasar.

“Apakah Mbah Cindy in-?”

“Apa maksudmu? Lebih baik kau cepat masuk! Apakah kau tidak menyadari jika kau sudah terlambat?” Potong Cindy yang merasa jika Fitri mencurigainya.

Sambil berjalan meninggalkan Cindy yang masih membereskan map yang masih berjajar itu Fitri berpikir, “apa iya yang mengirimkan pesan semalam itu Mbak Cindy?” gumam Fitri sambil berjalan menuju ke meja kerjanya namun ia berpapasan dengan Mamat.

“Mbak Fitri kenapa? Wajahnya terlihat pucat sekali Apakah Mbak Fitri sakit?” tanya Mamat yang merasa khawatir.

“Aku nggak papa kok mas, mungkin hanya kurang tidur saja, aku permisi dulu ya,” pamit Fitri mencoba menghindari Mamat.

“Aku buatkan teh manis hangat ya mbak Mbak tunggu saja di meja kerja mbak nanti teh manisnya segera datang!” ucap Mamat yang hendak berlalu dari hadapan Fitri.

“Tunggu mas!”

Mamat pun kembali menoleh dan menghampiri Fitri, “kenapa Mbak, Mbak butuh apa lagi selain teh manis?”

“Sebaiknya kita jangan terlalu dekat Mas,”

Mamat begitu terkejut mendengar apa yang barusan Fitri ucapkan hingga alisnya tertaut.

“Memang kenapa Mbak? Kita kan hanya sebatas berteman, dan aku rasa di kantor ini tidak ada larangan apapun untuk sesama staf atau OB untuk dekat,”

Mamat begitu penasaran menunggu jawaban dari Fitri, namun Fitri masih terdiam di hadapannya, dan terlihat matanya berkaca-kaca. Ingin sekali Mamat memeluk Fitri untuk menenangkan gadis itu. Namun ia urungkan mengingat posisinya Tengah di kantor dan ia hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya.

Fitri sendiri bingung Apakah ia harus jujur pada pria yang tengah berdiri di hadapannya tentang status pernikahannya yang ia sembunyikan. Fitri pun berdehem untuk bisa menetralkan perasaannya agar ia bisa jujur.

“Aku sudah bersuami Mas, aku sudah menikah,”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 20

    Cindy menghentakan kakinya karena ia begitu kesal kepada Michael yang bukannya mengajak dirinya malah mengajak Alvin. Cindy menatap dua punggung tegak yang perlahan menjauh dari. Ia pun teringat pada seseorang yang beberapa hari yang lalu telah Ia perintahkan untuk menjebak Fitri. "Jangan sampai orang itu buka mulut jika suatu saat nanti bertemu dengan Pak Alvin. Aku harus secepatnya mencegahnya,'' gumam Cindy kemudian ia meraih tas kecilnya dan memasukkan handphone serta dompet yang berada di laci meja kerjanya. Cindy berjalan keluar kantor menuju tempat di mana ia akan bertemu pria yang ia suruh untuk menculik Fitri. Dan menjual Fitri kepada seorang germo yang terkenal di kota. Cindy juga ingin tahu siapa yang membeli Fitri saat malam itu. Cindy begitu yakin jika yang membeli Fitri itu adalah laki-laki hidung belang dan juga tua. Iya pun terkekeh geli saat membayangkan Fitri Tengah digagai oleh seorang pria hidung belang dan usianya sudah renta.Mobil yang dikendarai oleh Cindy

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 19

    "Jangan sentuh aku!" teriak Fitri tepat di hadapan Michael. Fitri menatap Michael dengan tatapan yang tajam dan penuh kekecewaan. “Apa tujuanmu membohongiku, Michael? Kenapa kamu menyamar sebagai Mamat?” tanyanya, suaranya bergetar karena emosi yang bercampur antara marah dan sedih. Michael menghela nafas, matanya tidak bisa menatap langsung ke dalam mata Fitri. “Fitri, aku… aku hanya ingin dekat denganmu. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa menahan perasaanku,” jawab Michael dengan suara yang rendah. Fitri menggigit bibirnya, berusaha keras untuk tetap tenang. “Perasaanmu tidak bisa menjadi alasan untuk membohongi seseorang, Michael. Kamu telah melukai aku,” ucapnya, air mata mulai jatuh dari matanya. "Kamu tega! apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam? memaksaku untuk menuruti nafsumu! kamu tega melakukan semua itu padaku merenggut kesucian yang selama ini aku jaga, bahkan suamiku sendiri Mas Damar belum pernah menyentuhku!" pekik Fitri dengan suara yang naik satu oktaf b

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 18

    Keesokan harinya Fitri sudah mulai masuk ke kantor lagi. Meskipun Fitri merasa malu jika ia bertemu dengan pria yang sudah merenggut kesuciannya. akan tetapi jika Fitri tidak bekerja dari mana ia akan merasakan uang untuk bertahan hidup. setidaknya sikap suaminya sudah mulai melembut meskipun kadang masih suka membentak akan tetapi tidak seperti yang sebelumnya. "Mas, Aku berangkat kantor dulu ya," pamit Fitri pada Damar sambil mencium punggung tangan suaminya. "Berangkatlah! ingat pulangnya jangan terlalu malam, jika tidak ada lemburan cepatlah pulang!" ucap Damar menasehati istrinya. Fitri pun berangkat dengan menggunakan bus metromini angkutan kota seperti biasa. Uang yang Ia punya hanya cukup untuk membayar angkutan umum saja. Setibanya Fitri di kantor, ia merasa aneh pada semua Karyawan OB ataupun Satpam yang memperhatikannya dari Saat Fitri memasuki Luki kantor hingga akan memasuki sebuah lift menuju lantai di mana ruangannya berada. "Ada apa dengan mereka?" guma

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 17

    Semua mata tertuju pada pria paruh baya yang telapak tangannya berlumuran darah, Michael dan Alvin begitu terkejut dengan kehadiran Ronald. Papa! Om Ronald! pekik Michael dan Alvin bersamaan. Namun saat Michael dan Alvin ingin membantu Ronal d untuk membawanya ke rumah sakit karena di telapak tangan pria paruh baya itu terdapat beberapa pecahan beli yang menancap. "Papa, Papa tidak apa-apa?" tanya Michael khawatir dan hendak memeriksa telapak tangan Ronald, namun alangkah terkejutnya Ronald menepis tangan putranya sebelum mendarat di lengannya. "Jangan sentuh aku!" Ronald menatap tajam pada Michael yang memasang raut wajah bingung. Di saat Ronald ingin menampar wajah sang putra tidak disangka Mona datang menghampirinya. wanita paruh baya itu menjerit mengetahui suaminya terluka. Papa! "Mike, Papa kamu kenapa?" tanya Mona yang menatap tajam ke arah putranya. Saat Mona ingin mencari beberapa satpam namun ia mengedarkan pandangannya akan tetapi Michael dan Alvin segera m

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 16

    "Kau ini kenapa Bro?" tanya Alvin yang baru saja tiba di kamar Michael menginap. Alvin melihat Michael hanya diam dan tanpa menoleh sedikitpun padanya yang sudah berdiri di sampingnya. "Kau ini kenapa sih? ditanyain diam saja! Ada apa denganmu?" berondong Alvin pada saudara sepupunya yang terlihat begitu mengenaskan penampilannya. Alvin berjalan melewati Michael yang masih diam tanpa kata ia memilih merupakan dirinya di atas kasur berukuran king size. Alvin terlonjak kaget saat mendengar apa yang dikatakan Michael Jika ia ingin diantarkan ke rumah Fitri. Antarkan Aku ke rumah Fitri!" ucap Michael tanpa menoleh pada Alvin yang tengah terbaring hingga bibirnya membentuk huruf O. "Tumben bener kamu ingin ke rumah Fitri? Dia sama sepertimu semalam tidak pulang," "Aku tahu!" Kali ini Alvin langsung bangun dari posisinya rebahan. ia duduk di dekat Michael yang tengah memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya. Alvin heran bahkan ia sampai mengerutkan keningnya karena Mi

  • Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan    Bab 15

    Keesokan harinya Fitri bangun lebih awal. Ia perlahan turun dari ranjang kemudian segera memakai pakaian yang sudah koyak di bagian pundaknya. Ia kemudian mengambil sebuah jas yang terletak di sebuah kursi di kamar itu, kemudian Fitri segera meninggalkan kamar yang sudah membuat hidupnya hancur karena seorang pria yang telah tega memaksanya untuk menuruti semua keinginan. Fitri yang sudah berjalan di lorong hotel, namun ia teringat, jika ia tidak memiliki uang sepeser pun untuk ongkos naik ojek, jadi iya kembali lagi ke dalam kamar dan mencari dompet pria yang sudah merenggut kehormatannya. Kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat sebuah dompet yang tergeletak di atas nakas, terlihat dari desainnya sudah jelas dompet itu bukan dompet sembarangan melainkan dompet yang harganya ratusan juta. Tangan Fitri bergetar saat meraih dompet itu ia membuka isi dompet itu dan ingin mengambil pecahan uang lima puluh ribu untuk ongkos pulang naik ojek. Tapi Fitri begitu terkejut saa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status