Share

Anakku Kesurupan

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2022-06-15 17:11:45

"Mah, beneran gak marah?" tanyaku memastikan.

Aku takut Ela sedang melakukan prank. Pura-pura tak tahu status itu, padahal sedang mempersiapkan kejutan yang bikin spot jantung. Naudzubillah, jangan sampai kisah hidupku berakhir tragis seperti suami-suami dalam Novel rumah tangga yang pernah aku baca.

"Mamah kapan sih, bisa marah sama pria tampan kaya ayah. Ya, meskipun perutnya sedikit buncit, hahaha."

Ela lagi-lagi tertawa. Dia terus saja mengeluarkan kata-kata manis seperti biasanya. Sementara tangan kanan dengan sigap memotong buah mangga. Lalu, memasukannya ke dalam blender. 

"Mamah, udah jadi belum. Zahwa haus ni. Tenggorokan rasanya seperti Padang sahara," celoteh putriku sambil duduk di bangku meja makan.

"Sabar, sayang. Minum dulu air es di kulkas. Biar hatimu gak panas."

"Maksudnya apa, mah?" tanyaku merasa janggal. Kata-kata Ela seakan sebuah sindiran untukku. Apa aku yang terlalu baper?

"Itu Yah, anak kita lagi panas hatinya. Melihat orang yang dia sayang, mesra-mesraan sama cewek lain."

Prank!

Tak sengaja aku menyenggol wadah blender yang sedang diisi buah mangga. Irisan mangga segar, berjatuhan ke lantai.

"Aduh, ayah ... kamu kenapa, sih. Udah sana istirahat. Ayah pasti lelah. Bahaya kalau tetap di sini, nanti dapur mamah acak-acakak kaya kena tsunami," ucap Ela dengan nada meledek.

Dia memang begitu. Apapun kesalahan yang aku lakukan, tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar. Dia paling pandai merespon keadaan dengan hati yang riang. Entah terbuat apa hati istriku ini. Mungkin, hatinya sama seperti rainbow cake. Sangat berwarna dan manis.

"Iya Ayah, ni. Gak tau Awa lagi haus. Malah direcokin, Mamahnya."

"Ma-maaf, sayang. Ayah cuman gak paham, maksud ucapan Mamah."

"Tentang apa?"

"Tentang hati Zahwa yang cemburu. Maksudnya? apa anak kita pacaran."

"Owalah. Ayah kaget, yah. Pasti takut anak kita pacaran dan kena pergaulan bebas. Tenang Ayah. Maksud mamah, itu loh, artis idola anak kita yang namanya Lee min ho, mesra-mesraan sama pacarnya. Jadi, anak kita cemburu. Iya, tidak Nak?"

"Betul tuh. Ayah aneh, ih. 'Kan ayah tau, anak ayah ini baik hati dan gak nakal. Mana mungkin pacaran. Apalagi tidur bareng sama yang bukan muhrimnya," jawab Zahwa.

Perkataanya menusuk sampai hati. Zahwa memang sedang tidak menyindirku. Namun, hatiku begitu tersentil. Aku harus apa? kenapa sikap mereka seakan berubah. Apa aku yang terlalu ketakutan. Khawatir perselingkuhaku terbongkar.

"Sudah, sudah. Kalian tunggu di ruang tamu. Mamah mau fokus bikin jus."

"Nah, betul, tuh. Jangan lama-lama, Mah."

"Siap Tuan Putri."

"Ayok, Yah. Jangan ganggu Mamah."

Zahwa menarikku ke ruang depan. Aku hanya bisa termenung di sofa. Sedangkan anakku, sibuk bermain ponsel sambil menchargernya. Ternyata, ponsel mereka lowbet. Pantas saja tak bisa dihubungi. Namun, aneh, kenapa bisa berbarengan. 

"Hp, Mamah ko gak di cas, Nak?"

"Mana Awa tahu."

"Gak ada yang aneh 'kan dari Mamah?"

"Gak," jawabnya singkat.

Zahwa berubah dingin. Apa dia yang sudah melihat statusku. Kacau. Kalau hal tersebut benar-benar terjadi. Mau aku simpan dimana muka ini. Aku yang menyuruh anak gadisku tidak pacaran, apalagi berzina. Namun, aku sebagai ayahnya malah melakukan perbuatan laknat tersebut.

"Kamu kenapa, Nak? Ayah udah bikin salah?"

"Iya."

"Ma-maksudnya apa, Nak. A-ayah salah apa?"

"Ih, ayah berisik, sih. Awa lagi stalking I*******m artis idola Awa. Jangan ganggu."

"Oh."

Aku bisa sedikit bernapas lega. Istri dan anakku mungkin tidak tahu status itu. Sepertinya, storiku tak sengaja terbuka. Untung sudah aku hapus. Mereka tak akan bisa melihatnya lagi.

Zahwa masih asik dengan ponselnya. Rasa khawatir sudah sedikit hilang. Aku ambil tas yang masih tergeletak di meja, dan membawanya ke kamar. Segera aku mandi. Untuk menyegarkan jiwa dan raga. Agar tidak stres dan membayangkan hal-hal buruk.

"Ayah, tolong!"

"Yah, buruan ke sini!"

Baru saja mau merebahkan tubuh di atas kasur. Suara cempreng Ela mengagetkanku.   Bukan hanya itu, terdengar barang berjatuhan dari ruang tamu. Hatiku gusar. Segera berlalu menemui Ela. 

"Yah, Zahwa, Yah!" teriak Ela makin keras.

"Ya Allah, Zahwa."

Mataku melotot sempurna. Ela segera memelukku dengan ekspresi ketakutan. Anak kami, meracau tak karuan. Wajahnya sangat menyeramkan. Hijab yang dia kenakan, mengsol tak jelas. Bantal, sofa sudah berjatuhan ke lantai. Vas bunga yang terbuat dari kaca, pecah dan jatuh berserakan di dekat pintu.

"Hey, suami tukang selingkuh, hahaha." Aku telan Saliva canggung. Ada apa dengan putriku?

"Ayah, anak kita kesurupan. Kayanya kamu bawa jin dari tempat kerja, yah. Anak kita jadi gini, nih."

"Mana mungkin, Mah. Ayah tidak pergi ke alas Roban. Tidak mungkin bawa demit."

"Terus kenapa dengan anak kita, Ayah. Aduh, kalau follower anak kita tau, dia gak bakal diendors lagi."

Tanganku hanya bisa tepuk jidat. Istriku ini memang kocak. Di tengah suasana menegangkan, masih saja melawak. Heran.

"Hey, Sudah tua, masih genit saja. Sini kau, aku siram air keras."

"Argh!"

Byur!

Segelas jus mangga mengguyur badanku. Baru saja badanku wangi sabun mandi. Berubah jadi bau mangga. Dasar demit tidak tahu kondisi dan situasi. Seenaknya saja, mengotori bajuku.

"Ayah, jangan! Sadar yah, Zahwa anak kita."

Hampir saja tanganku melayang di pipi Zahwa. Beruntung, Ela mengingatkanku. Bahwa bukan anakku yang kurang ajar. Akan tetapi, setan atau jin yang sedang menguasai tubuhnya.

"Mah, cepat panggil Pak Ustad. Biar anak kita diruqiyah."

"Oke Pah. Mamah keluar dulu minta bantuan. Ingat, jaga anak kita. Jangan kasar, bagaimanapun Zahwa sedang dikendalikan makhluk astral."

"Iya, Mah, cepat. Keluar lewat pintu belakang."

Ela berlalu menuju pintu dapur. Pintu depan dihalangi jin dalam tubuh anakku. Makhluk itu terus menangis tak karuan. Kemudian, terududuk bak suster ngesot.

"Suamiku jahat, hiks, hiks. Dia menghianatiku. Aku akan mencekiknya agar abadi bersamaku," rintihnya menyayat hati. 

"Nak, sadar Sayang. Ini Ayah. Lawan setan itu, Nak."

Perlahan aku dekati anakku. Berjongkok di sampingnya. Dia masih menunduk. Bercucuran air mata. Mengeluarkan tangisan yang menusuk kalbu. Hatiku sedih, dan bingung setengah mati. Bagaimana caranya menyadarkan putirku. 

"Tenang, Nak," ucapku berusaha mengelus punggungnya.

"Arrgh!"

"Hahaha, rasakan suami penghianat."

Si*l. Setan itu memukul benda pusakaku dengan tangan kosong. Pukulannya begitu kuat. Aku terjengkang sambil merintih kesakitan. 

"Kemari kau!" 

Belum cukup menyakiti aset berhargaku. Demit itu mulai mendekat. Matanya melotot. Tangannya mengepal kuat.

"Sadar, Nak. Ini Ayah."

"Selamat menuju neraka, penghianat!" teriaknya sambil mencekik leherku. Kilatan amarah terlihat jelas dari sorot matanya. Nampaknya, Zahwa benar-benar dikuasi setan yang brutal.

"Za-zahwa, le-pas-kan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Candra Candra
kocak parah
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bagus bikin bapakmu impoten wa
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ngakak bgt w. Novel lain istrinya yg pura2 kesurupan buat ngerjain suaminya yg ini anaknya yg pura2
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Tamat

    “Mah, ayok kita ke sana, Mah. Awa mau liat Mah," rengekku setelah Kak Fauzi menutup sambungan telepon."Iya, Wa. Kita pasti ke sana," jawab Mamah."Ya Allah, Nadia, hiks, hiks."Tangisan Ayah pecah. Bagaimana pun, Nadia pernah mengisi hatinya. Memberi suka duka. Pasti kabar ini cukup menekan batinnya."Sabar, Pak. Semua yang bernyawa pasti menemui kematian. Tugas kita yang masih hidup, hanya bisa mendoakan. Semoga segala Dosa Nayla dan Mbak Nadia bisa dimaafkan. Sehingga, dilapangkan kuburnya.""Aamiin," jawab aku dan Mamah.Wajah Mamah juga berubah murung. Aku bisa memahami perasaannya. Masa lalu tentang Nadia pasti berputar-putar memenuhi pikirannya. Ada rasa kecewa, tapi rasa kasihan jelas lebih besar. Mamah bukan tipe orang pendendam. Dia pasti ikut kehilangan Nadia. Begitu pula denganku. Perjalanan kehidupan yang aku lalui dengan hadirnya Nayla dan Kakaknya terus melintasi di kepala. Memang banyak kesan buruk yang membekas. Berusaha aku ikhlaskan, walaupun berat. Semampu diriku,

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Ending Kejahatan

    Pov Zahwa“Kak Fauzi ….”“Zahwa, bidadariku, bangunlah. Kakak ada di sini.”Tubuhku rasanya remuk. Sulit digerakan. Mata remang-remang. Aku seakan melihat keberadaan Kak Fauzi. Apa ini hanya halusinasi. Yang aku ingat, dia tidak bersamaku."Mamah ... Ayah ...."Perlahan aku bisa menatap sekitar dengan jelas. Mamah mengalirkan hujan di pipi. Dia memelukku erat. Bagaikan sudah bertahun-tahun baru bertemu. Begitu pula dengan Ayah. Mengelus kepala dengan mata berkaca-kaca. "Mah, Awa di mana?""Awa di rumah sakit, Nak. Sudah seminggu kamu gak sadarkan diri. Alhamdulilah, Awa bisa kuat melawan rasa sakit. Mamah sayang sama Awa. Cepat sehat Nak."Satu Minggu? selama itu aku tertidur lelap. Perlahan aku ingat-ingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.Setelah mendapat pesan dari Nayla, aku segera datang ke lokasi. Sebelum itu, menelepon Fika untuk menyusul, dan membawa pasukan detektif Arya. Namun, ternyata aku dijebak. Tak ada orang di rumah reyot yang aku datangi. Aku terus mencari

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pertarungan Sengit

    POV FauziMulut ini tak henti melafalkan doa. Memohon pertolongan-Nya. Ruangan pengap, dengan pencerahan minim, jadi saksi bisu. Untukku bertaruh nyawa. "Hey, calon suamiku," sapa Nayla dengan seringai mengerikan.Mulutku dibekap kain yang dililitkan sampai belakang. Tangan dan kaki diikat kencang. Hanya mata yang bisa merespon kejahatan Nayla. Hati tak hentinya beristigfar. Tak menyangka, jika ada perempuan tak berperasaan seperti Nayla.Aku menyesal tidak mendengarkan penuturan Zahwa. Pujaan hatiku, yang malah diabaikan. Padahal, dia bicara sesuai kenyataan. Aku yang terlalu bodoh. Tidak menaruh sedikitpun rasa curiga pada Nayla.Memang kita tidak boleh berprasangka buruk kepada sesama manusia. Namun, berwaspada juga penting. Membela diri sendiri merupakan hal yang diharuskan dalam agama. Dari sini aku belajar. Supaya, tetap berhati-hati menghadapi setiap manusia dengan isi hati yang sulit dipahami.Manusia bukan hanya diciptakan dari tanah. Namun, ada amarah bagai api yang tersimp

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bertukar Nyawa

    "Zahwa!""Mah, Kak Fauzi, hiks, hiks."Aku menangis di lantai. Kepala diletakan di sofa. Tubuh tak ada tenaga. Mengingat nasib Kak Fauzi. Aku tau, Nayla memang mencintainya. Tak mungkin menyakitinya. Namun, kalau Kak Fauzi dijebak, lalu disuruh menikahi Nayla, bagaimana denganku?"Tenang, putri Ayah. Kita pasti bisa menyelamatkan Fauzi."Ayah merangkul tubuhku. Untuk duduk di sofa. Aku sandarkan beban ini padanya. Mamah ikut memelukku. Raut khawatir juga tergambar jelas di wajahnya."Arya, apa Nayla sama sekali tidak meninggalkan jejak?""Tidak ada Pak Ilyas. Kami kehilangan jejaknya. Ponselnya juga tidak bisa dilacak. Sulit menemukan keberadaannya. Tapi tenang, saya dan para polisi, sedang berkeliling daerah sini. Mencari keberadaan Fauzi.""Om Arya, tolong temukan Kak Fauzi, hiks, hiks.""Insyalloh, Wa. Om akan berusaha semaksimal mungkin."Air hujan di pipi, tak henti menetes. Perasaanku bagai daun berguguran di musim semi. Kering kerontang. Layu, dan tak ada energi keceriaan.Mama

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Serangan Balik

    POV ZahwaKak Fauzi jahat. Dia bilang cinta. Mau melamarku jadi istrinya. Dulu saja, ketika aku terjebak narkoba, dia yang paling percaya aku bisa keluar dari benda haram itu. Namun, kenapa sekarang tidak? Nayla dan Nayla lagi yang dibela. Padahal, bukan aku yang melukainya. Pasti nenek lampir itu gila. Dia yang melukai dirinya sendiri."Sabar ponakan Aunty. Kita belum kalah.""Tapi Aunty, hati Awa rasanya cenat cenut. Sakit banget.""Hahaha, Aunty paham. Tenanglah, kita dan Fika bukankah sudah mengatur strategi?""Iya, sih, tapi ....""Hust, ada yang sedang mengawasi."Aunty menarikku ke lorong lain dari rumah sakit. Bukan jalur pulang. Lalu, kami bersembunyi di ruang praktek dokter. Untung, ruangannya kosong. Dari balik kaca, aku bisa melihat ada dua preman yang sedang celingukan. Mereka pasti mencari kami."Hati-hati. Aunty yakin, Si Nayla punya rencana jahat untuk kita.""Rencana jahat apa, Aunty?""Ya, mana Aunty tahu.""Yah, gimana dong. Mau sampe kapan kita di sini." "Sabar, A

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   POV Nayla

    Kenalkan, namaku Nayla. Kakakku adalah Nadia. Seorang perempuan yang hidupnya di porak porandakan keluarga Ilyas dan Ela. Dua tahun lalu, ketika tahu kakakku masuk rumah sakit jiwa, napas rasanya tercekat. Raga tersesat. Dunia seperti kiamat.Akibat kejahatan keluarga Ilyas. Tanggung jawab keluarga pindah ke pundakku. Biasanya, keluargaku mengandalkan uang Kak Nadia. Ibu yang sakit-sakitan terpaksa tidak bisa berobat. Bapak hanya seorang pengangguran. Keluarga kami miskin dan menderita ketika Kak Nadia gila. Aku yang belum siap dengan permasalahan yang pelik ini, hanya bisa menangis setiap malam. Menahan perut yang kelaparan. Di tambah lagi menyaksikan kedua orangtuaku harus menahan penyakit, dan lapar diusia senja. Kondisi saat itu, merupakan keadaan paling buruk yang pernah aku rasakan.Aku pernah mengunjungi rumah Ilyas. Meminta bantuan pada mereka. Namun, aku malah diusir oleh ibunya Ilyas. Sedangkan kakak iparku itu, sama sekali tidak peduli. Dia kabur ke luar negeri. Tidak melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status