Share

Bab 10 ( Mencari Ratih)

~ Jika suatu saat ada seorang yang membuatmu merasa surga lebih dekat denganya, maka perjuangkan lah. ~

'Ku rasa ia mengenalku.' Batin ku. Aku melajukan motor menuju rumah, ku tengok kanan dan kiri, berharap Ratih muncul di depan ku.

'Kemana dirimu saat ini?' Kekhawatiran ku tak bisa di sembunyikan, mengingat dia perantau dan tak memiliki satu keluarga pun disini.

Akhirnya aku pun menyerah setelah beberapa waktu menyusuri jalanan ibu kota yang masih terlihat ramai. Tak ku temukan sosok yang ku cari, hanya doa yang bisa ku panjatkan, semoga dirimu baik baik saja. Esok pagi akan ku cari lagi hingga ku bertemu dengan mu Ratih.

****

Bangun di pagi buta, dengan udara yang masih mengembun, belum terlihat sinar sang mentari yang menghiasi dunia ini. 

Hanya 3 jam aku tidur, itu pun tidak bisa tenang, yang ku rasakan raga memang tertidur, namun otak terus memutar memikirkan gadis yang tak bisa lepas dari pikiran ku. Khawatirku berlebihan padanya, padahal baru beberapa hari mengenal nya.

Sejauh ini kah aku mencintai nya?

Ku hampiri mama yang sedang memasak.

"Selamat pagi ma." Sapa ku mengecup pipi mama, setelah itu membuka lemari es dan mengambil air dingin. 

"Selamat pagi sayang, kamu sudah bangun Al? Tumben sekali." Ujar mama.

"Ma, Al mau ngajak ngobrol mama."

"Apa itu?"

"Mama tau gadis yang waktu itu ku bawa kerumah?" 

"Iya, mama tau, kenapa memang nya?" Tanya mama kembali.

"Em, Al belum tau pasti perasaan Al, namun jika Al mengkhawatirkan dirinya, apa itu berarti Al memiliki perasaan padanya ma?" Tanya ku.

"Hahaha, kamu ini sudah umur berapa Al? Kenapa masih tanya soal perasaan ke mama? Namun menurut mama, dia gadis yang baik, sopan dan rajin, mama menyukainya. Dan mungkin memang kamu mencintai nya Al." Ujar mama.

Aku lega atas jawaban mama, karena mama telah menyetujui pilihan ku, namun masih ada satu hal yang mengganjal hatiku.

"Kenapa Al murung? Hum? Al tidak mencintai gadis itu?" Tanya mama.

"Bukan begitu ma, gadis itu hilang. Dia perantau ma, tidak memiliki siapa siapa disini, kemarin Al sudah mencari ke kost nya, namun yang ada hanya orang lain disana." Ujar ku, mama manggut manggut mengerti.

"Apakah dia pindah kost ya ma? Gara gara marah denganku." Tanya ku lagi lagi.

"Memang kamu apakan?"

"Hehe, Al goda ma, lalu dia merajuk." 

"Mangkanya jadi orang jangan jahil." Sahut papa yang tiba tiba datang.

"Ish papa ini nguping." Ucap ku.

"Papa dengar pembicaraan kalian, karena suara kalian keras. Bukan papa yang menguping." Jelas nya.

"Hehe iya kah pa?" Tanya ku yang di balas lirikan tajam dari papa.

"Pa, nanti pukul 6 aku mau ijin mencari pujaan hati ku ya pa? Tolong kerjaan suruh handle Denis saja pa." Pinta ku.

"Dasarnya orang yang sudah mabuk cinta, pekerjaan pun di nomor duakan." Ujar papa menggeleng kan kepala.

"Hehe ingin punya cucu ngga pa?" Lelucon ku di balas pukulan dari koran yang dibawa papa.

'Tak.. tak..' Ayah memukul kepalaku dengan koran.

"Auhhh sakit paa... Sakit paa..." Ujar ku memegang perut, berakting seolah olah memang sakit.

"Hei, yang papa pukul itu kepala, kenapa yang kau pegangi perut?"

"Hehe bercanda pa. Boleh ya pa, libur sehari, aku harus mencari Ratih, dia tak memiliki saudara disini. Aku khawatir pa." Ujar ku

"Baiklah, temukan calon mantu papa, apakah butuh bantuan untuk mencari nya?" Lanjut papa.

"Tidak usah pa, saat ini Al sendiri yang mau mencari, jika tidak ada hasilnya, aku bakal minta tolong bantuan papa." 

"Baiklah jika begitu, hati hati dijalan." Ucap papa, aku langsung menyambar jaket dan kontak motor yang sudah ku persiapkan.

"Satu lagi Al, kapan kamu akan menikahinya?" Tanya papa yang membuatku tersenyum.

"Secepatnya pa, jika sudah ketemu langsung ku ajak lamaran." Ujar ku tanpa beban.

"Baiklah, mama akan siapkan untuk seserahan nya." Sahut mama.

"Tapi pa, ma, dia berasal dari keluarga yang sangat sederhana, apakah papa dan mama tidak masalah?" Tanya ku berhati hati.

"Tidak apa Al, asalkan dia baik kepada mu dan keluargamu, berbakti kepadamu dan tidak kasar. Dia membahagiakan mu saja papa dan mama ikut bahagia." Jelas papa.

"Baiklah pa, terima kasih pa, ma, kalian telah memberi restu, akan segera ku temui Ratih. Al pamit pa, Assalamu'alaikum." Ucap ku mencium punggung tangan papa dan mama dengan takzim secara bergantian. Senyum ku mengembang simpul, semangat untuk mencari Ratih terkumpul dalam dada.

Aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang, sambil mencari cari di pinggir jalan, siapa tau bertemu dengan nya. Kini tujuan awal ku langsung menuju ke kost itu lagi, namun akan kucari pemilik kostnya.

Setelah sampai, ada ibu ibu paruh baya yang sedang menyapu halaman.

"Permisi bu, saya mau tanya, ibu kenal sama pilik kost ini?" Tanya ku sopan sembari menunjuk kost yang berjejer disampingku itu.

"Saya sendiri, ada apa ya?" Ujar nya. Puji syukur kupanjatkan kepada Allah, yang telah melancarkan segala urusan ku.

"Saya mau bertanya bu, anak kost yang bernama Ratih, yang kost di kamar nomor 3 itu dimana ya bu? " Tanya ku

"Oh Mbak Ratih, dia pulang kampung mas. Lusa kemarin baru pulang." Jawab ibu kost. Bagai tersambar petir, kabar ini sedikit memukul ku, haruskah aku menemui nya? Atau menunggu esok pagi? Aku tak sabar, aku pun kembali bertanya.

"Bu, Ibu tau alamat Ratih?" Tanya ku

"Mas siapa nya Mbak Ratih ya?" Tanya nya penuh selidik.

"Saya calon suaminya bu." Ujar ku sembari tersenyum.

"Masya Allah. Baiklah ini alamat mbak Ratih." Ucap ibu itu menyodorkan Foto Copy Ratih.

Aku tersenyum melihat itu.

'Akan ku temui kau Ratih, dasar dugong nakal, pergi tanpa pamit padaku. Jika sudah ketemu, tak akan kubiarkan kau pergi lagi dariku. ' Batin ku.

"Baik bu, saya pamit dulu, terima kasih untuk informasi nya." Ucap ku penuh semangat.

Ibu itu pun ikut tersenyum.

Aku pun meninggalkan halaman itu. Melajukan motor kembali ke rumah, membereskan pakaian, dan meminta ijin papa dan mama.

Mereka pun mengijinkan, asal menggunakan mobil, mereka khawatir jika diriku membawa motor. Aku pun menyetujui nya, tanpa basa basi aku pun memanaskan mobil, kemudian berangkat untuk menemui sosok yang ku cinta.

Tak ku lupa mengucap basmalah, agar di lancarkan segala urusanku, serta Allah mendampingiku selama perjalanan.

Ku putar murottal dalam mobil, sudah menjadi kebiasaan ku jika perjalanan jauh, berdzikir dan mendengarkan murottal, agar tak terjadi hal hal yang tidak di inginkan.

Membelokkan mobil ke sebuah mini market, membeli kopi dan beberapa snack untuk menemani perjalanan. Karna aku orangnya sedikit susah untuk beristirahat jika sudah melakukan perjalanan jauh.

*Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status