Share

Bab 9 (Hampir Terjebak)

~ Usaha tidak akan menghianati hasil. Maka teruslah berusaha agar apa yang kamu inginkan terwujud. Jangan lupa, iringi dengan doa dan tawakal kepada Allah, maka hasil nya bisa melebihi ekspetasi mu. ~

Selama perjalanan aku pun memutar musik kesukaan ku. Lagu jadul yang kini kembali naik daun, lagu dari Westlife - Nothing's Gonna Change My Love for You. Itu salah satu lagu favorite ku saat melakukan perjalanan jauh, saat bersedih, bahkan terluka. Lagu itu menceritakan tentang betapa besar cintanya kepada seseorang yang ia cinta.

Aku telah sampai di kota kelahiran, disini lah  aku di besarkan, kota yang penuh dengan keindahan. Keindahan wisata nya, maupun keramahan orang nya. 

Aku telah sampai di rumah,  ku lihat ayah sedang memasak.

"Assalamu'alaikum." Salam ku, ayah pun menoleh.

"Masya Allah nduk, kamu sudah pulang?" Tanya nya, ku pegang tangan yang sudah membesarkan ku hingga kini, ku cium punggung tangan nya dengan takzim.

"Ish, ayah aku ini baru pulang, salam ku saja belum di jawab, sudah di kasih pertanyaan yang berderet." Ucap ku menggerutu membuat nya terkekeh.

"Haha, iya maaf kan ayah. Wa'alaikumussalam anak hebat ayah." Ujar ayah sambil mengelus lembut kepalaku, membuat ku mengembangkan senyum.

"Makan dulu ya, tadi ayah masak nasi sama sambel pecel." Ujar ayah, tak kuasa menahan sesak di dada, aku pun menangis saat melihat ayah mengambilkan nasi untuk ku.

"Seadanya ya nduk." Ujar nya.

"Terima kasih ayah, maafkan aku yang gagal membantu mengangkat derajat keluarga kita yah." Aku pun menangis berlutut dan sungkem pada ayah. Diangkat nya badanku, di duduk kan di kursi kayu yang kini sudah usang.

"Nduk, rejeki, maut, jodoh, itu sudah ada yang mengatur. Kamu sudah berniat dan berusaha, kamu gagal sekali bukan berarti kamu akan gagal seterus nya. Namun, akan ada hal baik setelah ini jika kamu sudah ikhlas dan bersyukur. Karna ini takdir dari Gusti Allah, walau pun kita banyak ujian, kita harus tetap bersyukur. Buat Gusti Allah bingung dengan kita." Penuturan ayah dengan halus menenangkan ku.

"Membuat Allah bingung?, Bagaimana caranya yah?" Tanya ku mulai tenang.

"Contoh saja, Allah ingin memberi kita ujian untuk mengangkat derajat kita atau pun menghapus dosa kita. Tapi kita malah bersyukur atas ujian yang di berikan. Kita berterima kasih karja di beri ujian. Di situ Allah bingung dan terkejut, karna melihat hambanya tetap mensyukuri apa yang di berikannya, entah itu musibah dan ujian." Terang nya lagi.

Aku pun terkekeh mendengar penuturan ayah. Mana ada Gusti Allah bingung, ada ada saja ayah ini untuk membuat putrinya bersyukur dan bersabar.

POV Al.

'Kemana Ratih? Mengapa tidak membukakan pintu untuk ku?' Tanya ku dalam hati.

'Mungkin kah dia masih marah padaku? Baiklah ku beri waktu untuk menenangkan diri.'

Aku pun meninggalkan kost Ratih. Menuju ke kebun untuk melihat tanaman dan data keluar masuk nya.

Aku pun memfokuskan diri pada kerjaan. Ya, pekerjaanku ialah  menjadi pengusaha tanaman, dari yang familliar hingga yang langka. Aku bisa berkembang dengan usaha ku yang sekarang karena tabungan ku yang sedikit demi sedikit ku kumpulkan dari pekerjaan lamaku. Meski pun diriku berasal dari orang yang berada, tapi aku bukan anak mama yang hanya bisa minta uang orang tua nya. Bagiku itu harta milik orang tuaku. Dan aku harus bisa sukses dengan caraku sendiri, itu baru uang dari hasil kerjaku sendiri. Dan kini usaha ku berkembang dengan pesat berkat doa dari orang tuaku serta kerja keras ku.

***

Hari kedua tanpa kabar Ratih.

'Dimana dia sekarang ya?' Pikir ku menerawang jauh menebak nebak.

Setelah bekerja, aku pun mengambil jaket dan langsung melaju menuju kost Ratih. 

'Tok tok..' Ku ketuk pintu, berharap ada gadis itu disana.

'Cklek' suara kunci terbuka. Hatiku lega, akhirnya dibukakan pintu, namun yang berada di balik pintu tidak sesuai ekspetasi.

"Dimana Ratih?" Tanya ku langsung tanpa basa basi.

"Ratih? Siapa?" Tanya nya kembali oleh wanita yang menggunakan pakaian kurang bahan.

"Ratih yang nempatin kost ini."

"Maaf, saya tidak tahu siapa yang anda maksud, namun kost ini kosong sebelum saya menempati nya."

"Silahkan masuk dulu mas, saya bantu tanyakan ibu kost." Ujar nya.

Aku yang butuh informasi itu pun mengangguk menuruti nya, aku masuk dan mendapati banyak putung rokok berserakan, serta botol miras bergeletakan dimana mana.

"Maaf mas, tadi habis ada teman saya, mas bisa duduk dulu disana." Ujar nya memberitahu ruang tengah.

"Tidak, saya tunggu disini saja." Ucap ku

"Baiklah, saya buatkan kopi atau teh dulu ya."

"Saya disini bukan bertamu, saya hanya mencari seseorang. Cepat tanyakan kepada ibu kost mu, aku butuh informasi secepat nya!" Ujar ku menaikkan intonasi suara.

"Sabar mas, nanti tetap saya tanyakan. Istirahat dulu disini, mas mukanya kelihatan capek banget loh." Ujar wanita berpakaian kurang bahan itu sembari mengelus lenganku. Segera ku tepis tangan nya, merasa jijik dengan nya aku pun berpamitan pergi. 

"Maaf mbak, saya mau pulang dulu, saya akan kembali besok." Ujar ku.

"Kok buru buru mas, ini saya sudah ngabari ibu kost, sebentar lagi ibu kost datang." Jelas nya.

" Baiklah saya tunggu sebentar lagi."  

Aku kembali duduk di ruang tengah, diberikannya teh hangat padaku. Kucium aroma dalam teh itu, seperti ada bahan kimia di dalam nya, aku pura pura tah tahu. Ku seduh teh itu, namun tak ku telan. Ku lihat dirinya tersenyum aneh, aku pun menyembur kan air teh yang berada di dalam mulut ku ke wajah nya.

"Apa apaan ini mas?!" Tanya nya dengan nada emosi, mengalap wajah nya yang terkena riasan, membuat wajah nya cemong karna riasan yang luntur. Senyum sumrik ku berikan padanya.

'Jangan main main sama Al. Tidak semudah itu membohongi ketua preman.' Batin ku dalam hati.

"Maaf, saya lupa saya alergi teh." Ucap ku berbohong.

"Jika begitu saya buatkan kopi ya?"

"Saya mau pulang saja mbak." Ujar ku

"Loh, ibu kost sebentar lagi sampai mas, tunggu sebentar lagi."

"Besok saja saya tanya ibu kost sendiri mbak." Tanggapan ku.

"Loh jangan pergi mas. Beneran sebentar lagi ibu kost datang." Ujar nya, ku abaikan ocehan yang keluar dari mulutnya, sebelum meninggalkan tempat itu, 

"Oh iya satu lagi, liat wajah mu di kaca, sungguh mengerikan. Dan jangan sekali kali berani menjebak saya, kamu tak tahu siapa saya? Saya Rasya Almahesa." Ujar ku. Dia pun membulatkan mata dan terburu buru menutup pintu. 

'Ku rasa ia mengenalku.' Batin ku. Aku melajukan motor menuju rumah, ku tengok kanan dan kiri, berharap Ratih muncul di depan ku.

'Kemana dirimu saat ini?' Kekhawatiran ku tak bisa di sembunyikan, mengingat dia perantau dan tak memiliki satu keluarga pun disini.

*Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status