“Itu kebodohan kamu sendiri Bang, karena nafsumu untuk bisa mendapatkan uang secara instan, kamu sendiri tidak memikirkan sebab akibatnya, kamu sendiri yang menjerumuskan dirimu ke lubang maksiat, karena imanmu tidak kuat, kamu buta dan tuli, dengan gampangnya kamu menjual harga dirimu sendiri hanya untuk uang!” jelas Riski yang tak mau kalah.“Iya aku buta dan tuli karena uang memang kenapa?” jawab Doni dengan lantang.“Sekarang terserah dengan keputusanmu, aku akan memberikan dua pilihan tinggal kamu pilih!”“Pertama aku akan meringankan hukumanmu asal Bang Doni mengatakan sejujurnya siapa saja yang ikut terlibat dalam kecelakaan kedua orang tuaku, dan siapa saja yang mau menggulingkan perusahaan Wiranata, kudengar kamu ikut andil dalam tindak korupsi, pasalmu berlapis Bang, Keluargamu aman bersamaku, aku akan jamin semua kebutuhan anak dan istrimu bahkan dengan keselamatannya.”“Pilihan kedua selamat mendekam selamanya di penjara jika kamu mau saja mengikuti arahannya, pikirkan apa
“Reza entah dia benar-benar nggak waras atau hanya tipu muslihat dia agar tidak dipenjara, aktingnya sangat bagus, sangat menjiwai, felnya dapat banget, mungkin jika dia ikut menjadi pemain sinetron oke juga.”“Pasti kamu penasaran kan, sebentar saya ada videonya mungkin kamu suka,” sahutnya lagi.Wisnu memperlihatkan sebuah video Reza di rumah sakit yang sedang meraung-raung.Reza berteriak seperti kesakitan dan meronta-ronta dan sebuah cairan itu disuntikan ke dalam tubuh Reza dan langsung dia tertidur.“Apa yang kamu lakukan kepada Reza!” teriak Doni.“Tenang Don, saya hanya memastikan kalau Reza benar-benar memang mengalami gangguan jiwa, agar lebih meyakinkan,” jawab Wisnu sembari tertawa bahagia.“A-apa ma-maksud mu!” teriak Doni.“Santai kawan, tenang dulu masih banyak waktu, tidak semudah itu kalian mati di tanganku, kita bermain-main dulu lah!”“Jangan Bos, aku janji! Aku janji!” teriaknya histeris.“Ayolah nggak asyik tahu, kalau kamu begini terus saya nggak punya teman main
“Bagaimana Pak, apa yang terjadi dengan Doni, bagaimana keadaannya? “ tanya Bu Yati beruntun.“Sabar toh Bu satu-satu kalau tanya, Bapak jadi bingung, yang jelas anak itu sudah masuk penjara, tetapi kelakuannya itu seperti Reza nggak waras, ada apa dengan mereka!” jawab Pal Sugimin pelan.“Jadi apakah Doni dan Reza terlibat juga dalam masalah itu?” tanya Bu Yati lagi.“Ibu tahu dia ngompol di celana itu tandanya apa?”“Ya berarti Doni bersalah, Ya Allah Gusti ... piye toh Pak, anak-anak kita kok semuanya terlibat, ada apa dengan mereka ini?” tanya balik Bu Yati yang menangis histeris.“Apa yang salah dalam didikan Ibu ini, padahal dari kecil Ibu sudah semaksimal mungkin, tetapi rasanya sia-sia perjuangan Ibu ini!”“Apakah masih pantas aku di sebut seorang Ibu, aku gagal, gagal semuanya ...” lanjutnya lagi.“Istigfar Bu, jangan sampai imanmu luntur hanya karena masalah ini, justru kita di uji oleh Allah lagi, seharusnya kita merasa senang karena Allah memilih kita, hamba-Nya apakah ki
“Tolong ketuk pintu saya mau masuk!” seru Rizki kepada anak buahnya.“Assalamualaikum!”“Wa-Wa’alaikum salam!”“Mas Rizki, betul ini kamu Mas, ayuk silakan masuk Mas!”“Bu, Mas Rizki!” ucap Lia yang sangat terharu melihat kedatangan Rizki, begitu juga dengan Pakdhe Sukirman dan Budhe Sri.“Wah Nak Rizki, ada angin apa datang kemari pasti kamu menjenguk calon mertua baru mu ini kan?” goda Pakdhe Sukirman bangga.“Maksud Pakdhe?” tanya Rizki.“Maksud Bapak kalau sebentar lagi, Mas Rizki akan menjadi suami Lia setelah anak ini lahir,” jawab Lia bersemangat.“Oh maaf Nak Rizki, maaf atas omongan Lai tadi maklumlah bawaan bayi, jadi sering ngelindur!” ucap Budhe Sri menimpali.“Nggak apa-apa Budhe, namanya juga bercanda,” ucap Rizki tersenyum.“Oh ya nak Rizki Pakdhe dengar anak-anak Sugimin kena kasus korupsi di perusahaanmu ya?” tanya Pakdhe Sukirman tersenyum ramah.“Sayangnya seperti itu, mereka dibutakan oleh uang,” jawab Rizki.“Memang anak-anak Sugimin itu tidak tahu diri, tidak ta
Fslah back off“Terlalu banget tuh saudaramu itu, maunya apa sih, sudah Ibu tegaskan masih saja berbuat ulah, kalau sekali lagi berbuat ulah lebih baik dipenjarakan saja mereka, jadi jera!” tukas Bu Yati geram.“Seperti Bapak bilang, mungkin dia akan bekerja sama dengan Pak Fauzi dan Wisnu!” ucap Rizki menerka-nerka.“Kok jadi begini piye toh?”“Ya Allah kapan berakhirnya, terlalu mereka semua!” ucap Bu Yati histeris.“Sabar toh Bu, kita harus bersatu, selama kita selalu di jalan yang benar pasti Allah akan membantu kita.”“Kita harus yakin Bu, tenang ada Bapak, ada Nak Iki yang akan melindungi kita, yang penting kita doakan saja semua akan baik-baik saja,” jawab Pak Sugimin santai.“Piye toh Bapak ini, kita di suruh tenang, keselamatan Ayu yang dipertaruhkan apa lagi dia sedang hamil calon cucu keluarga Wiranata, semakin banyak orang yang akan mencelakainya,” sahut Bu Yati panik.“Nggak usah panik toh Bu, itu sama saja kalau Ibu tidak percaya dengan Allah, kita serahkan kepada-Nya, p
“Jangan khawatirkan Ayu Bang, Ayu sudah tahu semunya apalagi tentang Lia yang ingin merebutmu dariku.”“Ayu tahu siapa Lia, dia akan berusaha terus sampai apa yang dia mau terwujud.”“Lia ini sangat keterlaluan, tetapi dia juga punya kelemahan yang Ayu saja yang tahu.”“Lia jangan harap kamu bisa mengambil semua milikku dengan mudah begitu saja, kamu pun sudah tahu sifat asliku jika aku diganggu ketenteraman hidupku,” jelasnya geram.Tak lama kemudian Ayu bangkit dari tempat tidurnya dan segera mengambil air wudu, lalu menggelar tikar sembahyang.Ayu pun salat dengan khusyuk, dan tak lupa mendoakan sang suami yang mati-matian menjaga keutuhan rumah tangganya.****Menjelang subuh, azan berkumandang dengan syahdunya, menyerukan untuk umat muslim menunaikan salat subuh.Begitu juga dengan Rizki yang bangun setelah mendengar azan berkumandang.“Selamat subuh Sayang!” ucap Ayu kepada Rizki yang baru bangun.“Bagaimana Bang sudah enakkan, nih Ayu sudah buatkan wedang jahe agar Abang nggak
“Wisnu, sedang apa kamu di sini?” tanya Rizki mulai curiga.“Hey kamu kenapa, biasanya aku datang ke rumahmu, oh jadi sekarang aku nggak boleh nih main ke rumahmu lagi?” tanya Wisnu tersenyum.“Bu-bukan begitu, biasanya kamu main ke rumah papah, kaget saja kamu nongol di sini!” celetuk Rizki tidak suka dengan kehadiran Wisnu.“Aku numpang makan di sini ya Ki, sudah lama nggak makan masakan rumahan, apalagi kalau lihat yang segar-segar, tambah selera makanku meningkat!” ucap Wisnu yang sekilas melirik Ayu yang sedang membuat kue bolu pisang untuk mertuanya.“Kenapa nggak ke rumah papah, biasanya juga makan di sana lagian kalau mau lihat yang segar-segar itu, tuh temui tunanganmu Mbak Linda!” celetuk Rizki.“Ayuk kita ke sana kebetulan ada yang mau aku omong in dengan papah, pasti beliau senang kamu datang,” lanjutnya lagi.“Loh Ki aku mau makan di sini!” ucap Wisnu yang berisi keras.“Loh Yu, kamu ngapain lagi buat kue ya?” tanya Wisnu merasa bahagia saat melihat Ayu.“Eh ada Mas Wisnu
“Ya masa lalu bisa di bilang indah bisa juga dibilang sangat menyakitkan,” ucap Pak Sugimin sendu.“Sebelumnya saya atas nama keluarga meminta maaf atas tindakan yang dilakukan oleh anak-anak saya yang mengakibatkan kalian kecelakaan.”“Saya juga nggak tahu kenapa anak-anak saya bisa melakukan hal itu, apakah saya salah mendidiknya sehingga mereka begitu jauh dari kami sebagai orang tuanya.“Bapak boleh marah kepada saya, karena saya sebagai orang tua tidak bisa mengajarkan anak-anak saya dengan baik, malah membuat orang lain hampir kehilangan nyawa,” jelas Pak Sugimin sendu.“Pak Sugimin saya tidak pernah menyalahkan didikan Bapak dalam mengajarkan anak-anak, memang siapa saya?”“Memang saat saya tahu ternyata anak-anak Bapak adalah dalang dari semua kecelakaan kami ditambah lagi mereka terlibat tindak korupsi, saya kaget, syok, terkejut bahkan marah tetapi bagaimana dengan saya?”“Kenapa bisa terjadi kepada saya, apa salah saya, padahal saya selalu memperhatikan semua orang lain, ba