Share

Bab 4

Selepas kepergian Yudha, Rahma duduk termenung di kursi usang ruang tamunya. Suara para pelakon drama yang berasal dari televisi tabung di hadapannya tak dipedulikannya, Rahma begitu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Helaan nafas berat terdengar dari bibirnya, suara pembicaraan suaminya tadi kini samar terngiang kembali di telinganya, entah mengapa, Rahma yakin jika telepon itu berasal dari keluarganya.

Sebenarnya, hampir saja tadi ia ingin bertanya, namun diurungkannya, karena setelah selesai menjawab panggilan telepon, Yudha tampak terburu buru, untung saja bekalnya sudah di siapkan.

"Siapa kau sebenarnya, mas?" Lirih Rahma berucap.

Kembali Rahma menghela nafas panjang, namun kali ini ia melangkah ke kamar, membuka lemari dan mencari buku nikah mereka, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hati wanita itu.

Di amatinya nama suaminya yang tertulis dalam buku nikah itu, tak ada yang salah, namun memang, nama itu sedikit berbeda dari nama pria biasa di kampungnya.

Darren Prayudha Widjaja.

Berwajah oriental dengan tubuh dan kulit wajah yang putih bersih, Rahma pun menyadari jika penampilan Yudha memang berbeda dengan para pemuda di kampungnya. Ditambah kemampuannya berbahasa asing yang begitu lancar dan fasih, membuat rasa penasaran Rahma semakin besar pada sosok lelaki yang menikahinya setahun yang lalu itu.

Sudah hampir pukul sebelas siang, ketika terdengar suara motor berhenti tepat di depan rumahnya. Membuat Rahma menyimpan kembali buku nikah miliknya lalu bergegas melangkah ke depan, mengintip gerangan siapa yang hendak datang bertamu kerumahnya.

Wajah Rahma seketika murung ketika dilihatnya Bi Zaenab sedang berdiri bersama Widya, kakak iparnya. Entah mengapa, firasatnya mengatakan bahwa kedatangan mereka berdua tidak akan memberinya kabar gembira.

Perlahan, tangan Rahma membuka pintunya, tampak senyum culas terlihat di wajah Widya, Rahma tidak mengerti mengapa istri kakak lelakinya itu tampak tidak begitu menyukainya.

"Tuh kan ada si Rahma di rumah, memang mau kemana lagi dia bi," tuding Widya sinis. Begitu pintu rumahnya terbuka.

"Ada apa ya mbak?"

"Mana suamimu Rahma?" Tanya Zainab pada keponakannya itu.

"Sedang kerja di laundry nya Pak Haji," jawab Rahma.

"Bohong, kami baru dari sana, tak ada Yudha disana, makanya kami datang kemari." Sahut Widya cepat.

"Mungkin sedang anterin baju ke pelanggan mbak," sahut Rahma.

"Orang katanya hari ini si Yudha ngga datang kesana. Iyakan bi?" balas Widya.

Dahi Rahma tampak mengeryit mendengar perkataan Widya. Jika Yudha tidak berangkat kerja, lalu kemana suaminya pergi?

"Ada apa mencari Mas Yudha?" Rahma balik bertanya.

"Suruh suamimu itu ke rumah bibi nanti sore, Rahma." Zainab memberi perintah.

"Untuk apa?"

"Kok nanya, ya bantu-bantu lah, semingguan lagi kan acara pernikahannya si Nia, suamimu kan kerjanya nggak jelas, daripada bengong, mending bantu beres-beres dirumah bibi, potong rumput atau bantu ngecat rumah kan bisa," ucap Zainab dengan nada merendahkan.

"Maaf tidak bisa, bi. Mas Yudha harus kerja," tolak Rahma.

"Halah, kerja di laundry aja udah berasa kayak kerja kantoran. Sombong amat kau, Rahma," cibir Widya.

"Iya, kenapa. Setidaknya Mas Yudha punya penghasilan," Sindir Rahma.

"Jadi suamimu tidak bisa," ketus Zainab tersinggung.

"Maaf bi, tidak bisa. Bibi cari saja orang lain," jawab Rahma sopan.

"Sudahlah kere, sombong lagi kau Rahma. Awas saja kau kalau mau ngutang sama bibi," Ancam Zainab meradang.

"Semoga tidak bi. Meski upah Mas Yudha

tidak seberapa di laundry, tapi Alhamdulillah kami tidak memiliki hutang," balas Rahma yang membuat wanita paruh baya itu berdecak kesal.

"Ya sudah bibi mau pulang, nanti jangan bikin malu kau di acara pernikahannya Nia, resepsinya kan di hotel, tamunya saja para orang kaya dan pejabat. Jangan sampai keluarga mertuanya Nia punya kesan buruk pada keluarga kita gara gara kau."

"Iya bi." Rahma mengangguk pelan.

"Tentu saja Rahma akan datang, kapan lagi punya kesempatan masuk ke hotel mewah sambil makan enak, ya kan?" ejek Widya sambil memandang sinis pada adik iparnya itu.

Rahma tersenyum kecut, lalu mengangguk.

"Aku dan Mas Yudha akan datang," ucap Rahma kesal.

***

Rahma memandang wajah oriental Yudha tanpa berkedip, matanya lurus mengamati tiap jengkal wajah suaminya dengan begitu serius, membuat Yudha sedikit bingung.

"Mas, apa ada hal yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Rahma tanpa basa-basi.

"Menurutmu apa yang bisa mas sembunyikan?"

"Yah misalnya identitas mas," jawab Rahma kalem.

Ucapan Rahma membuat Yudha seketika tersenyum.

"Aku sudah menceritakannya padamu, bahwa aku diusir dari rumah karena berpindah keyakinan," jawab Yudha santai menanggapi pertanyaan istrinya.

"Lalu telepon yang tadi pagi itu apa? Aku nggak tahu jika mas bisa bahasa Inggris?"

"Kau mendengar semuanya?" Kali ini wajah Yudha terlihat serius.

Rahma menggeleng," aku tidak sengaja mendengar, lagipula aku tidak mengerti bahasa inggris," Jawab Rahma.

"Berarti istri mas ini penasaran dong?" Sahut Yudha sambil mencubit hidung istrinya.

Rahma mengangguk.

"Tunggulah beberapa hari lagi, setelah itu mas akan beritahu," jawab Yudha tersenyum.

"Baiklah!" Sahut Rahma menyerah.

"Oh ya mas, Bi Zainab dan Mbak Widya tadi mampir kesini," lapor Rahma sesaat kemudian.

"Apa mereka datang untuk menghinamu lagi?" Tanya Yudha tak suka.

Rahma mengangguk lalu menceritakan isi pembicaraan mereka, termasuk kepastian akan kedatangan mereka ke acara itu.

"Kau tahu di hotel mana acara resepsinya akan dilaksanakan?" Tanya Yudha tampak tertarik.

"Katanya sih di Hotel Venus, karena calon mertuanya si Nia kan orang kaya, jadi digelar di sana. Bi Zaenab juga bilang banyak orang kaya dan pejabat yang akan hadir disana nanti, jadi dia minta kita jangan bikin malu," tutur Rahma dengan polosnya.

"Tentu kita akan hadir, bukankah tak baik menolak undangan?" sahut Yudha dengan lengkungan tipis di wajahnya.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wagirin
Org kaya itu dari auranya sdh nampak, tdk bisa di sembunyikan..hanya org yg berhati gelap saja yg tdk bisa melihatnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status