Share

Bab 4

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-29 01:51:18

Selepas kepergian Yudha, Rahma duduk termenung di kursi usang ruang tamunya. Suara para pelakon drama yang berasal dari televisi tabung di hadapannya tak dipedulikannya, Rahma begitu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Helaan nafas berat terdengar dari bibirnya, suara pembicaraan suaminya tadi kini samar terngiang kembali di telinganya, entah mengapa, Rahma yakin jika telepon itu berasal dari keluarganya.

Sebenarnya, hampir saja tadi ia ingin bertanya, namun diurungkannya, karena setelah selesai menjawab panggilan telepon, Yudha tampak terburu buru, untung saja bekalnya sudah di siapkan.

"Siapa kau sebenarnya, mas?" Lirih Rahma berucap.

Kembali Rahma menghela nafas panjang, namun kali ini ia melangkah ke kamar, membuka lemari dan mencari buku nikah mereka, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hati wanita itu.

Di amatinya nama suaminya yang tertulis dalam buku nikah itu, tak ada yang salah, namun memang, nama itu sedikit berbeda dari nama pria biasa di kampungnya.

Darren Prayudha Widjaja.

Berwajah oriental dengan tubuh dan kulit wajah yang putih bersih, Rahma pun menyadari jika penampilan Yudha memang berbeda dengan para pemuda di kampungnya. Ditambah kemampuannya berbahasa asing yang begitu lancar dan fasih, membuat rasa penasaran Rahma semakin besar pada sosok lelaki yang menikahinya setahun yang lalu itu.

Sudah hampir pukul sebelas siang, ketika terdengar suara motor berhenti tepat di depan rumahnya. Membuat Rahma menyimpan kembali buku nikah miliknya lalu bergegas melangkah ke depan, mengintip gerangan siapa yang hendak datang bertamu kerumahnya.

Wajah Rahma seketika murung ketika dilihatnya Bi Zaenab sedang berdiri bersama Widya, kakak iparnya. Entah mengapa, firasatnya mengatakan bahwa kedatangan mereka berdua tidak akan memberinya kabar gembira.

Perlahan, tangan Rahma membuka pintunya, tampak senyum culas terlihat di wajah Widya, Rahma tidak mengerti mengapa istri kakak lelakinya itu tampak tidak begitu menyukainya.

"Tuh kan ada si Rahma di rumah, memang mau kemana lagi dia bi," tuding Widya sinis. Begitu pintu rumahnya terbuka.

"Ada apa ya mbak?"

"Mana suamimu Rahma?" Tanya Zainab pada keponakannya itu.

"Sedang kerja di laundry nya Pak Haji," jawab Rahma.

"Bohong, kami baru dari sana, tak ada Yudha disana, makanya kami datang kemari." Sahut Widya cepat.

"Mungkin sedang anterin baju ke pelanggan mbak," sahut Rahma.

"Orang katanya hari ini si Yudha ngga datang kesana. Iyakan bi?" balas Widya.

Dahi Rahma tampak mengeryit mendengar perkataan Widya. Jika Yudha tidak berangkat kerja, lalu kemana suaminya pergi?

"Ada apa mencari Mas Yudha?" Rahma balik bertanya.

"Suruh suamimu itu ke rumah bibi nanti sore, Rahma." Zainab memberi perintah.

"Untuk apa?"

"Kok nanya, ya bantu-bantu lah, semingguan lagi kan acara pernikahannya si Nia, suamimu kan kerjanya nggak jelas, daripada bengong, mending bantu beres-beres dirumah bibi, potong rumput atau bantu ngecat rumah kan bisa," ucap Zainab dengan nada merendahkan.

"Maaf tidak bisa, bi. Mas Yudha harus kerja," tolak Rahma.

"Halah, kerja di laundry aja udah berasa kayak kerja kantoran. Sombong amat kau, Rahma," cibir Widya.

"Iya, kenapa. Setidaknya Mas Yudha punya penghasilan," Sindir Rahma.

"Jadi suamimu tidak bisa," ketus Zainab tersinggung.

"Maaf bi, tidak bisa. Bibi cari saja orang lain," jawab Rahma sopan.

"Sudahlah kere, sombong lagi kau Rahma. Awas saja kau kalau mau ngutang sama bibi," Ancam Zainab meradang.

"Semoga tidak bi. Meski upah Mas Yudha

tidak seberapa di laundry, tapi Alhamdulillah kami tidak memiliki hutang," balas Rahma yang membuat wanita paruh baya itu berdecak kesal.

"Ya sudah bibi mau pulang, nanti jangan bikin malu kau di acara pernikahannya Nia, resepsinya kan di hotel, tamunya saja para orang kaya dan pejabat. Jangan sampai keluarga mertuanya Nia punya kesan buruk pada keluarga kita gara gara kau."

"Iya bi." Rahma mengangguk pelan.

"Tentu saja Rahma akan datang, kapan lagi punya kesempatan masuk ke hotel mewah sambil makan enak, ya kan?" ejek Widya sambil memandang sinis pada adik iparnya itu.

Rahma tersenyum kecut, lalu mengangguk.

"Aku dan Mas Yudha akan datang," ucap Rahma kesal.

***

Rahma memandang wajah oriental Yudha tanpa berkedip, matanya lurus mengamati tiap jengkal wajah suaminya dengan begitu serius, membuat Yudha sedikit bingung.

"Mas, apa ada hal yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Rahma tanpa basa-basi.

"Menurutmu apa yang bisa mas sembunyikan?"

"Yah misalnya identitas mas," jawab Rahma kalem.

Ucapan Rahma membuat Yudha seketika tersenyum.

"Aku sudah menceritakannya padamu, bahwa aku diusir dari rumah karena berpindah keyakinan," jawab Yudha santai menanggapi pertanyaan istrinya.

"Lalu telepon yang tadi pagi itu apa? Aku nggak tahu jika mas bisa bahasa Inggris?"

"Kau mendengar semuanya?" Kali ini wajah Yudha terlihat serius.

Rahma menggeleng," aku tidak sengaja mendengar, lagipula aku tidak mengerti bahasa inggris," Jawab Rahma.

"Berarti istri mas ini penasaran dong?" Sahut Yudha sambil mencubit hidung istrinya.

Rahma mengangguk.

"Tunggulah beberapa hari lagi, setelah itu mas akan beritahu," jawab Yudha tersenyum.

"Baiklah!" Sahut Rahma menyerah.

"Oh ya mas, Bi Zainab dan Mbak Widya tadi mampir kesini," lapor Rahma sesaat kemudian.

"Apa mereka datang untuk menghinamu lagi?" Tanya Yudha tak suka.

Rahma mengangguk lalu menceritakan isi pembicaraan mereka, termasuk kepastian akan kedatangan mereka ke acara itu.

"Kau tahu di hotel mana acara resepsinya akan dilaksanakan?" Tanya Yudha tampak tertarik.

"Katanya sih di Hotel Venus, karena calon mertuanya si Nia kan orang kaya, jadi digelar di sana. Bi Zaenab juga bilang banyak orang kaya dan pejabat yang akan hadir disana nanti, jadi dia minta kita jangan bikin malu," tutur Rahma dengan polosnya.

"Tentu kita akan hadir, bukankah tak baik menolak undangan?" sahut Yudha dengan lengkungan tipis di wajahnya.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wagirin
Org kaya itu dari auranya sdh nampak, tdk bisa di sembunyikan..hanya org yg berhati gelap saja yg tdk bisa melihatnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 8

    Tiga bulan kemudian,"Selamat ya Pak Yudha, ibu Rahma positif hamil," ucap dokter wanita itu saat memeriksa Rahma."Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."Wajah Yudha begitu bahagia saat mendengar kabar bahagia tersebut, tak hanya dirinya, pipi Rahma pun tampak bersemu merah."Saya akan meresepkan beberapa vitamin. Jangan lupa istirahat yang cukup ya, Bu Rahma." Ujar dokter wanita tersebut, setelah pemeriksaan ultrasonografi (USG) tersebut selesai.Beberapa pesan di berikan oleh dokter wanita itu pada mereka, tak lupa juga mengingatkan agar melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Setelah berbincang sebentar, mereka pun akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah dengan suasana hati yang riang. Kurang lebih setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka pun akhirnya menepi dan berhenti di rumah besar itu, rumah yang hampir dua tahun ini mereka tinggali.Dengan hati hati, Yudha membantu Rahma keluar dari mobil. Rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya. Melihat wajah Yudha y

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 7

    "Bagaimana kondisi Mbak Nella?" Tanya Yudha beberapa saat setelah mendengar cerita Rahma."Mbak Nella baik baik saja," jawab Rahma lalu beranjak dari meja riasnya dan duduk di tepian ranjang mereka."Syukurlah. Uang yang hilang bisa dicari tapi jika para perampok itu sampai melukainya, entahlah, aku sulit untuk membayangkannya," sahut Yudha lalu meletakkan ponselnya ke atas nakas."Iya, kau benar, mas." "Hmm!" Yudha berdehem kecil."Besok papa mengundang kita untuk datang ke rumahnya.""Oh ya?" Tanya Rahma sembari menatap suaminya dengan pandangan tanya."Ada acara apa di rumah papa, mas?" Kembali Rahma bertanya."Tak ada, katanya sih hanya ingin berkumpul dengan kita saja sebelum berangkat umroh," jawab Yudha Mendengarnya, Rahma mengangguk pelan. "Oh, sekalian bulan madu, ya? Pengantin baru bikin gemes," sambung Rahma terkekeh."Mungkin saja, karena kudengar dari papa, katanya sih tante Miranda berharap segera diberi keturunan sepulang umroh nanti." Yudha kembali mejelaskan. "Ami

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 6

    Kabar perampokan yang terjadi di rumah Nella, akhirnya sampai juga ke telinga Rahma, meskipun sudah dua hari berselang pasca kejadian tersebut, tetap saja insiden perampokan itu masih menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tetangganya.Meski khawatir, Rahma menahan diri untuk tidak segera datang ke rumah kakak perempuannya tersebut. Rahma yakin pasti ada alasan mengapa Nella tidak memberitahu dirinya atas musibah yang menimpa dirinya. Berdiri di hadapannya, seorang wanita yang beberapa jam lalu di mintanya untuk mencari kabar terbaru tentang Nella. Dari laporan yang diterimanya, setidaknya Rahma bisa menghela nafas lega karena para perampok itu sudah di tangkap polisi. Dan salah satunya adalah orang yang mereka kenal baik, seseorang yang masih bertetangga dengan Nella.Ada tiga orang yang beraksi pada malam itu. Menggasak habis uang yang tersimpan di dalam lemari, untung saja pada malam sebelumnya, Nella telah memindahkan kotak yang biasa digunakannya untuk menyimpan perhi

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 5

    Deru mobil Deni perlahan terdengar menjauh dari rumah. Sesaat, terlihat Widya mematung di sana, seakan tengah mengkhawatirkan suaminya. Tak lama, ia berbalik masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pagarnya terlebih dulu.Pandangan matanya terlihat menerawang ke sekeliling ruangan, ia tak menyangka jika tak ada satupun perabotan rumah ini yang berubah letaknya. Semuanya masih sama seperti ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Piring, gelas maupun toples yang ada di atas meja pun hampir tak ada yang berubah letaknya, hanya isinya saja yang sudah kosong.Helaan nafasnya terdengar berat, tak lama la melangkah ke arah dapur, bersiap untuk mencuci peralatan makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, karena asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sebelumnya, terpaksa di berhentikan beberapa hari setelah kasus penipuan berkedok investasi yang menghabiskan semua uang mereka tersebut.Suara seseorang terdengar mengetuk pintu, sontak membuat kepala Widya menoleh, tak butuh waktu

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 4

    Deni mengulum senyum ketika di lihatnya Widya yang tampak canggung saat mereka duduk berdua saja di dalam mobil. Lelaki itu tak menyangka jika rencana Rahma untuk membuat istrinya kembali ke rumah tanpa paksaan, akan berjalan dengan sempurna.Tadinya ia sempat tak yakin, namun atas dukungan dari Nella, Deni akhirnya memberanikan diri menelpon ayah mertuanya dan meminta bantuan darinya, agar Widya bisa pulang tanpa harus membuatnya memohon dan menjatuhkan harga diri di depan istrinya.Untuk beberapa saat, suasana terasa hening, karena tak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan lebih dulu, baik Deni maupun Widya, tampak masih berusaha mengatur nafas masing-masing. "Aku dengar kau sering belanja di warungnya si Mirna? Apa benar, mas?"Pertanyaan Widya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, membuat Deni memalingkan wajahnya dari Widya sembari menyunggingkan senyum. "Kalau iya, apa ada masalah? Semua orang tahu jika dia cantik dan sendiri," Pancing Deni menggoda istri

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 3

    "A-aku mau pulang, mas."Ucapan Widya membuat tiga pasang mata yang ada di sana sontak menoleh padanya. "Benarkah?" Ceplos ibu mertuanya sambil melempar pandangan pada Sofyan, suaminya.Mata Deni tak berkedip saat mendengarnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja tadi didengar oleh telinganya, begitu juga dengan Sofyan, ayah mertuanya yang tanpa sadar memandang tajam pada putri sulungnya tersebut.Mungkinkah, istrinya yang keras kepala itu telah berubah? Batin Deni berbisik."Nggak lagi ngelindur kan?" "Kemarin katanya nggak mau pulang, dipaksa- paksa, tetap kekeuh bilangnya males pulang, kok sekarang beda lagi? padahal Deni nggak bilang mau ajak kamu pulang lho, Wid?" Goda ayahnya."Itu ... Ya, terserah dong," ketus Widya yang membuat lelaki paruh baya itu akhirnya terkekeh.Setelah mengatakannya, dengan wajah masam Widya angkat kaki dari sana dan bergegas masuk ke kamarnya. Wanita itu tampak kesal dengan dirinya sendiri karena bisa bisanya terpancing emosi."Sepertinya, a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status