Share

Suamiku Punya Wanita Idaman Lain
Suamiku Punya Wanita Idaman Lain
Author: aledphia

Chat Rutin Sore Hari

Author: aledphia
last update Last Updated: 2021-10-06 12:28:48

[Sayang, aku pulang agak malam, kamu dan Cheryl makan duluan aja, ya!]

Selena menghela nafas dengan berat. Pesan dari suaminya, Royano Budiman, menganggu suasana hatinya yang bersemangat merampungkan laporan kerja hariannya. 

Diliriknya sudut kanan bawah laptopnya, pukul 17.15. Suaminya selalu memberi kabar menjelang jam pulang kantornya. Entah sengaja atau memang baru sempat memberi kabar. 

Selena berniat acuh, tak ingin membalas pesan itu. Jarinya bergerak lincah pada keyboard laptop, melakukan pemeriksaan ulang pada setiap sheet dan file laporannya. Namun matanya tidak berhenti melirik ponsel. 

[Iya, sayang. Jangan telat makan malam, ya! Oiya, kalau bisa hari ini bacain buku dongeng baru untuk Cheryl.]

Ditambahkannya emoticon kiss diakhir pesan. Berharap suaminya mengerti kerinduan hatinya membagi waktu bersama dengan Cheryl. 

Ah. Tidak seharusnya aku takut meminta perhatian dari suami sendiri, bagaimanapun ini demi Cheryl, buah cinta kami. Bayi berumur  3 tahun yang sedang bersemangat mengeksplor dunianya. 

Selena memijit batang hidungnya perlahan. Ia mulai jenuh bersikap seolah semua baik-baik saja. Ia enggan mengakui pernikahan mereka semakin dingin, meski baru akan genap 4 tahun bulan depan. 

Dua menit berlalu sejak Selena membalas pesan Roy, tidak ada balasan lagi. Selalu begitu. 

"Apa lagi yang kau harapkan, Selena? Jangan menunggunya pulang!"

Monolog yang membantunya melepaskan rasa sesak tertahan di dadanya. Ia bergegas untuk pulang. Tangannya membereskan laptop kerja dan merapikan meja. Ia terbiasa meninggalkan meja dan kubikel kerjanya dalam keadaan bersih dan rapi. 

Sudah pukul 18.00, ia perlu ke toilet sebelum memesan taksi online. 

"Lena, belum pulang?" Harris, managernya, menyapa dari ruangannya. 

"Loh! Bapak masih ada?" Selena memundurkan langkahnya ke arah pintu ruangan. 

"Baru selesai zoom meeting dengan direktur" seru Harris tanpa menoleh ke arah Selena berdiri.

"Semangat, pak! Ada kebijakan baru atau kerja tambahan, pak?" Ia masih berdiri di pintu. 

"Nothing, masih sama dengan minggu lalu" jawaban pendek dari Harris membuat Selena kehabisan akal. 

Ia berlalu setelah berpamitan. Mustahil membuat percakapan hangat dan panjang dengan managernya. Baik berdua maupun dalam tim, managernya konsisten pelit berbicara, bahkan menghindari kontak mata. 

Selena mengingat lagi hari pertama Harris bergabung di kantor, itu dua tahun yang lalu. Saat itu Selena ditunjuk oleh direktur untuk membawa Harris berkenalan ke seluruh departemen. Candaan teman-teman ditanggapi Harris dengan senyum tipis dan 'oh' saja. 

Meski sejauh ini belum pernah ada masalah yang berarti dalam pekerjaan dengan Harris, Selena sangat berhati-hati agar tetap nyaman dalam bekerja. Stigma bos laki-laki manipulatif dan suka melecehkan staff perempuan tidak ada dalam tampilan harian Harris. 

Selena bergegas dari toilet setelah menerima panggilan dari supir taksi online pesanannya. Digenggamnya tas kerja di tangan kanan, shoulder bag kesayangan yang dihadiahkan Roy saat ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. 

"Yaah! Lupa lagi!" Selena mendengus kesal, tas bekalnya masih tertinggal di meja kerja. Ia berlari kecil sambil menulis pesan singkat ke supir agar menunggu. 

"Bugh!" Tubuhnya menabrak seseorang dan hampir kehilangan keseimbangan. 

"Kamu bisa lebih hati-hati?" Harris membantunya berdiri tegak. Telapak tangannya yang besar menempel di punggung dan panggul Selena. Alih-alih menegakkan posisi berdiri, Selena malah memeluk Harris karena posisinya yang juga belum seimbang. 

Terlalu asik dengan ponsel sambil berlari kecil membuatnya menabrak Harris di pintu masuk ruangan departemen mereka. 

"Kamu gak papa? Ada yang sakit?" Harris membuat jarak sambil memasukkan tangan ke kantong celananya. Matanya lurus menatap Selena. 

Belum hilang degub jantung karena panik, Selena malah semakin gugup karena tatapan mata Harris. 

"E ... saya gak apa-apa, pak. Saya minta maaf" Sedikit nyeri di dahinya, sepertinya akibat benturan dengan dagu Harris. 

Menyadari kecanggungan yang harus diakhiri, Selena mengangguk pamit, "Tas bekal saya ketinggalan, pak. Saya buru-buru karena taksi pesanan saya sudah di lobby" 

Ia berlalu dari hadapan Harris tanpa menunggu sahutan pria itu. Rasa gugup makin menjadi saat ia lihat Harris masih berdiri memandanginya. 

"Pak, saya duluan. Saya pamit kedua kali, nih!" erang Selena pelan dengan senyum. Harris melangkahkan kakinya mengikuti Selena. 

Keduanya membisu saat mengantri lift dan turun ke lobby. Selena yang tak ingin lebih canggung lagi langsung menuju taksi pesanannya. 

"Huft ... apes banget, sih! Untung pak Harris gak marah" Selena ingat Harris terdesak ke pintu kaca saat tabrakan tadi. Diusapnya dahi yang masih perih, tak hanya karena benturan juga karena janggut kasar Harris yang baru tumbuh menggesek dahinya. 

'Kepalanya tadi nabrak kaca, dong!' Mulut Selena membulat. Ia ingat lagi, Harris tampak baik-baik saja tadi bahkan menatapnya lama. Tatapan yang membuat Selena gugup, rasa khawatir terpancar dari netra coklat tua itu. 

Ada buncah hangat di dadanya, sudah lama ia tidak melihat hal itu di mata Roy. Sejak hamil dan melahirkan Cheryl ada jarak tercipta. Entah sejak kapan mereka saling acuh dan abai, tidak ada lagi pelukan hangat dan obrolan enak di rumah. Ia rindu tatapan sayang Roy. 

Matanya mendadak memburam. Genangan air bersiap jatuh dari sudut matanya. Tidak, ia tidak boleh menyerah. Menangis tidak menyelesaikan masalah. Malah akan membuatnya tampak semakin konyol di depan Roy. 

Diusapnya lengannya perlahan. Pelukan Harris terekam jelas dalam memorinya. Kedua telapak tangan yang menempel menopang punggung dan panggulnya, juga perut dan dada Harris di dadanya. Ia bahkan merasakan paha kokoh Harris berada diantara kedua pahanya saat akan terjatuh. 

Selena memejamkan mata, menahan gejolak yang muncul karena ingatannya. Ia malu dengan dirinya, tak seharusnya tubuhnya merespon cepat hanya karena pelukan Harris.  Tubuhnya berdenyut, ia butuh pengalihan. 

Dipandanginya jalanan yang padat dengan kendaraan serupa. Jam pulang kantor memang tak ayal membuat macet. Semua orang ingin segera tiba di rumah bertemu dengan keluarga atau sekedar melepas penat dari sibuknya pekerjaan. Sama hal dengan dirinya, selalu ingin tiba lebih awal di rumah, memeluk Cheryl dan main berdua. Sambil menyiapkan makan malam untuknya dan Roy, andai Roy mau pulang lebih awal.

Jalanan kembali lancar saat memasuki area perumahan tempat tinggal mereka. Selena berusaha tetap optimis dan bersemangat. Ia tak ingin Cheryl bertemu dengan wajah muram atau lelahnya. Senyum nakal terbentuk di bibirnya, ia punya rencana dipenghujung  malam. 

Bunyi pesan masuk di ponselnya tepat saat taksi berhenti di depan pagar rumahnya. Selena merogoh tas dan memberikan sedikit tip untuk si supir. 

Kak Ipah membukakan pagar dengan sigap dan menyapa dengan riang, seriang Cheryl yang sudah duduk manis di sofa teras. 

"Halo, mama ...." teriak Cheryl yang tetap duduk menyaksikan Selena mencuci tangan di wastafel pojok teras. 

"Haii ... Cheryl, anak mama ... tunggu, ya!" 

Cheryl semakin girang melihat mamanya berjalan ke arahnya. Tangannya bertepuk lebih cepat dengan celotehan lucu dari bibirnya. 

Selena memainkan gerakan cilukba sambil menirukan lompatan kecil Cheryl. Keduanya semakin ceria dengan berpelukan dan saling cium. Cheryl menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher mamanya. Posenya terlihat semakin manja dan manis saat tangannya memeluk erat leher mamanya. 

"Cheryl rewel hari ini, kak? Makannya banyak, gak?" 

Selena akhirnya duduk setelah Cheryl tenang dalam pangkuannya. 

"Anak baik Cheryl-nya, mama!" Kak Ipah, baby sitter yang dipercaya Selena sejak Cheryl bayi menirukan gerakan cilukba saat menjawab pertanyaan majikannya. 

"Kak Ipah sudah makan malam? Lauk tadi siang cukup, kan?" 

"Aman, aku sudah kenyang, Lena!" ujarnya sambil meletakkan tas Selena ke atas meja. 

"Seriusan? Masuk, yuk! Aku masakin mie goreng, kita makan bareng" Selena berdiri dan membawa Cheryl ke dalam rumah, Kak Ipah mengekor. 

"Aku langsung pulang, ya, Lena! Mama nitip belanjaan tadi" Kak Ipah sibuk dengan tas dan jaketnya. 

"Oh ... itu yang di kulkas, kalo butuh diambil aja, kak!" Selena meletakkan Cheryl dia karpet yang sudah dipenuhi mainan. 

"Makasih, Lena. Mama nitip beli benang untuk rajutannya." Selena mengantar Kak Ipah sampai ke gerbang. 

Seperti biasa Selena akan menunggui hingga sepeda motor Kak Ipah berlalu dari blok perumahan mereka dan menutup gerbang. 

Dikuncinya pintu dan berlalu ke dapur setelah memastikan Cheryl nyaman dengan mainannya. Ia butuh sedikit waktu untuk membersihkan diri dan mengisi perut. 

Urusannya harus selesai sebelum jam tidur Cheryl. Ia memilih memotong buah terlebih dahulu, mencicipinya dan menyiapkan bahan untuk tumisan sayurnya. 

Baru saja tumisan sayurnya matang, Cheryl terdengar mendekat ke dapur sambil menangis. Selena berjongkok menunggu putrinya tiba di pelukannya. 

"Cheryl bosan? Gak ada mama yang nemenin main, ya?" Digendongnya putri semata wayangnya menuju meja makan. 

"Mau temani mama makan?" Cheryl menurut saat didudukkan di high chair di sebelah mamanya. Tangannya menggenggam potongan buah melon. 

Ditariknya nafas lalu melepaskannya perlahan. Ia butuh suasana hati yang tenang saat makan. Hal yang sulit didapatkan oleh ibu-ibu yang memiliki batita. Seperti Cheryl yang selalu ingin dekat dengannya, membuatnya tidak leluasa mengerjakan urusan domestik rumah tangga. 

Ia pernah menggunakan jasa asisten rumah tangga, sejak usia kandungannya lima bulan. Kesibukan di kantor dan adaptasi dengan kehamilan pertamanya membuatnya tidak sanggup mengerjakan urusan rumah. 

Hingga usia Cheryl setahun, Roy meminta Selena berhenti menggunakan jasa ART. Roy beralasan kurang nyaman dengan ART yang tinggal bersama di rumah. 

Sebenarnya Selena masih membutuhkan jasa asistennya, namun Roy kerap menuduhnya manja dan tidak mau belajar mandiri. Pertengkaran tak terelakkan dan selalu berakhir dengan aksi bisu Roy. Dengan berat hati Selena memberhentikan asisten yang usianya terpaut 5 tahun dengannya.  

Mangkoknya bersih tak bersisa, Cheryl tampak menguap dengan potongan melon di mulutnya. Putrinya tidak mengunyah buah karena sudah mengantuk. Ia urung untuk mandi. 

"Aduh, manisnya anak mama. Nungguin mama makan, ya!" Selena menggendong Cheryl ke kamar di lantai dua. Dengan telaten Selena membersihkan bekas buah dari tangan dan mulut putrinya, juga mengganti pakaian yang basah karena terkena liur. 

"Waktunya membaca buku iniiii ..." pekik Selena pelan sambil mengayunkan buku tebal berisi cerita bergambar di hadapan Cheryl yang sudah rebahan di kasur. 

Membacakan buku menjadi kegiatan rutin untuk Cheryl sejak lepas ASI setahun lalu. Selain memberi stimulus melalui gambar dan cerita, Cheryl lebih mudah tertidur tanpa drama rewel. Sehingga Selena masih memiliki cukup waktu untuk dirinya dan urusan rumah tangga. 

Terdengar dengkuran halus, Selena meletakkan buku perlahan dan menutup tubuh putrinya dengan selimut. Ia beranjak perlahan dan mencari letak tasnya. 

Bunyi pesan masuk di ponselnya. Dibukanya layar benda pipih itu. 

[Aku gak janji, sayang. Kamu dengan Cheryl aja, ya!] 

Balasan dari Roy pukul 18.45. 

[Sayang, tidur duluan ya. Aku pulang larut. Nanti aku cerita, ya!] 

Pesan dari Roy lagi, baru saja, pukul 20.30.

Selena terduduk lemas. Rencananya menggoda Roy gagal. Hatinya lagi-lagi kecewa, Roy bahkan tidak menanyakan keadaannya. 

Sudut matanya melirik chat room Roy, terlihat tulisan online di status Roy. Jarinya mengetik sejumlah kata namun urung dikirimnya. Ia malas berdebat. 

Ditutupnya chat room dengan Roy. Dahinya mengernyit melihat pesan masuk diurutan kedua. 

[Selena, dahimu tidak apa-apa? Saya kirimkan salep untuk mengurangi memarnya?]

Pesan dari Harris pukul 18.45.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
lelaki macam bgtu emg bkin emosi, baru nnti istriny ada yg ngmbil juga.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Alesan doank. Itu supaya istri bs sibuk sama urusan rmh biar dia bs leluasa selingkuh
goodnovel comment avatar
Kartono Tono
testing koment
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Epilog

    Selena berulang kali membaca hasil putusan pengadilan yang baru saja ia terima hari ini. Tangannya bergetar memegang kertas. Gemuruh di dada semakin mengguncang pundaknya. Air matanya tak ayal tumpah. Sakit.Tak pernah membayangkan akan menjalani usia pernikahan yang singkat. Kalah dengan usia pernikahan orang tuanya. Pun tidak pernah menyangka akan menjadi janda diusia menjelang 30. Dengan satu balita.Kalau ada yang harus disesalkan, tak lain adalah komunikasi yang buruk dengan suaminya. Ketidak mampuan mereka dalam hal menyamakan persepsi tentang persiapan memiliki bayi. Kebanyakan pasangan kurang pemahaman dan pengetahuan tentang kehamilan dan mengasuh anak. Peran istri dan suami sama pentingnya dalam setiap fase. Sama-sama merasakan lelah dan bahagia menanti sang buang hati. Ayah dan ibu ada pada setiap tumbuh kembang janin bahkan hingga lahir ke dunia.Namun waktu tak lagi diulang. Tak guna juga berlama-lama dalam penyesalan. Toh, ia pun sudah berusa

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Lembaran Baru

    POV SelenaLangkahku sedikit kaku menuju ruang kerja direktur keuangan. Pagi tadi, intercom di mejaku berbunyi sesaat setelah meletakkan bokong di kursi."Bu Selena, ada pesan dari direktur keuangan. Ditunggu jam 10 di ruangannya. Terima kasih."Intercom ditutup begitu saja. Dari nomor yang tertera di layar pesawat telepon, panggilan dari resepsionis. Entah apa yang membuat mereka sesinis itu denganku. Mengucap salam pagi pun tidak saat memulai pembicaraan.Aku tak bisa menebak apa topik pembicaraan kali ini. Ku ingat-ingat lagi seluruh list KPI-ku sebagai asisten manajer. Rasanya tidak ada yang meleset dari target. Tunjangan jabatan dan insentif tidak akan cair jika pencapainku kurang dari 75%.Perihal ijin dan kasus persidanganku, juga tidak mungkin. Sidang terakhir pun tidak ku ikuti. Semua urusan administrasi ku percayakan ke Aldo. Roy tak pernah lagi mampir dan membuat keributan.Apa berurusan dengan internal birokrasi kantor yang tidak tertulis? S

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Berakhir

    "Del, mau makan ke mana? Jangan jauh-jauh. Jam 1 sudah harus di kantor lagi." Sungkan menolak ajakan Delia dan Aldo, tapi ia juga tak ingin membuat masalah baru. Jangankan si resepsionis, tembok gedung kantor pun bisa membuat laporan ke direktur."Cafe dekat sini aja, Len. Yuk!" sahut Delia dengan mata teduh seolah menenangkan sahabatnya.Tak membantah, Selena masuk ke kursi penumpang, tepat di belakang Aldo. Mobil melaju dengan perlahan dan berhenti pada sebuah cafe yang jaraknya tak lebih 500 meter dari kantor."Roy benar-benar sentimen ke Arjuna, Len. Untung aja si Juna lagi waras tadi, kalo gak, beuhh!" Delia membuka percakapan setelah memesan menu untuknya dan Aldo."Sampai Aldo kehabisan kata dengan kepercayaan diri si Roy. Ha-ha-ha. Iya, gak, Al?" sikut Delia ke Aldo yang masih sibuk dengan ponselnya sejak turun dari mobil."Hm ... mungkin, dia baru ngerasa salah langkah sudah mengusir Selena dari rumah." imbuh Aldo sambil memastikan

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Jadi Saksi

    "Mas, aku sudah bikin janji dengan dokter, hari ini hari pertama haidku." Karina membuka mulut, memasukkan sepotong sandwich berisi irisan alpukat dan telur."Oh, ya? Jadwalnya jam 11, kan?" Arjuna terlihat kaget. Tangannya yang sedang memotong roti terhenti sejenak."Aku berangkat sendiri saja, mas. Kamu nyusul." Karina tak membalas tatapan rasa bersalah Arjuna. Ia tahu suaminya harus hadir sebagai saksi di sidang perceraian Selena. Keputusan Arjuna yang tidak bisa diterimanya hingga sekarang. Jangankan menjadi saksi, mencarikan pengacara saja sudah sangat membuat Karina cemburu."Sayang, maaf, aku tidak menyangka akan jadi sulit begini. Jadwal sidang jam 10.00." sesal Arjuna menarik jemari istrinya ke sisi mejanya."Gimana kalau nanti pas kamu konsul, video call denganku, di ruangan si dokternya." pinta Arjuna sambil membujuk Karina.'Sudahlah, mas! Kamu dengan sadar memberi perhatian untuk perempuan lain.'Anggukan ringan kepa

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Demi Selena dan Cheryl

    POV MelissaHari ini lelahnya maksimal. Sejak pagi, jam 08.00 hingga pukul 09.00 malam berkutat dengan banyak data dan memandangi laptop. Aku dan Mey bersemangat membenahi sistem dan fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis start up IT Om Arman.Iya, data klien dan seluruh informasi dari perusahaan Pak Fendy, ku olah bersama Mey. Tidak meniru bulat-bulat, kami melakukan modifikasi dan membuat program menarik. Baik secara hardware dan software. Berbekal pengetahuan selama dua tahun bekerja di perusahaan Pak Fendy dan kemampuan manajemen SDM yang dikuasai Mey, kami memperkuat pilar-pilar bisnis baru Om Arman.Hari ini finishing, tahap terakhir, setelah hampir 3 minggu menjalani puluhan rapat direksi, beberapa kali briefing dengan konsultan IT bersertifikat, dan banyak agenda lain di luar kantor. Dan, aku sangat lega. Meskipun tidak mendapat posisi dalam perusahaan rintisan Om Arman, tapi aku dan Mey punya jumlah saham yang sama. Atas pemberian Om

  • Suamiku Punya Wanita Idaman Lain    Aku Tak Bisa

    Hari-hari berlalu terasa cepat. Sidang pertama serasa baru kemarin ia jalani, malam ini Roy menjumpai amplop coklat di pagar. Amplop yang membuat ingatannya akan kehilangan Selena dan Cheryl.Sejak ditegur oleh orang tuanya, Roy tak lagi bernyali menemui istrinya. Meski ia sangat ingin berbicara dari hati ke hati, seperti yang dulu sering mereka lakukan. Saat Cheryl belum ada.'Ah, itu sudah lama sekali. Aku baru merasa rindu sekarang. Mungkin Selena merindukannya sejak lama dan aku tidak peka.'Masuk ke rumah dengan lesu, Roy berencana langsung tidur. Ia tak ingin tidur di kamar lagi. Mendadak ia merasa kamar itu sangat sepi dan kosong. Belakangan lebih nyaman berlama-lama di sofa hingga terlelap sembari membayangkan Selena masih sibuk membersihkan dapur dan Cheryl ketiduran di karpet rasfur ditemani mainannya.Tak ia hiraukan jeritan perut yang minta diisi. Sejak pagi memang hanya diisi semangkuk mie instan. Siang tadi ia menyibukkan dir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status