Rico sepertinya menyadari sesuatu. Dia pun menoleh dan berbicara pelan, “Makan saja, jangan peduli apa kata mereka. Serahkan padaku.”Usai bicara, dia kembali mengarahkan pandangan pada Lina, “Hanya orang yang sering beli barang tiruan yang suka menuduh orang lain pakai tiruan juga. Sama seperti tas yang kamu bawa itu, benar nggak? Tante?”Hanya beberapa kata saja, wajah Lina langsung memerah, tidak tahu harus menjawab apa.Melihat Lina yang biasanya sombong dan tidak tahu diri itu akhirnya terdiam, selera makan Intan pun kembali.Intan pun menjadi kagum pada Rico, lalu mendekat dan berbisik di telinganya, “Kok kamu tahu tas Tante palsu? Kamu paham soal beginian juga?”Jarak Intan terlalu dekat dan dia berbisik tepat di telinga Rico, yang membuatnya bereaksi di saat yang tidak tepat.Rico pun mengerutkan kening, langsung menenangkan diri dan juga berbisik ke telinga Intan, “Aku nggak hanya paham tentang ini, tapi juga ada kemampuan dasar untuk membedakannya. Tas yang dipakai Tantemu it
Indra menegakkan tubuhnya, mulai membanggakan gajinya di perusahaan itu, “Sekarang gaji tahunanku hampir menyentuh dua miliar dan aku ini tenaga teknis yang tak tergantikan di perusahaan. Apalagi, prospek perusahaan kami nggak ada batasnya.”Rasa bangganya itu, hanya terlihat konyol di mata Rico.Rico pun mengangkat alisnya, suaranya terdengar malas sekali, “Oh, nggak tergantikan, ya?”Indra mengangkat bahunya, ekspresinya penuh kebanggaan, “Di Kota Medana, orang dengan kualifikasi pendidikan yang lebih dariku, nggak punya pengalaman kerja sepertiku. Sebaliknya, yang berpengalaman, nggak punya pendidikan sebaik aku.”Rico pun tersenyum samar, “Sebentar lagi, kamu akan tahu dirimu sebenarnya sangat bisa digantikan.”Selina mencoba menggunakan pekerjaan Indra untuk menonjolkan kelebihannya sendiri.Dia pun mengangkat pandangannya ke arah Rico, “Pekerjaan bagus di Kota Medana sekarang nggak mudah dicari. Emangnya, kamu bekerja di mana? Berapa gajimu? Tapi, apapun pekerjaanmu, pengeluaran
“Kamu!” Nathan menunjuk ke arah Rico, mulutnya sampai hampir miring karena emosi.Indra berdeham, tetap dengan sikap sombongnya, “Bisa-bisanya bicara begitu dengan orang tua?! Apa maksudmu Intan mengizinkan kami masuk karena terlalu sopan? Jangan lupa, kami bukan hanya kerabat Intan, tapi juga kerabatmu. Bicaralah yang sopan!”Rico tersenyum sinis, bersandar di sandaran kursi dengan santai dan acuh tak acuh, “Sopan? Kalian lupa? Aku memang nggak punya sopan santun.”Melihat sikap Rico, Intan merasa sangat puas.Ternyata benar, terkadang menyingkirkan kesantunan, baru bisa hidup enak.Nathan sekeluarga pun sadar kalau mereka tak bisa menekan Rico dari sisi moral, mereka harus ganti strategi.Bagaimanapun, bagi mereka, kehidupan Indra adalah contoh sukses yang nyata.Kesuksesan tentu harus dijadikan bahan untuk pamer.Dan memang, cara pamer bisa bermacam-macam.Selina menatap Rico dengan kesal. Dalam hati bertanya-tanya bagaimana bisa Intan disukai oleh pria setampan ini?Mungkin saja pr
Setelah melihat kedatangan Rico, wajah Grace tampak berbinar dan buru-buru bangkit untuk menyambut.“Ya ampun, kok nggak kasih kabar dulu kalau mau datang? Biar aku bisa menyiapkan lebih banyak hidangan!”Rico mengangkat paper bag putih yang dibawanya, “Gaun pengantin baru saja dikirim langsung dari Ital, aku ingin Intan mencobanya dulu, takut ukurannya nggak pas. Aku sudah kirim pesan, mungkin dia sibuk dan belum sempat lihat.”Selina menatap paper bag di tangan Rico, matanya langsung tertuju pada logo mereknya.Dia pun tak bisa memercayai matanya sendiri. Dia bahkan sengaja mengucek matanya untuk memastikan bahwa dirinya tak salah lihat.Itu adalah merek gaun pengantin dari desainer asal Ital.Sebuah merek yang hanya fokus membuat gaun pengantin, harganya selangit, bahkan kebanyakan orang awam tidak pernah tahu merek itu.Namun, yang membuat semua orang terkejut bukan hanya gaun pengantinnya.Melainkan juga sosok Rico sendiri.Kabar yang beredar, Intan menikah lagi dengan seorang kak
Itu pesan dari Rico.Besok adalah hari pernikahan. Gaun pengantin baru saja dikirim langsung dari Ital. Rico khawatir tidak pas di badan, jadi dia ingin Intan mencobanya.Karena tidak menerima balasan, Rico pun memutuskan untuk pergi ke rumah Keluarga Pangestu.Di dalam dapur, Grace sibuk memasak sampai keringat membasahi keningnya. Melihat itu, Intan pun merasa tidak tega, “Bu, mereka datang ke rumah kita jelas ada maksud lain, kita semua tahu itu. Kenapa harus repot melayani mereka?”Grace mengusap keringat dari keningnya, lalu dengan sabar menenangkan putrinya, bagaimanapun juga, mereka masih punya hubungan darah dengan Ayahmu. Ayahmu rela menjauh dari mereka demi kita. Kita pun harus mengerti perasaan Ayahmu, jangan sampai hubungan ini benar-benar putus.”Hidangan pun tersaji di meja.Sebenarnya Intan sama sekali tidak ingin melayani kerabat-kerabat itu. Tapi, jika dirinya tidak melayani, semua urusan itu akan jatuh ke ibunya.Karena tidak tega, akhirnya dia terpaksa menuangkan mi
Di musim panas Kota Medana, entah kenapa Intan tiba-tiba bersin.Dia pun merindingSeolah-olah ada sepasang mata penuh niat buruk yang terus menatap dirinya.Hari ini, beberapa kerabat Keluarga Pangestu datang berkunjung.Mereka semua dari pihak Jack.Biasanya, Intan memang jarang berhubungan dengan kerabat dari pihak ayahnya. Setelah ayahnya terjerat masalah, orang-orang itu malah semakin menjaga jarak dari Keluarga Pangestu.Namun, Grace berhati baik. Dengan prinsip tamu tetaplah tamu, dia bahkan khusus menyuruh Intan membeli minuman bagus untuk menjamu mereka.Grace sibuk di dapur, sementara ruang tamu penuh dengan kerabat, tak ada satu pun yang mau membantu.Begitu Intan pulang dan menaruh barang, hal pertama yang dia lakukan adalah langsung masuk ke dapur.Di ruang tamu, para kerabat itu sibuk mengupas kuaci, sambil melirik Intan, “Waktu kecil masih lumayan sopan, sekarang bahkan sudah nggak menyapa sama sekali? Menurutku, Ibunya yang nggak becus mendidik anak.”Ibunya yang dimaks