Share

Suamiku Rela Menjualku
Suamiku Rela Menjualku
Author: Luy

Bab 1

Author: Luy
Setelah bisnisnya di luar gagal, suamiku, Eron terlilit hutang dan hidup kami pun menjadi kacau balau.

Aku pikir diriku harus menemaninya melarikan diri dari hutang.

Namun suatu hari, dia tiba-tiba duduk di sebelahku dana wajahnya terlihat sangat rumit.

“Sayang,” panggilnya dengan suara serak.

“Ada bos yang mau membantuku, tapi… dia mau kamu untuk jadi model inspirasinya.”

Melihat dia yang ragu-ragu, hatiku pun melemas.

Jangan-jangan dia mau menjualku untuk mendapatkan uang?

Mungkin sadar dengan keteganganku, suamiku langsung buru-buru menyangkal.

“Bukan, maksud bos, kamu hanya perlu pakai baju-baju berbeda, pura-pura jadi orang lain saja. Dia suka menulis, jadi dia butuh membayangkan bagaimana rasanya bergaul dengan orang yang berbeda-beda… kamu hanya perlu ganti baju dan berakting saja.”

Permintaan ini aneh sekali, menghamburkan uang banyak hanya untuk bermain peran?

Insting bilang padaku bahwa ini jebakan.

Namun, melihat wajah suamiku yang memohon, aku tak tega menolak.

Aku mengikuti permintaannya dan mengirim pesan pada si penagih hutang.

Nama di profilnya adalah Stevan, umurnya sekitar lima puluhan. Dia punya vila mewah sendiri dan kekayaan yang melimpah.

Permintaan pertamanya sangat mudah, [Jadi pengantin, gaun pengantinnya bakal dikirim untukmu.]

Di depan cermin panjang, aku perlahan melepaskan gaun panjangku yang agak tertutup, terlihat lekukan badanku yang sexy.

Air panas menyirami kulit, rambut hitam panjang lurus menempel di dadaku yang penuh. Tetesan air meluncur di sepanjang lekuk tubuh yang indah, akhirnya menghilang di area pribadi yang tak begitu berbulu.

Meskipun tanpa riasan wajah, diriku juga terlihat cantik alami.

Saat berusia 26 tahun, aku menikah kilat dan langsung membuat surat nikah dengan Eron. Waktu itu kami hanya berpikir untuk menabung dan menjalani hidup, jadi kami tak mengadakan pesta pernikahan. Jadi, aku bahkan belum pernah memakai gaun pengantin sekalipun.

Ini pertama kalinya aku mengenakan gaun pengantin yang putih bersih, tapi malah berhadapan dengan pria yang asing.

Aku menarik napas dalam-dalam, menutup risleting gaun pengantin itu, lalu menatap diriku di cermin dengan tubuh yang tampak sempurna.

Wanita di cermin itu tampak cantik, putih dan mempesona. Gaun itu menonjolkan dan membentuk dua belahan yang padat.

Sambil menunggu, aku iseng melihat-lihat postingan si bos yang memberi hutang.

Dia pernah memposting sebuah video, dirinya melewati tempat gym di komplek perumahan dan masih bisa bisa berayun belasan kali di tiang pull up.

Jantungku berdebar. Saat tiba di kamar hotel yang disebutkan, aku membuka pintu dan pemandangan di depan mata membuatku membeku!

Lampu bulat besar di plafon bergoyang hebat dan ranjang berderit tanpa henti.

Dan orang di atasnya adalah Pak Stevan.

Penampilannya yang buas, seperti mau memecahkan papan kasur.

Aku terkejut dan berdiri terdiam cukup lama, tak bisa berpikir seketika.

“Ma… maaf, aku datang di waktu yang salah.”

Aku malu dan kesal. Pada akhirnya rasa malu menang dan aku langsung berlari keluar.

Aku lari di jalan raya dengan mengenakan gaun pengantin, menjadi tontonan mencolok. Sementara adegan bercinta tadi masih terus berputar dalam pikiranku.

Pria itu terus mengguncang tubuh wanita itu tanpa lelah, tatapan matanya penuh dengan kepemilikan dan kepuasan yang tak tersembunyikan.

Tak lama setelah meninggalkan hotel, ponselku berdering dan aku menerima notifikasi transfer dari Pak Stevan. Mataku membelalak tak percaya.

Seratus juta?!

[Rina, kedatanganmu hari sangat nggak tepat, itu salahku. Aku minta maaf. Ini sedikit hadiah kecil dariku untukmu, nggak ada hubungannya dengan suamimu. Kuharap kamu nggak menolaknya.]

Aku menutup mulut yang gemetar, menolak? Aku yang hanya berpenghasilan empat juta sebulan, emangnya berhak menolak?

Setelah kembali ke rumah, wajahku pucat dan Eron pun agak panik, “Sayang, kamu nggak jadi bertemu dengan Pak Stevan?”

Aku pun berbohong, “Nggak… aku hanya sampai di depan pintu gerbang hotel dan langsung pergi. Maaf sayang, aku masih takut.”

Eron tampak agak emosional, masih ingin mengatakan sesuatu.

Namun, tiba-tiba napasnya terdensat. Dia mulai batuk keras dan bahkan memuntahkan segumpal darah!

Ternyata, dia menderita penyakit mematikan.

Saat menjaganya di samping ranjang, aku melihat pesan notifikasi pembayaran biaya berobat yang berhasil, lalu menatap wajah suamiku yang pucat. Diam-diam, aku membuat sebuah keputusan.

Aku membuka ponsel, lalu mengirim pesan pada Pak Stevan

[Pak Stevan, kapan kamu mau bertemu denganku lagi?]
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 9

    Eron membayar hutangnya dengan tubuhnya dan dijual untuk ‘bekerja’ ke Myan.Dia belum tahu nasib apa yang menantinya.Saat hendak pergi, aku menatap wajah Eron yang kurus dan lesu, ada perasaan sedih di hati.Judi, benar-benar dapat membuat manusia kehilangan kemanusiaannya dan jatuh ke jurang tanpa dasar.“Rina, aku sudah mengirim pergi orang yang menyakitimu. Kamu sudah bisa menerimaku, ‘kan?” ujar Stevan perlahan sambil menghembuskan asap rokok, matanya menyembunyikan senyuman puas.“Tentu saja.”Aku menjawab melawan hati nurani, menyadari bahwa ujian tersulit baru saja dimulai.Aku pun menjadi kekasih Stevan.Stevan membawaku kembali ke vila di lereng bukit itu. Baru saat itulah, akhirnya dia melepaskan topeng kelembutan dan menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.Aku disiksa olehnya, menjadi burung yang dipelihara dalam sangkar emas yang mewah dan indah.Hanya saja, dia lupa satu hal bahwa burung yang dikurung juga bisa memangsa balik.Pekerjaanku sebagai guru TK justru menjadi

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 8

    “Rina, aku sudah mengungkapkan semuanya, aku juga sudah membuka semua isi hatiku untukmu, kamu mau menerimaku?”Sambil berpikir cepat, aku menyadari banyak hal yang tak bisa kuhindari lagi.Pusat dari semua masalah ini adalah diriku.Dan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan, aku harus nekat.Jantungku berdetak kencang, tapi suaraku tetap tenang saat menjawab, “Boleh, asal kamu bisa membuat Eron cerai denganku, biarkan dia bertanggungjawab atas semua kesalahannya, aku akan bersedia menerimamu.”Mendengar jawabanku yang begitu cepat, dia tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah? Rina, kamu mau menerimaku?”Aku menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman.“Tentu saja, Bos Stevan begitu kaya dan berkuasa, kamu juga begitu tulus padaku, hati baja sekalipun bisa luluh.”Mata Stevan langsung berbinar.“Kamu nggak mencintai Eron?”“Cinta? Aku membencinya. Aku benci dia menipuku. Hanya Bos Stevan yang memperlakukanku seperti harta berharga yang dicintai dan dimanjakan.”Aku membujuknya denga

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 7

    Aku bisa melihat dengan jelas keterpurukan ekspresi Eron.Ternyata, seseorang hanya membutuhkan waktu belasan detik untuk beraih dari kegembiraan ke jurang keputusasaan.Setelah mendengarnya, aku langsung menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan.“Kok bisa-bisanya… Bos Stevan menipuku?! Dia menipuku!”Eron seperti kehilangan jiwanya, berlutut putus asa di lantai. Dia memukul-mukul kepalanya, sementara rasa sakit dari jarinya yang patah membuatnya semakin gelisah.Penampilannya yang menggila histeris sangat menakutkan.Akhirnya, dia berlutut di tengah ruangan, mendongak sambil meraung, “Kamu yang mengajakku main kartu… kamu juga yang meminta istriku untuk menemanimu. Kenapa malah menipuku?!”Mendengar ucapan Eron, tiba-tiba kecurigaan muncul di hatiku.Aku merasa dengan kecerdasan dan pola pikir Eron, dia tak mungkin mampu membuat rencana serumit ini.Mungkinkah, masalah yang membuat Eron tersesat ini juga sudah direncanakan?Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu dari luar.

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 6

    Eron terdiam, lama sekali baru bergumam, “Jadi, kamu sudah tahu semuanya? Kok bisa tahu?”Aku langsung menunjukkan ponsel berisi semua riwayat pesannya, serta hasil pemeriksaan ulang CT scan dari rumah sakit umum.“Kamu memanfaatkanku untuk menyenangkan Pak Stevan, bahkan mengirim fotoku ke dia. Kamu mau membayar hutangmu dengan tubuhku, bagus sekali rencanamu.”“Kamu sendiri yang menjadi penjudi, terlilit hutang banyak dan malah menyeretku sebagai korban!”Akhirnya dia terdiam, menundukkan kepala dan membisu pasrah. Aku menahan amarah yang meluap, tapi tetap berbicara dengan tenang, “Eron, kita cerai saja. Beberapa hari lalu penagih hutang bilang padaku bahwa kamu sudah menggadaikan rumah pernikahan kita. Keadaanmu sekarang nggak ada bedanya dengan cerai tanpa mendapat sepeser pun. Mengenai hutang yang masih ada, sebesar apapun jumlahnya, kamu sendiri yang harus melunasinya!”Usai bicara, aku sama sekali tidak ingin melihat pria pengkhianat ini lagi.Aku meraih tas dan berbalik unt

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 5

    Saat masuk ke kamar Eron, aku menemukan laptopnya. Aku tak pernah memeriksanya.Eron punya kebiasaan pakai tanggal lahir untuk semua kata sandi, baik kartu bank atau barang elektronik. Aku mencoba dan langsung terbuka.Di laptop, aku menemukan riwayat pesan Whatsapp yang tersinkron otomatis.Percakapan dia yang menjilat Stevan itu sangat menusuk pandangan.[Bos Stevan, kamu sudah puas?][Istriku punya banyak keahlian, kamu tinggal eksplorasi saja.]….Aku tak sanggup terus menggulir mouse ke bawah. Air mata mengalir di pipiku, tak bisa dihentikan.Ternyata, Eron membohongiku selama ini! Dia pergi setahun di luar kota, bukan untuk berbisnis, melainkan jadi penjudi!Dan dia menyerahkanku ke tangan si pemberi hutang… hanya supaya aku membantu melunasi hutang judinya.Semua cinta dan kenangan selama ini, kebersamaan di masa sulit, kalah dengan judi.Aku tahu penjudi itu tak punya perasaan dan hampir mustahil untuk berhenti.Aku tak berani terus membayangkannya.Ketidakberdayaanku di sisi S

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 4

    Setelah aku sampai di sana hari itu, untuk memberanikan diri, aku langsung minum segelas alkohol yang sudah disiapkan di ruang ganti.Tidak! Alkohol! Ada yang tidak beres dengan alkohol itu!Dengan pandangan yang dikaburkan air mata, aku gemetar membuka ponsel, ingin menelepon suamiku, tapi terus tak berani.Namun, saat melihat riwayat telepon beberapa hari lalu, penuh dengan telepon penagihan hutangAku baru menyadari sesuatu… ternyata nomor telepon mereka punya pola yang sangat mirip.Sepertinya dari organisasi yang sama.Sebelumnya aku sibuk mengurus biaya rumah sakit suami, mondar-mandir ke sana kemari, tidak pernah memperhatikan hal ini.Apalagi, lokasi IP-nya dari daerah yang sama.Aku tahu Eron berhutang banyak karena bisnis di luar kota.Namun, aku tak pernah tahu bisnis apa yang dia jalanin dan bagaimana dia menjalankannya sampai bisa merugi?Yang aku tahu hanya saat dia pulang dari luar kota, wajahnya sudah penuh kesedihan dan berkata, “Sayang, aku kalah. Kalah telak.”Agar t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status