Share

Bab 2

Author: Luy
Keesokan harinya.

Aku naik taksi menuju lokasi yang dikirim oleh Pak Stevan.

Ternyata itu sebuah kawasan rumah mewah, dengan sebuah vila empat lantai bergaya istana di tengahnya, yang bisa melihat pemandangan seluruh kota.

Aku menerima pakaian dari tangan seorang pelayan, sebuah gaun tidur renda berwarna merah terang dan juga sangat pendek.

Wajahku langsung memanas. Aku teringat suamiku yang masih terbaring sakit di rumah sakit, serta tumpukan hutang yang tebal.

Setelah aku mengenakan baju itu, pintu langsung tertutup rapat.

Di dalam, lampu gantung mewah berkilauan. Di bawahnya ada ranjang selebar dua meter dan seprai putih bersih yang sangat menyilaukan mata.

Aku menggenggam erat ujung gaun. Kainnya yang tipis terasa hampir tak menutupi apa pun, mengikuti lekuk tubuhku yang jelas.

Gaun itu benar-benar terlalu pendek. Entah itu bagian dadaku yang berguncang, pahaku yang halus, maupun celana dalam yang sedikit basah… semuanya hampir tak tertutup.

Stevan keluar perlahan dari kamar mandi, dia hanya mengenakan handuk. Rambutnya masih meneteskan air.

Tak kusangka, di usia 50 tahun lebih, tubuhnya masih memiliki otot perut yang jelas, bahkan otot pahanya masih tampak kekar.

“Pak… Pak Stevan.”

Aku merapatkan kedua kaki, merasa malu hingga ingin menghilang rasanya.

Stevan mengulurkan tangan dan menggenggam tanganku.

“Kudengar kamu seorang guru TK? Seharusnya pandai mengurus anak kecil, ya?”

Hembusan napasnya yang panas menyentuh belakang telingaku, bercampur aroma alkohol dan wangi khas pria dewasa.

Aku tersentak kaget, bahkan tak berani bernapas terlalu kuat.

Tiba-tiba, dia bertanya dengan nada datar,

“Kalau ada anak yang mengalami kecemasan karena berpisah dari ibunya, bagaimana kamu menanganinya?”

Aku terdiam sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati,

“Di TK memang sering ditemui masalah seperti itu. Kalau sudah nggak bisa ditenangkan, biasanya kami akan memberikan empeng supaya mereka merasa lebih nyaman.”

Stevan mengangguk pelan, seolah sedang berpikir.

“Tampaknya kamu guru yang sangat profesional. Kalau nggak ada barang seperti itu, apa yang harus dilakukan?”

“Hah?”

Ujung jarinya yang kasar menyusuri bahuku ke bawah.

Aku membeku, tidak mengerti maksudnya.

Kemudian, tepat di depanku, handuk yang Stevan pakai tidak sengaja jatuh… astaga, ini benar-benar pria berusia 50 tahun?

Dia hanya mengangkat alisnya, lalu berjalan maju tanpa busana.

“Ikut aku.”

Aku menarik-narik ujung gaunku dan mengikutinya.

Di kamar tidur yang seperti labirin, dia menarikku ke sebuah ruangan yang mirip kamar rumah sakit, udaranya penuh bau disinfektan.

“Pak Stevan, kenapa kamu membawaku ke sini?”

Saat dia membuka tirai ranjang, aku terkejut melihat isinya! Di dalamnya ada ranjang pemeriksaan kehamilan, lengkap dengan seprai steril biru sekali pakai, serta berbagai peralatan profesional di sampingnya….”

Melihat ekspresiku, Stevan menghela napas pelan.

“Aku bicara jujur padamu, diriku sudah lama menderita sindrom ketergantungan dan aku sudah sangat menunggu hari ini. Aku harap bu guru bisa membantuku mengobatinya hari ini.”

“Tapi aku bukan dokter, aku hanya guru TK,” ujarku buru-buru menjelaskan. Saat terdengar suara pintu terkunci, tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Saat ini, yang berdiri di sini adalah model inspirasi. Artinya, aku harus memainkan peran sebagai dokter dengan baik.

Itulah tujuan pria ini.

Reaksi pertamaku adalah kabur.

Namun, beban hutang yang berat menekanku dan pria di depan mataku adalah satu-satunya jalan keluar.

Dengan gemetaran, aku kembali mendekatinya. Aku mendongak, membiarkan tangannya membelai pipiku.

“Aku akan mengobatimu,” ujarku dengan suara gemetar.

“Kamu mau aku melakukan apa?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 9

    Eron membayar hutangnya dengan tubuhnya dan dijual untuk ‘bekerja’ ke Myan.Dia belum tahu nasib apa yang menantinya.Saat hendak pergi, aku menatap wajah Eron yang kurus dan lesu, ada perasaan sedih di hati.Judi, benar-benar dapat membuat manusia kehilangan kemanusiaannya dan jatuh ke jurang tanpa dasar.“Rina, aku sudah mengirim pergi orang yang menyakitimu. Kamu sudah bisa menerimaku, ‘kan?” ujar Stevan perlahan sambil menghembuskan asap rokok, matanya menyembunyikan senyuman puas.“Tentu saja.”Aku menjawab melawan hati nurani, menyadari bahwa ujian tersulit baru saja dimulai.Aku pun menjadi kekasih Stevan.Stevan membawaku kembali ke vila di lereng bukit itu. Baru saat itulah, akhirnya dia melepaskan topeng kelembutan dan menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.Aku disiksa olehnya, menjadi burung yang dipelihara dalam sangkar emas yang mewah dan indah.Hanya saja, dia lupa satu hal bahwa burung yang dikurung juga bisa memangsa balik.Pekerjaanku sebagai guru TK justru menjadi

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 8

    “Rina, aku sudah mengungkapkan semuanya, aku juga sudah membuka semua isi hatiku untukmu, kamu mau menerimaku?”Sambil berpikir cepat, aku menyadari banyak hal yang tak bisa kuhindari lagi.Pusat dari semua masalah ini adalah diriku.Dan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan, aku harus nekat.Jantungku berdetak kencang, tapi suaraku tetap tenang saat menjawab, “Boleh, asal kamu bisa membuat Eron cerai denganku, biarkan dia bertanggungjawab atas semua kesalahannya, aku akan bersedia menerimamu.”Mendengar jawabanku yang begitu cepat, dia tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah? Rina, kamu mau menerimaku?”Aku menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman.“Tentu saja, Bos Stevan begitu kaya dan berkuasa, kamu juga begitu tulus padaku, hati baja sekalipun bisa luluh.”Mata Stevan langsung berbinar.“Kamu nggak mencintai Eron?”“Cinta? Aku membencinya. Aku benci dia menipuku. Hanya Bos Stevan yang memperlakukanku seperti harta berharga yang dicintai dan dimanjakan.”Aku membujuknya denga

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 7

    Aku bisa melihat dengan jelas keterpurukan ekspresi Eron.Ternyata, seseorang hanya membutuhkan waktu belasan detik untuk beraih dari kegembiraan ke jurang keputusasaan.Setelah mendengarnya, aku langsung menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan.“Kok bisa-bisanya… Bos Stevan menipuku?! Dia menipuku!”Eron seperti kehilangan jiwanya, berlutut putus asa di lantai. Dia memukul-mukul kepalanya, sementara rasa sakit dari jarinya yang patah membuatnya semakin gelisah.Penampilannya yang menggila histeris sangat menakutkan.Akhirnya, dia berlutut di tengah ruangan, mendongak sambil meraung, “Kamu yang mengajakku main kartu… kamu juga yang meminta istriku untuk menemanimu. Kenapa malah menipuku?!”Mendengar ucapan Eron, tiba-tiba kecurigaan muncul di hatiku.Aku merasa dengan kecerdasan dan pola pikir Eron, dia tak mungkin mampu membuat rencana serumit ini.Mungkinkah, masalah yang membuat Eron tersesat ini juga sudah direncanakan?Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu dari luar.

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 6

    Eron terdiam, lama sekali baru bergumam, “Jadi, kamu sudah tahu semuanya? Kok bisa tahu?”Aku langsung menunjukkan ponsel berisi semua riwayat pesannya, serta hasil pemeriksaan ulang CT scan dari rumah sakit umum.“Kamu memanfaatkanku untuk menyenangkan Pak Stevan, bahkan mengirim fotoku ke dia. Kamu mau membayar hutangmu dengan tubuhku, bagus sekali rencanamu.”“Kamu sendiri yang menjadi penjudi, terlilit hutang banyak dan malah menyeretku sebagai korban!”Akhirnya dia terdiam, menundukkan kepala dan membisu pasrah. Aku menahan amarah yang meluap, tapi tetap berbicara dengan tenang, “Eron, kita cerai saja. Beberapa hari lalu penagih hutang bilang padaku bahwa kamu sudah menggadaikan rumah pernikahan kita. Keadaanmu sekarang nggak ada bedanya dengan cerai tanpa mendapat sepeser pun. Mengenai hutang yang masih ada, sebesar apapun jumlahnya, kamu sendiri yang harus melunasinya!”Usai bicara, aku sama sekali tidak ingin melihat pria pengkhianat ini lagi.Aku meraih tas dan berbalik unt

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 5

    Saat masuk ke kamar Eron, aku menemukan laptopnya. Aku tak pernah memeriksanya.Eron punya kebiasaan pakai tanggal lahir untuk semua kata sandi, baik kartu bank atau barang elektronik. Aku mencoba dan langsung terbuka.Di laptop, aku menemukan riwayat pesan Whatsapp yang tersinkron otomatis.Percakapan dia yang menjilat Stevan itu sangat menusuk pandangan.[Bos Stevan, kamu sudah puas?][Istriku punya banyak keahlian, kamu tinggal eksplorasi saja.]….Aku tak sanggup terus menggulir mouse ke bawah. Air mata mengalir di pipiku, tak bisa dihentikan.Ternyata, Eron membohongiku selama ini! Dia pergi setahun di luar kota, bukan untuk berbisnis, melainkan jadi penjudi!Dan dia menyerahkanku ke tangan si pemberi hutang… hanya supaya aku membantu melunasi hutang judinya.Semua cinta dan kenangan selama ini, kebersamaan di masa sulit, kalah dengan judi.Aku tahu penjudi itu tak punya perasaan dan hampir mustahil untuk berhenti.Aku tak berani terus membayangkannya.Ketidakberdayaanku di sisi S

  • Suamiku Rela Menjualku   Bab 4

    Setelah aku sampai di sana hari itu, untuk memberanikan diri, aku langsung minum segelas alkohol yang sudah disiapkan di ruang ganti.Tidak! Alkohol! Ada yang tidak beres dengan alkohol itu!Dengan pandangan yang dikaburkan air mata, aku gemetar membuka ponsel, ingin menelepon suamiku, tapi terus tak berani.Namun, saat melihat riwayat telepon beberapa hari lalu, penuh dengan telepon penagihan hutangAku baru menyadari sesuatu… ternyata nomor telepon mereka punya pola yang sangat mirip.Sepertinya dari organisasi yang sama.Sebelumnya aku sibuk mengurus biaya rumah sakit suami, mondar-mandir ke sana kemari, tidak pernah memperhatikan hal ini.Apalagi, lokasi IP-nya dari daerah yang sama.Aku tahu Eron berhutang banyak karena bisnis di luar kota.Namun, aku tak pernah tahu bisnis apa yang dia jalanin dan bagaimana dia menjalankannya sampai bisa merugi?Yang aku tahu hanya saat dia pulang dari luar kota, wajahnya sudah penuh kesedihan dan berkata, “Sayang, aku kalah. Kalah telak.”Agar t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status