Larut malam, teknisi AC datang ke rumah. Tapi, jari-jarinya yang begitu lincah justru memberiku sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya…. “Telepon suamimu, biar dia lihat sendiri betapa hausnya kamu!” ujar pria di belakangku sambil menarik rambutku ke belakang. “Jangan… kalau sampai dia tahu, dia pasti nggak bakal memaafkanku….” Baru saja aku selesai bicara, nada sambung yang sejak tadi terus berdering tiba-tiba berhenti, teleponnya tersambung
View MoreDi hari-hari berikutnya, Hansen pindah kembali ke rumah.Kami mulai menata kembali pernikahan ini, berusaha memperbaiki luka-luka yang pernah ada di antara kami.Hansen menjadi jauh lebih perhatian. Dia menyempatkan diri untuk menemaniku setiap hari dan memedulikan perasaanku.Sementara aku mulai belajar untuk jujur pada diri sendiri, tidak lagi menyimpan semuanya dalam hati.Namun, semuanya belum benar-benar selesai.Meskipun teknisi AC itu sudah ditahan polisi, bayang-bayangnya masih menghantui kami.Beberapa hari kemudian, aku menerima pesan singkat dari nomor tak dikenal. Isinya hanya beberapa kata, “Kamu nggak akan bisa lari.”Jantungku langsung berdebar dan buru-buru menunjukkan pesan itu ke Hansen.Dia mengernyit dan berusaha menenangkanku, “Jangan takut, aku akan melindungimu.”Meski begitu, aku tetap merasa tak tenang.Hari-hari selanjutnya, aku mulai merasa ada yang memperhatikanku diam-diam. Bahkan, suatu kali saat pulang, aku seperti melihat sosok yang familiar sekilas di u
Setelah polisi pergi, suasana di dalam rumah mendadak sunyi.Hansen berdiri di ambang pintu, tampak agak canggung dan gelisah.Dia menatapku, seolah ingin bicara tapi ragu-ragu.“Kok… kok kamu bisa datang ke sini?” Akhirnya aku yang memecah keheningan dengan suara bergetar.Hansen menghela napas, lalu melangkah pelan ke arahku.“Aku terus khawatir denganmu.”“Setelah bercerai, rasanya hatiku nggak tenang. Aku takut kamu nggak baik-baik saja sendirian.”“Setiap hari aku menyetir ke sini untuk melihatmu, tapi tak kusangka….”Perasaanku campur aduk. Semua pikiran dalam benakku seperti terhubung jadi satu.Setiap malam sebelum tidur, aku terbiasa berdiri sejenak di depan jendela.Andai aku lebih memperhatikan, mungkin aku akan sadar ada mobil hitam yang parkir di jalan depan rumah hampir setiap malam.Dan bunga di halaman selalu disiram, bunga di vas balkon juga selalu diganti.Hansen memang menepati janjinya untuk melepaskanku, tapi dia tetap peduli dengan hidupku.“Say….” Baru saja mau m
Setelah malam itu, Hansen resmi pindah keluar dari rumah.Dia membawa pergi pakaian dan beberapa barang pribadinya, serta meninggalkan kunci rumah di atas meja.Kami pun tak pernah bertemu lagi. Semua urusan perceraian kami diselesaikan lewat pengacara.Prosesnya berjalan sangat lancar. Sangking lancarnya, seolah-olah tidak pernah ada cinta di antara kami.Setelah bercerai, aku tinggal sendirian di rumah yang dulu kamu tempati bersama.Setiap sudut ruangan dipenuhi kenangan, tapi yang kurasakan justru kesepian yang luar biasa.Setiap kali melewati ruang tamu dan melihat meja makan tempat kami sering duduk bersama dulu atau masuk ke kamar tidur dan melihat ranjang yang dulu kami bagi berdua, rasa nyeri langsung menyeruak di dada.Aku tahu butuh waktu untuk memproses semua perasaan ini dan aku juga butuh waktu untuk menemukan kembali diriku yang percaya diri.Namun, yang tak kusangka, semuanya belum benar-benar selesai.Di minggu pertama setelah bercerai, teknisi AC itu datang lagi ke ru
“Sayang, aku beliin tiramisu kesukaanmu.”Begitu pintu terbuka, aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapinya.Hansen masuk sambil menenteng kotak kue yang tampak mahal, wajahnya dihiasi senyuman lembut. Seketika, aku merasa semuanya begitu menyedihkan.Aku memaksakan senyuman dingin, “Kok kamu pulang? Bukannya ada jamuan makan malam ini?”“Aku kangen denganmu,” jawabnya sambil berjalan masuk dan meletakkan kue di meja. Lalu melanjutkan, “Kamu terus menghindariku akhir-akhir ini, masih marah ya?”Aku diam memandangi pria di depanku. Pria yang dulunya merawatku seperti seorang ayah dan entah kenapa aku justru ingin ketawa.Berapa banyak wajah yang sebenarnya dimiliki pria ini?Hansen mendekat dan ingin memelukku.Aku pun reflek menghindar.Dia tertegun dan tampak tersinggung, “Sayang, kamu sudah nggak mencintaiku lagi?”Aku menatapnya dan tiba-tiba merasa sangat lelah.Selama ini, aku hidup dalam kebohongan yang dia ciptakan, seperti orang bodoh ya
Setelah keluar dari rumah sakit, suamiku mengambil cuti seminggu dari kantor untuk merawatku.Nomor yang tersimpan di ponselku tak pernah berhasil kuhubungi, aku juga tak pernah menerima telepon darinyaKupikir semua sudah berlalu begitu saja. Sampai akhirnya tiga bulan kemudian, aku menerima sebuah paket di malam hari.Ternyata ada sepotong celana dalam milikku di dalamnya dan masih ada bekas yang terlihat jelas.Aku langsung tahu siapa pengirimnya.Aku langsung mengambil ponsel dan menekan nomor yang selama ini tak pernah kulupakan.Begitu tersambung, tidak ada suara dari seberang sana.Tak ada pilihan lain, aku pun membuka suara lebih dulu, “Apa maumu?”“Aku mau memuaskanmu.”Seketika, aku pun kesal dengan ucapannya.“Kamu gila?”Namun, teknisi AC itu malah mulai curhat padaku.“Aku memang gila! Sejak malam itu, aku memikirkanmu sampai mau gila! Gila sampai harus mencium baumu dulu baru bisa tidur!”Sejujurnya, setelah kejadian itu, suamiku terus berusaha menebus semuanya. Apapun
“Ah….” Aku tak bisa menahan diri dan mengeluarkan suara.Dari sudut mataku, kulihat suamiku tampak sangat puas di balik video.Tepat saat senyuman suamiku semakin lebar, tiba-tiba tubuhku dilanda rasa sakit yang begitu hebat.Kemudian, setetes darah menyebar di atas seprai dan wajah teknisi AC langsung berubah panik.Di layar video, ekspresiku mengerut, jelas terlihat aku sedang kesakitan.Suamiku langsung menyadari ada yang tak beres. Wajahnya berubah dari senang jadi cemas, lalu khawatir.“Sayang, kamu kenapa?”Perut bagian bawahku terasa nyeri, disertai sensasi kuat seolah ada sesuatu yang jatuh dari dalam.Aku spontan menekan tombol untuk menutup telepon.Belum sempat melakukan apapun, pandanganku gelap dan aku pun pingsan.Saat terbangun, yang kulihat hanyalah dinding putih di sekelilingku.Aku baru sadar kalau diriku sedang berada di rumah sakit.Seorang perawat masuk untuk mengganti cairan infusku dan dengan nada tenang berkata, “Pecahnya kista ovarium itu bukan hal sepele. Untu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments