Share

Bab 6 Ada Orang yang Disukainya

Sienna hanya terkejut sesaat, tetapi dia tidak khawatir akan dikenali oleh Jimmy.

Sebab, selain mengunjungi Pak Darwo setiap tahun baru, pada dasarnya Sienna tidak pernah muncul di hadapan anggota Keluarga Yuwono lainnya. Bahkan, Jacob sendiri saja tidak pernah melihat wajah istrinya sendiri. Orang lain juga tidak akan tertarik dengan dirinya yang tidak penting ini.

Memikirkan raut wajah Jacob, Sienna hanya tersenyum dengan penuh penyesalan. "Mungkin ada sesuatu yang membuat Tuan Jacob tidak senang terhadapku."

Jimmy sangat menyukai wanita cantik. Dia tidak pernah peduli dengan pekerjaan ataupun latar belakang keluarga seseorang. Menghadapi wanita cantik di hadapannya ini, nada bicaranya juga menjadi lembut.

"Mana mungkin? Desainmu ini artistik sekali. Kakak sepupuku itu memang pebisnis, tapi awalnya dia bukan belajar ekonomi. Dia punya gelar ganda, salah satunya itu berhubungan dengan seni. Dia pasti suka dengan karya-karyamu."

"Mungkin akhir-akhir ini dia sedang sibuk dengan masalah perceraiannya, jadi suasana hatinya agak buruk."

Sienna tidak berkata apa-apa. Justru Herman yang berada di sampingnya berkata dengan kaget, "Jacob sudah menikah?"

Jimmy mengangguk dan menjawab, "Sudah lama dia menikah. Kali ini, dia langsung menghubungi pengacara pribadinya begitu pulang dari luar negeri. Katanya, dia buru-buru mau bercerai."

Jimmy sudah lama tidak berkunjung ke kediaman Keluarga Yuwono. Apalagi sejak beranjak dewasa, Jimmy menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berfoya-foya di luar sana. Dia hanya tahu bahwa Jacob dijodohkan oleh kakeknya, tetapi dia sendiri juga tidak pernah bertemu dengan kakak ipar sepupunya.

Herman yang baru pertama kali mendengar kabar ini langsung tertarik. "Padahal, kukira rumah di Royal Estate itu adalah rumah pengantinnya. Ternyata dia sudah lama menikah, ya? Sepertinya dia berencana mau tinggal sendiri?"

Jimmy mempersilakan kedua orang itu duduk dan berkata dengan santai, "Bisa dibilang rumah pengantin juga. Kakak sepupuku itu nggak suka dengan kakak ipar sepupuku yang sekarang. Dulu, mereka menikah karena terpaksa, tapi kakakku sudah punya orang yang disukainya. Rumah di Royal Estate itu juga sepertinya didesain untuk wanita itu."

Usai berbicara, Jimmy memberikan segelas jus kepada Sienna dan melanjutkan, "Setelah dia datang nanti, aku akan menunjukkan desainmu padanya. Dia pasti akan tertarik."

Sienna menerima gelas jus itu sambil tersenyum dengan sopan. "Terima kasih. Kalau proyek ini berhasil, aku akan mentraktir Bos Jimmy untuk makan."

Jimmy sangat menyukai sikap Sienna yang rendah hati dan tenang. Dia kembali menambahkan, "Kalau benar-benar berhasil, kamu memang harus mentraktirku makan. Biaya desainnya pasti akan sangat memuaskan. Apalagi, kalau kamu bekerja untuk kakak sepupuku, reputasimu pasti akan melambung tinggi."

Sienna mengangguk menyetujuinya. Jika proyek ini berhasil, reputasinya juga akan meningkat dan berhasil memasuki pasar orang kaya seperti Jacob. Dengan demikian, dia tidak perlu lagi mengkhawatirkan proyek-proyek selanjutnya.

Pintu ruangan di ujung koridor terbuka. Terlihat sebuah sosok pria bertubuh tinggi dengan aura yang menakutkan berjalan masuk.

Begitu memasuki ruangan, ponsel pria itu langsung berdering. Ketika melihat nama Jimmy yang tertera di layar ponsel, Jacob langsung mengernyit dan tidak menjawabnya.

Melihat ekspresi Jacob, pria di sampingnya merasa lucu. Kemudian, dia bertanya, "Kenapa kamu? Baru datang saja wajahmu sudah seperti itu. Siapa yang membuatmu kesal?"

Ruangan itu cukup besar dan ada banyak orang di dalamnya. Namun, kesenjangan sosial dalam lingkaran pergaulan di ibu kota ini cukup jelas.

Jacob termasuk dalam golongan paling atas, orang-orang di sekitarnya juga merupakan tokoh-tokoh berpengaruh.

Begitu Jacob memasuki ruangan, orang lainnya sudah duduk di tempat yang lebih jauh darinya.

Wiandro Salim meraih segelas minuman dan memberikannya pada Jacob. Wajah tampan Wiandro tampak santai ketika berkata, "Karena masalah perceraian, ya? Dengar-dengar, wanita itu nggak mau tanda tangan?"

Perihal Jacob mencari pengacara untuk mengurus perceraiannya itu bukan lagi sebuah rahasia.

Diperkirakan tidak lama lagi masalah ini akan tersebar ke telinga Pak Darwo.

Setelah melepas mantel dan menyerahkannya kepada pelayan di sampingnya, Jacob duduk di sofa dengan kedua kaki yang terlipat. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang mendominasi. "Cepat atau lambat, dia akan menandatangani surat perceraian itu. Dia sendiri juga tahu jelas kenapa kita bisa menikah saat itu."

Nada bicaranya sangat datar, jelas sekali dia tidak ingin membahas lebih jauh mengenai masalah itu.

Malam ini, Jacob bukan kesal karena istri gadungannya itu, melainkan karena wanita yang tadi ditemuinya.

Jacob tidak habis pikir, mengapa wanita sekaku itu bisa menjalankan pekerjaan ini selama 3 tahun lamanya?

Kebetulan sekali, meja di sebelah mereka sedang mendiskusikan masalah pacar.

Percakapan antara pria sering kali membahas topik-topik yang vulgar. Dulu, Jacob tidak pernah menaruh perhatian pada topik seperti ini. Namun, dia tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Jadi, dia pura-pura polos ya? Setelah ketahuan, apa yang kamu lakukan?"

"Bisa apa lagi? Tentu saja langsung putus. Entah sudah berapa kali dia menjahit selaput daranya itu. Kalau bukan karena temanku yang bekerja di rumah sakit mengenalnya, aku bahkan sudah berencana untuk menikahinya."

"Ternyata, anak di kandungannya itu bukan darah dagingku. Enak saja dia mau aku yang tanggung jawab!"

Bagi anak orang kaya seperti mereka yang tidak kekurangan uang ataupun waktu, satu-satunya topik yang bisa dibahas mereka hanyalah wanita.

"Wanita sekarang memang sangat rumit, tergantung seleramu saja. Jangan-jangan, ayah dari anak di kandungannya itu malah orang yang kamu kenal. Makin polos tampang seseorang, makin tidak bisa ditebak berapa banyak pria yang pernah dipermainkannya sebelumnya ...."

Jacob memegang erat gelas di tangannya. Dalam benaknya, terlintas wajah Sienna yang tampak patuh. Adegan-adegan kemarin malam kembali membanjiri pikirannya dengan sangat jelas. Seketika, Jacob merasa gusar.

Pada saat ini, Jimmy menghubunginya lagi untuk menyuruhnya ke ruang privat di lantai bawah. Dia berkata ingin berbicara langsung kepada Jacob.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status