Home / Romansa / Suamiku Selalu Ingin Bercerai / Bab 38 Sisanya, Biar Menjadi Urusanku

Share

Bab 38 Sisanya, Biar Menjadi Urusanku

Author: Fachra. L
last update Last Updated: 2025-10-23 09:41:42

Ruangan itu putih bersih, sunyi, hanya ditemani dengung lembut mesin pemantau yang sesekali memancarkan bunyi bip pelan.

Aditya duduk di kursi samping ranjang. Kedua tangannya terlipat di atas lutut, sementara tubuhnya condong ke depan, tak lepas menatap wajah Aria yang masih tertidur dengan selang infus di tangan dan oksigen yang membingkai hidungnya.

Cahaya matahari dari balik tirai tipis menyorot lembut ke pipi Aria. Wajah itu pucat, tapi tetap tenang—seolah sedang tertidur biasa, bukan baru melewati sesuatu yang besar.

Aditya menarik napas panjang. Ini pertama kalinya ia merasa begitu takut kehilangan.

Tangan kirinya bergerak perlahan, menyentuh jemari Aria yang dingin.

“Bangunlah, Aria,” bisiknya lirih. “Aku masih punya banyak yang harus aku katakan.”

Matanya tak berkedip. Setiap detik terasa panjang. Setiap helaan napas Aria yang ditandai oleh angka-angka di layar monitor, seolah jadi satu-satunya hal yang membuatnya tetap waras.

Lalu, ada sedikit gerakan di kelopak mata Aria. H
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 71 Jatuh Cinta Berkali-kali

    Koridor depan ruangan Gustav tiba-tiba berubah seperti ruang tunggu UGD.Beberapa karyawan berdiri saling berbisik, sebagian memeluk map seperti pelindung dada, sebagian lain hanya menatap pintu direktur dengan wajah penuh tanda tanya. Tak sedikit yang memilih menguping halus—sekedar menunggu momen pintu itu terbuka.Dari dalam ruangan, terdengar suara kursi bergeser, langkah tergesa, dan potongan kalimat pendek yang terdengar penting namun samar. Cukup untuk membuat orang yang santai jadi gelisah.Alan berdiri paling depan, map laporan menempel di dadanya. Aria berada di sisinya, memegang dokumen yang seharusnya ia berikan pada pamannya.Beberapa staf dari berbagai departemen ikut berkumpul di belakang mereka.“Ada apa ini sebenarnya?” gumam seseorang.“Sejak tadi semua orang IT dipanggil,” bisik staf lain. “Aku lihat Kepala Gudang lari ke sini. Lari. Bukan jalan cepat.”“Setelah kurir tadi diseret masuk, suasana jadi kacau,” seseorang menambahkan sambil melirik Aria. “Aria, kau tahu

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 70 Benar-benar Membutuhkannya

    Pintu ruang direktur ditutup dengan suara keras, nyaris menampar udara.Aditya bahkan belum sempat menarik napas ketika Gustav melepaskan genggamannya, seolah baru saja menyeret seekor singa yang bisa menggigit balik kapan saja.Di ruangan itu, Tuan Abram duduk dengan bahu tegang, wajahnya pucat.Tidak ada teriakan.Tidak ada makian.Tapi justru itu yang membuat suasananya mengerikan.Meja besar penuh kertas berserakan.Laptop terbuka dengan puluhan email masuk—semuanya ditandai merah.Satu notifikasi berbunyi pling, membuat Gustav dan Tuan Abram sama-sama menegang seperti baru mendengar tembakan.“Duduk.” Suara Tuan Abram rendah … dan itu jauh lebih buruk daripada marah.Aditya duduk tanpa suara.Matanya menangkap sekilas wajah Tuan Abram yang tampak seperti orang yang telah begadang semalaman. Ada bayangan gelap di bawah mata, dan garis rahang yang mengeras seperti menahan amarah yang sudah berada di batasnya.Gustav mengusap wajahnya sekali, napasnya pendek. “Biar aku jelaskan.”Ia

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 69 Memang Tidak Tahu Diri

    Alan belum sempat membalas ketika suara Aria terdengar pelan namun jelas.“Alan,” panggilnya, tanpa menoleh dari layar. “Kau boleh kembali ke mejamu. Aku akan mengirim dokumennya nanti setelah selesai.”Alan menoleh cepat, terkejut. “Aria, tapi—”“Tolong,” lanjut Aria, suaranya tetap tenang namun tegas. “Aku bisa menyelesaikannya sendiri. Kau kembali saja.”Alan memandang Aria, lalu Aditya, lalu Aria lagi.Ia ingin menolak, tapi tatapan Aria jelas-jelas tidak ingin ada diskusi.Dengan rahang mengeras, ia mengambil tablet kerjanya dan melangkah pergi. Tapi sebelum pintu tertutup, Alan masih sempat memberikan tatapan tajam ke arah Aditya, seolah ingin mengatakan: ‘Aku akan kembali dan kita belum selesai.’Aditya tidak peduli.Begitu pintu tertutup, Aditya berjalan dan berdiri tepat di sisinya, meletakkan itu di hadapan istrinya. “Makan.”Aria menoleh, menatapnya dari ujung ke ujung.Bukankah dia baru saja bersenang-senang dengan Ava?Bukankah Ava akan membantunya berbelanja dan menunjuk

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 68 Hanya Seorang Kurir

    Lorong depan perusahaan Tuan Abram tampak begitu mewah hingga membuat pakaian yang Aditya kenakan terasa semakin memalukan.Sweater longgar milik Gustav, celana santai, dan sneakers yang bahkan bukan miliknya—semuanya kontras dengan karyawan yang lalu-lalang memakai setelan rapi dan kartu ID yang menggantung di dada.Cahaya lampu marmer di resepsionis memantul di lantai, membuat penampilannya semakin … tidak pantas.Aditya menarik napas.Ya sudah. Sudah terlanjur.Ia melangkah mendekati meja resepsionis.“Selamat pagi, saya ingin bertemu dengan—”“Maaf, Pak.” Resepsionis wanita itu bahkan tidak membiarkan kalimatnya selesai. Matanya menatap Aditya dari atas ke bawah, lalu tersenyum sopan … tapi jelas meremehkan. “Untuk tamu, ada daftar janji yang perlu dicek dulu.”“Saya tidak membuat janji,” jawab Aditya.Kontan saja ekspresi gadis itu berubah kaku. “Kami tidak bisa menerima tamu tanpa janji. Apalagi …” ia menahan lidahnya, tapi tatapannya tidak. “Kurir makanan dilarang masuk. Anda b

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 67 Dengan Seluruh Hatinya

    Aroma wafel, telur orak-arik, dan kopi hitam memenuhi ruang makan besar keluarga Nugraha. Aria turun lebih dulu. Penampilannya sudah rapi dan siap berangkat kerja, seolah insiden di pagi buta tadi tidak pernah terjadi.Di meja makan, beberapa orang telah menunggu.Tuan Abram duduk di ujung meja, wajahnya masam seperti biasa—atau mungkin sedikit lebih masam pagi ini.Gustav Nugraha, paman Aria, langsung tersenyum hangat begitu melihat keponakannya masuk.Di sebelahnya ada istrinya, Isla Haidi, wanita berambut pirang, elegan, dan ramah, serta putri mereka, Ava, gadis dua puluh tiga tahun yang terlalu ceria untuk jam makan pagi.“Morning, Aria!” Ava melambai heboh.Aria tersenyum lebar dan duduk di sebelah Kakeknya.“Di mana Aditya? Dia datang tadi malam, kan?” tanya Ava sambil melirik tangga.“Ya, di mana suamimu, Aria?” Isla menambahkan dengan nada penasaran.Mereka memang baru melihat Aditya sekali—saat pesta pertunangan keluarga—bahkan belum sempat berkenalan resmi. Tapi entah bagai

  • Suamiku Selalu Ingin Bercerai    Bab 66 Mau Mengujiku, Aria?

    Cahaya pagi merayap perlahan dari balik tirai kamar. Aria menggeliat kecil, tubuhnya masih berat, pikirannya masih setengah tertinggal dalam mimpi. Ia menarik selimut, beringsut sedikit … lalu merasakan sesuatu.Hangat.Keras.Dan … bernapas.Alis Aria berkerut dalam tidur. Tangannya yang biasanya memeluk bantal kini justru menempel pada sesuatu yang jauh lebih besar—dada seseorang. Permukaan hangat itu naik turun perlahan, stabil, seperti ritme napas manusia.Aria bergeser sedikit. Kulitnya bersentuhan dengan kulit lain—hangat, nyata, dan sama sekali bukan miliknya.Tubuhnya langsung tegang.Bukan bantal.Bukan selimut.Bukan anjing keluarga.Detik berikutnya, matanya terbuka lebar.Dan dunia seolah berhenti.Di hadapannya, masih terlelap, dengan rambut sedikit berantakan dan napas teratur, adalah Aditya. Suaminya.Pria yang seharusnya berada ribuan kilometer jauhnya.Pria yang … entah bagaimana, sekarang tertidur di ranjangnya.Aria menganga tanpa suara.Beberapa detik ia hanya mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status