Share

Arya penyelamat Mitha

Arya berkemas di dalam kamar, ia mencari bajunya buat tanding namun tak juga ia temukan, perasaan Arya sudah menaruhnya di dalam tas. Ia turun dari kamar atas menemui sang Mama

"Mama tahu seragam Atya yang baru kemarin, ndak? Baju buat lomba kemarin Ma?"

"Gimana sih sebentar lagi berangkat lo, inget enggak di taruh dimana?"

"Kemarun sih di dalam tas, Ma."

"Kan habis pertandingan waktu itu kita nginep di rumah Bramantyo. Inget ga? Mungkin ketinggalan disana."

"Oh iya, kalau enggak salah ada di sana. Terus bagaimana, Ma."

"Makanya sekarang cepat cari, mumpung masih lama. Tiga jam lagi berangkatnya,"

"Iya deh, Ma, Arya berangkat kesana."

"Iya hati-hati jangan ngebut, Arya!"

"Siap, Mama."

Arya meninggalkan rumah dan melajukan motor kesayangan menuju rumah kakaknya. Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba.

Bramantyo dan Shelomitha mampir ke mall untuk membeli permainan Raka dan Rania, lalu bergegas pulang. Mobil melaju menuju kediaman rumah Bramantiyo, mobil terparkir digarasi, mereka turun dari mobil, lalu masuk ke dalam rumah.

Perasaan Shelomitha kali ini tak enak seperti ada yang aneh, ternyata benar Siska sudah menunggu di ruang tamu.

Bramantyo wajahnya mulai memerah ia sudah terjebak dalam perselingkuh, melihat Siska di rumah membuat Bramantyo begitu kesal. Shelomitha meminta Mbok Darmi untuk membawa anak-anak masuk ke kamar dan wanti-wanti agar jangan sampai anak-anak mendengar ucapan Siska.

"Ada Apa?"

"Mas Bram, Siska rindu." Siska bergelayut manja memegang tangan Bramantyo.

"Lepaskan!" Bram bicara kasar.

"Mas kenapa sih, kalau di depan Mbak Mitha itu kamu berubah padahal kalau lagi tak ada dia, Mas manja terus sama Siska."

Shelomitha hanya diam, badannya terasa panas dan sedikit bergetar, ia tahu Siska memancingnya untuk marah, inget kata-kata Simbok. Hadapi dia dengan cara elegan jangan bicara kasar. Itu pesen Simbok, Shelomitha menahan diri untuk tidak bicara kasar.

"Ayolah, Mas seperti biasa ke apartemen, yang, Mas belikan untukku atau mungkin, di rumah. Rumah ini juga kan sebentar lagi rumah ini jadi milikku."

"Jangan bermimpi, Siska, rumah ini milik Shelomitha. Bahkan rumah ini sudah atas nama Shelomitha. Dan tak ada yang berhak atas rumah ini kecuali Mitha, bahkan aku pun enggak berhak."

Siska mendengus pelan. "Ayo kalau gitu ikut ke apartemen aku."

Siska bergeming 'sial rencanaku gagal jadi rumah ini sudah milik Mitha.'

"Siska pulang sebelum kesabaranku habis," ucap Bramantyo geram.

"Ini pasti karena, Mbak Mitha yang sok malaikat ini."

"Diam jangan bicara lagi." Bram terlihat begitu prustasi

"Aku Fransiska tidak akan pulang kalau Mas Bram tidak menemaiku tidur malam ini." Siska tersenyum menang. "Mbak Mitha bilang sama suaminya untuk pulang bersamaku, kalau tidak biarkan aku menginap disini satu ranjang bersama suamimu.

"Disini, di rumah ini, bukan tempat orang untuk berbuat zina."

"Tuh kan lihat istrimu, mulai jadi sok suci."

"Dia memang baik, tidak seperti dirimu, bisanya cuma memanfatkan orang."

"Gara gara kamu, Mbak Mitha, aku jadi dimarahin sama, Mas Bramku,"

Siska dengan cepat mendorong tubuh Shelomitha. Hingga Shelomitha hampir terjatuh, untung tubuh tegap Arya menahan tubuh Shelomitha dari belakang. Arya meradang rahangnya mengeras, sungguh ada ya adik gila seperti ini. Shelomitha hampir saja jatuh.

Adik gadungannya itu membuatnya bener-bener muak. Bramantyo yang melihat juga terkejut lalu menarik Siska hingga ia jatuh di kursi sofa.

"Dasar wanita mu***an tega ya sudah jadi pelakor mau berbuat kriminal lagi, jika Anda tidak pergi dari sini kupastikan Anda bisa mendekam di penjara."

"Dasar vocah memang aku takut ancaman kamu hah."

"Sudahlah Arya enggak ada gunanya kamu berdebat sama dia. Tak ada manfaatnya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya kan. Biasanya orang yang berasal dari lembah hitam meskipun berada ditempat yang putih dia tetaplah hitam Arya." Sindir Shelomitha.

Siska bangkut mendekati, lalu mau menampar Shelomitha, langsung ditepis tangannya oleh Arya.

"Jika dalam hidungan menit Anda tidak keluar dari rumah ini aku telepon pihak yang berwajib." Ancamnya.

"Silahkan telepon aku tak takut?"

Baiklah, Arya memutar vidio pertengkaran tadi ia menunjukkan pada Siska. Siska emosi lalu beranjak pulang. Arya mengusap rambutnya dengan kasar, ia hanya takut jika kakaknya akan mendapat ancaman terus dari Siska.

"Mas kenapa diam saja? Mbak Mitha di dorong lo. Apa ini cara mas melindungi istri."

"Maaf, Mas hanya...! "

"Hanya apa, Mas? Mas tau nyawa Mbak Mitha dalam bahaya. Apapun akan dilakukan wanita gila itu untuk menyerang Mbak Mitha. Mas berubah jadi lelaki yang lemah, wanita itu telah merubahmu. Astafirullah aku ngak percaya ini."

"Mas memang salah, Arya."

Shelomitha yang ketakutan akhirya duduk di kursi, ia menahan tangis, sungguh dari kecil ia begitu menyayangi adiknya. Sekarang berubah menjadi wanita yang mengerikan. Arya takut jika wanita gila itu datang lagi, ia menyuruh Mbok Darmi menyiapkan pakaian semuanya untuk tinggal bersama Mamanya. Shelomitha hanya bisa diam, Mbok Darmi juga mang Kardi ikut membereskannya, mereka lalu pergi ke rumah Mama Wulan.

Bramantyo hanya diam menyaksikan istrinya pergi bersama anak-anaknya, dan dia malu tidak bisa melindungi sang istri. Benar kata Arya kalau ia adalah pria yang lemah, hidupnya kini hancur, hanya ada kenangan bersama sang istri. Motor Arya terparkir di garasi tak selang lama mobil Shelomitha memasuki parkir depan rumah.

Mama Wulan mendengar ada suara ribut-ribut diluar akhirnya keluar juga.

"Arya ada apa ini? Ada apa sama, Mitha?"

"Masuk dulu, Mama jangan diluar ngobrolnya."

Semuanya masuk Mang Kardi sama Mbok Darmi di suruh ke kamar belakang, Raka dan Rania tidur di lantai atas deket kamar Arya. Mereka disuruh istirahat di kamar. tinggal mereka bertiga di ruang santai. Sang Mama minta penjelasan dan Arya akhirnya menceritakan semuanya. Wanita patuh baya itu hanya bisa diam, beliau hanya heran mana ada adik kandung begitu.

Shelomitha duduk sofa menceritakan semuanya yang dibilang Mbok Darmi kemarin, akhirnya sang Mama dan Arya mengerti. Shelomitha juga bilang jika Siska berubah.

"Jadi dia balas dendam, Tha sama kamu, pengen rumah tangga kamu hancur, balas dendam critanya?"

"Bisa jadi begitu, Ma, kata si Mbok, Siska punya paman, nah pamannya ini dulu sekongkol sama Ayahnya Siska, mungkin saja pamannya Jarwo ini yang menghasut Siska, Ma."

"Tapi bahaya lo bener kata Arya, kamu memang harus disini."

"Iya, Ma, gimana baiknya saja."

Arya mengemasi barangnya, sebenarnya ia tak tega harus meninggalkan sang kakak ipar sendirian di rumah. Ia tahu bahwa Siska tidak main-main dia bisa saja melukai kakaknya Arya lalu berangkat menuju bandara Juanda. Ia pergi dengan rasa tidak tega meninggalkan kakak iparnya itu.

-

Bramantyo diam sendiri di balkon atas ia menatap bintang-bintang dalam keheningan malam. Secangkir kopi panas menemaninya, ia merasa dirinya memang terlalu lemah, melindungi istrinya saja ia tak bisa. Kalau tadi tak ada Arya entah apa yang akan terjadi sama Shelomitha, bayangan saat Siska mendorong Shelomitha masih terlihat jelas di ingatanya, di bekakang Shelomitha ada vas bunga kaca. Jika kepalanya membentur kaca vas itu bagaimana, Bramantyo hanya bisa menghela napas panjang, ia lah yang bersalah pada istrinya.

Bramantyo akan segera mengurus surat gugatannya biar Shelomitha dan anak-anaknya bisa selamat dari teror Siska. Semoga yang Bramantyo lakukan bisa melindungi Shelomitha dan keluarga kecilnya, mungkin ini jalan yang terbaik.

Bramantyo masuk ke dalam tempat tidur kenagan bersama istrinya selalu menari-nari diingattanya, bener kata bang hari Rhoma Irama. kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadiranya sungguh berharga. Bramantyo menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, ia masih bisa merasakan aroma tubuh istrinya, angin berembus di malam hari membuat Bramantyo tenggelam dalam alam mimpi.

Fajar terbit dari ufuk timur, Shelomitha bersama Mbok Darmi juga Mbok Sari menyiapkan sarapan pagi. Hingga beberapa menit masakan sudah tersedia diatas meja, semua berkumpul di ruang meja makan. Mama Wulan melihat menantu juga cucu-cucunya berkumpul, beliau merasakan kebahagiaan yang sederhana.

"Tha gimana hari ini jadi pulang ke Nganjuk?" tanya sang Mama.

"Iya, Ma. Jadi," jawab Mitha.

"Kalau pulang jangan bawa mobil kamu, bawa mobil Arya biar ga bisa dilacak sama Siska."

"Begitu, Ma, baiklah ikut kata Mama saja."

"Hati-hati sayang, nanti Mang Usep Mama suruh ke pasar pake mobil kamu, setelah bebebapa menit baru Mitha berangkat sama Mang Kardi."

"Terima kasih Mama, sudah sayang sama Mitha, Mitha enggak tau harus berkata apa sama Mama."

"Sayang sudahlah, kamu itu juga anak Mama." Mama Wulan memeluk Shelomitha.

"Kabari Mama kalau sampai sana."

"Iya, Mama,"

Mobil Shelomitha berlalu menuju pasar, di dalamnya ada Mang Usep sama Mbok Sari. Berapa menit kemudian mobil Arya melaju dengan kecepatan cepat menuju Ayahnya, yang di dalamnya ada Mang Kardi, si Mbok, Mitha, juga anak-anak.

Shelomitha hanya bisa berdo'a semoga semuanya baik-baik saja, ancaman Mitha selalu membuatnya gelisah. Ada paman Jarwo yang mengendalikan Siska, mungkin saja jarwo mencuci otaknya Siska agar ia bisa dijadikan umpan untuk membalaskan dendam. Kata Simbok jarwo adalah orang yang jahatnya sudah dilevel atas. Semoga saja keluarganya dilindungi Allah yang mengetahui segala sesuatu di alam semesta ini.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
Siska....apa Sekar ni yg bener,banyak typo seharusnya sebelumnya edit dulu team editor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status