Matahari mulai menyinari bumi, Shelomitha dan Rakanjuga Rania berolah raga di depan rumah, Shelomitha berlari-lari menelilingi komplek rumahnya, tampak sejuk juga pemandangan pagi hari yang begitu cerah. Ditemani burung berkicau di pagi hari. Membuai Shelomitha untuk tetap semangat berjuang. Kembali mereka sampai rumah. "Bunda ini dompet siapa?" Raka menyerahkan dompet kepada Shelomitha."Dari mana sayang temukan dompetnya?" Shelomitha mencari tahu siapa pemilik dompet itu dan ternyata setelah di buka ada identitas Ammar."Tuh di dekat pintu depan, Bunda." Tunjuk Raka di dekat pintu. "Oh."Mungkin saja dompet ini perlu, Nanti Amar mencarinya, apa Shelomitha harus pergi keapartemennya saja. Sekalian Shelomitha berangkat kerja. Shelomitha siap-siap naik taxsi, sedangkan Raka dan Rania diantar Mbok Darmi kesekolah.Shelomitha berharap dapat menemukan apartemen Amar dari alamat dalam dompet tersebut.Ia menemui resepsionis dan bertanya. "Apartemen, Dokter Amar. Mbak.""Anda siapa?"
Amar melempar semua barang di dalam apartemen berhamburan ke lantai. Ammar tidak tahu jika ternyata Siska menjebaknya, Amar mengajak rambutnya dengan kasar. Sekarang ia benar-benar kehilangan Shelomitha untuk selamanya, Ammar tahu pasti jika Selomitha tidak akan pernah memaafkanya.Amar sudah lama mengenal Shelomitha, semakin ia meminta maaf semakin Shelomitha membencinya. Siska harus membayar semua yang ia lakukan padanya? Bahkan Shelomitha sudah menyetujui rencana untuk menikah dengan Amar. Amar kesal ia lalu membanting barang di depannya."Shelomitha.""Ya. Katakan padaku, kau tega."Namun, terdengar suara Shelomitha dari seberang sana sangat tegang."Sekar, menyerangku. Arrrghh! Semua ini tak seperti yang kau pikirkan, Tha.""Kenapa, bukankaj aku melihatnya dengan kedua mataku?""Shelomitha, please dengarkan aku.""Sudah, cukup."Terdengar tak puas memenuhi ruang pembicaraan antara Shelomitha dan Amar. Karena bagaimanapun Amar memang salah percaya pada Sekar. "Lalu langkah selan
Sampai di Kapolres, mereka masuk dan menyerahkan semua bukti, ada vidio bukti kejahatan di perusahaan. Visum dan juga pisau yang digunakan menusuk Arya."Baik, Pak kami akan proses kasusnya dan terima kasih untuk bukti-buktinya.""Terima kasih, Pak. Kami menyerahkan kasus ini. Semoga diproses dengan adil, Pak." Arya berkata pada petugas yang menagani."Baik serahkan pada kami, Pak. Kami akan mengusut tuntas kasus ini."Bramantyo dan Arya pergi meninggalkan Kapolres. Menuju rumah Mama Wulan yang telah melahirkan mereka berdua beberapa tahun yang lalu. Mama Wulan juga Amanda sudah menyambut kedatangan Arya."Mas, Arya. Sudah sembuh?"Arya hanya mengangguk. "Arya. Sini peluk, Mama." Arya memurut memeluk sang Mama. Sesaat Amanda berjalan mendekati Arya, ia ingin memeluknya. Namun Arya menolak. "Arya, Manda kan calon pendamping kamu sayang kenapa menolak untuk di peluk." "Mama lupa kita belum muhrim," jawab Arya pergi menuju kamar."Arya sejak kapan kamu membantah ucapan Mama! Arya
Tiga purnama berlalu, Mama Wulan bergegas menuju rumah Shelomitha sang menantu. Wanita paruh baya iyu sudah tak sabar untuk memberi tahu jika Shelomitha harus menjahui putranya Arya, bener kata Amanda waktu itu. Bauwa Shelomitha hanya seorang benalu saja. "Ma, selama Mitha masih ada disini, sepertinya pernikahan aku sama Mas Arya ngak mungkin terjadi deh, Ma." Amanda meracuni pikiran wanita paruh baya itu. Mama Wulan manggut-manggut." Iya kamu bener Manda, Mama akan buat perhitungan dengan Mitha." Mama Wulan terbakar emosi beliau masuk dalam perkataan kebencian Amanda."Bagus, Ma, jauhkan Mitha dari Arya." Amanda tertawa sinis, ia tahu jika Mama Wulan sudah teracuni oleh ucapannya. Amanda benar Wanita paruh baya itu ngak mau pernikahan anaknya batal. Mobil hitam itu terparkir di halaman rumah Shelomitha, Mama Wulan keluar dari mobil, berjalan mendekati pintu rumah yang sudah di belikan oleh Bramantyo. Ia lalu mengetuk pintu berapa kali, namun tidak ada jawaban, kemana kira-kira k
"Apa ini tidak terlalu cepat, Mas? Apa ngak dipikirkan dulu soal pernikahan kita?" tanya Syerli bimbang. "Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan padamu, Syerli! Aku harus menebus kesalahanku bantu aku untuk bisa berubah," jawab Bramantyo sambil memegang tangan Syerli."Apa, Mas tidak minta persetujuan dari anak-anak, Mas dulu? Ini soal pernikahan lo Mas. Mas juga harus menjaga perasaan mereka kan." Syerli berusaha bicara menginggatkan Bramantyo."Baiklah nanti aku minta izin sama Raka dan Rania. Aku juga sudah lama tak bertemu mereka, aku sibuk dengan urusanku sendiri." Bramantyo merasa bersalah. Papa macam apa Bramantyo, hingga melupakan kewajiban menjenguk anak-anak. Bukankah Bramantyo sangat dan begitu egois, bagaimana jika kedua anaknya itu membencinya, sejak perpisahan itu Bramantyo belum pernah sekalipun menemui kedua anaknya."Baiklah, aku akan ke sana. Syerli.""Iya, hati-hati. Mas."Bramantyo tersenyum. "Iya."Mobil Bramantyo melaju ke rumah yang ia beli untuk Shelo
Amanda memandang pantulan diri di depan cermin. Kebaya putih tulang nan indah ini sempurna membalut tubuh. Berhias asesoris di dada itu amatlah menawan dan indah. Kebaya modern yang membuatnya tampil manis layaknya putri solo. Ditambah mahkota yang terdapat di atas riasan rambutnya dengan sentuhan bunga. Membuat penampilannya terlihat tampak sempurna setidaknya menurutnya.Saat ini adalah hari membahagiakan untuk Amanda, seperti layaknya yang diimpikan para gadis di luar sana. Membuat dada terasa berdebar tak menentu karena kaan menikah dengan Arya lelaki baik dan tampan itu. Selesai Amanda dirias oleh seorang MUA dari tim EOnya juga. "Wah cantik sekali, Manda." Mama Wulan lagi-lagi menggoda. Amanda tersenyum. " Cantik lah, wanita, Ma.""Serius, cocok dengan Arya.""Hhmm makasih, Ma."Pertunagan dilaksanakan dengan sangat meriah, tukar cincin pun sudah dilakukan. Arya terliat biasa tak terliat senyum di wajah tampannya. Mama Wulan melihat dari kejauhan, jika semua ini tetap diteru
Motor Arya terparkir di depan rumah Shelomitha, ia mencari ternyata benar semuanya telah pergi kemana lagi Arya mencari, Arya menyesal tidak memperjuangkan cintanya untuk Shelomitha ia hanya bisa menyesalinya.Perjalanan yang selama ini Arya lalui itu sama, hanya berbeda jalur yang akan mengantarkan ia menuju kepastian untuk berpisah. Rasa yang ia rasakan sesungguhnya sama. Ada getir, ada pahit, ada manis, ada bahagia, ada duka lara, ada pilu, ada syahdu dan masih banyak lagi rasa yang hadir dalam hidup ini. Arya membanting tangan ke pintu.Arya Sadar bahwa roda takdir akan berputar untuk manusia. Ia ingat akan ada saatnya air mata hadir dalam hidup. Dan hal yang penting disadari ketika rasa di hati tiba kita sama-sama tak bisa menolak. Rasa itu anugrah kenapa ia menyerah sebelum berperang. Arya mengambil ponsel, nomer sang kakak sudah tidak aktif lagi, kemana lagi ia harus mencari? Arya mencari di Butik milik Shelomitha namun Butik juga telah kosong, apa Shelomitha pergi ke rumah ay
Kadang hidup seperti cakrawala dibasahi hujan dan dikeringkan oleh sinar matahari. Tapi apapun yang memberi warna hidup adalah senyum terindahnya, begitulah ungkapan perasaan Shelomitha pada sang hati yang merindukannya. Shelomitha berada di rumah baru di kota Bali yang sangat jauh dari kota surabaya.Orang baru, suasana baru, semoga saja Raka juga Rania betah tinggal disini, Butik yang dirintisnya tiga bulan yang lalu melaju sangat pesat, dengan bantuan saudara rekan kerjanya Ana. Membuat cabang di Surabaya dan Bali. Shelomitha dengan cepat bisa meraih keuntungan. Rumah yang sederhana yang Shelomitha tempati mungkin akan menjadi tempat yang baru, tempat yang bisa membuatnya nyaman dan bahagia, saat sedang sendiriRaka menghampiri dan duduk di sebelah Shelomitha. "Bunda!" "Iya sayang, gimana selama beberapa bulan disini, Raka betah tidak?" tanya Shelomitha pada Raka, sesungguhnya ia sangat cemas akan keadaan kedua putra-putrinya. "Alhamdulillah, Bunda, Raka betah kok," jawab raka