Beranda / Rumah Tangga / Suamiku Simpanan Tante-tante / Pekerjaan Sampingan Suamiku

Share

Suamiku Simpanan Tante-tante
Suamiku Simpanan Tante-tante
Penulis: Anggrek Bulan

Pekerjaan Sampingan Suamiku

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 10:51:40

"Wah belum tidur nih. Kebetulan sekali aku punya kejutan untuk kamu, Dek," ucap Mas Saleh saat kucium punggung tangannya.

"Iya ini tadi masih ngerekap pesanan pembeli, Mas. Alhamdulillah hari ini banyak pesanan, jadi bisa buat bayar kontrakan minggu depan, Mas, " ucapku sambil tersenyum.

Memang biasanya aku setiap hari selalu sudah tidur di jam delapan malam, karena hari ini benar-benar laris. Maka aku pun sangat bersemangat untuk menyelesaikannya.

Begitu pula dengan suamiku ini. Mas Saleh biasanya pulang dari sift pagi pukul delapan malam. Tapi sejak beberapa hari terakhir dia memiliki pekerjaan sampingan, jadi pulangnya pun agak telat. Paling sore dia pulang pukul sebelas malam seperti saat ini.

"Jangan terlalu capek begitu dong, Dek. Tidur itu tepat waktu, jika Kevin sudah tidur, lebih baik kamu pun ikut tidur saja. Atau lebih enak mungkin mulai sekarang kamu tak usah susah-susah berjualan. Duduk di rumah saja temani Kevin," ucap Mas Saleh yang langsung duduk di kursi tamu.

"Hufft! Sebenarnya hari ini aku itu sudah sangat lelah, Mas. Tapi ya mau bagaimana lagi, semua ini kulakukan demi kebaikan bersama dan juga keluarga. Insyaallah aku ikhlas kok Mas menjalankan ini semua," ucapku sambil tersenyum.

"Aku tahu kamu itu ikhlas sekali. Sedikit pun aku tak pernah meragukan kebaikan dan keikhlasanmu. Tapi kurasa sudah waktunya kamu berhenti kerja, Dek. Apa lagi saat ini aku kan sudah memiliki pekerjaan sampingan. Jadi kamu tak perlu lagi bekerja lagi. Tinggal selalu doakan saja."

Mas Saleh saat ini tersenyum dengan bahagia. Senyum yang sudah lama sekali tak nampak dari wajah laki-laki yang sudah menjadi suamiku sejak tiga tahun yang lalu itu.

"Tanpa kami minta pun aku pasti akan mendoakan semua yang terbaik untukmu, Mas. Memangnya pekerjaan sampingan kamu itu apa sih, Mas?" tanyaku sambil tersenyum.

"Tak perlu kamu tahu pekerjaan apa itu, yang penting hasilnya nanti bisa membuatmu dan juga Kevin bahagia. Terlebih juga aku ingin menunjukkan pada Kakakmu itu, jika aku bisa membahagiakanmu. Oh iya, ini hadiah buat kamu."

Mas Saleh pun memberikan padaku sebuah bingkisan berbentuk kotak, yang dibungkus dengan kertas kado motif bunga-bunga kesukaanku.

Sebagai seorang istri tentu saja aku amat senang, ketika mendapat suatu hadiah dari suami tercinta. Apa lagi memang selama ini, Mas Saleh tak pernah memberiku hadiah yang spesial. Jadi ketika diberi barang ini, aku pun jadi amat bahagia.

"Terima kasih banyak ya, Mas. Eh ... ini isinya apa sih?" tanyaku sambil menggoyang-goyangkan hadiah itu.

"Buka saja, Dek. Kalau aku ngomong namanya bukan surprise dong. Semoga kamu suka ya,"ucap Mas Saleh sambil mengacak pucuk rambutku.

Tak lagi banyak bertanya, aku pun gegas membuka hadiah pemberian suamiku itu. Setelah merobek satu lapis kertas kado, aku pun langsung membelalakan mata, karena isi dari hadiah itu adalah sebuah ponsel.

"Ya Allah, Mas. Ini kan ponsel yang sejak lama kuinginkan! Ya ampun aku nggak nyangka banget deh, Mas!"

Saking senangnya, aku pun sampai berteriak dan langsung memeluk suamiku itu.

"Hahaha ... karena aku sudah tahu ku sejak dulu menginginkan ponsel ini. Makanya aku pun tadi memilih yang itu. Kamu suka kan?"

"Tentu saja aku suka sekali, Mas. Terima kasih banyak ya. Duh, makin sayang deh sama kamu. Semoga rezekinya makin banyak deh!"

Rasanya kebahagiaanku ini tak ada habisnya. Langsung kubuka ponsel itu dari kardusnya, dan ku timang barang pipih itu.

"Cobain dong, masak iya cuman dilihatin aja?" Mas Saleh terus saja menatapku sambil tersenyum.

Disela-sela rasa bahagia ku ini, tiba-tiba aku pun teringat sesuatu. Ponsel yang kuinginkan ini, seingatku harganya diatas sepuluh juta. Lalu dari mana Mas Saleh punya uang sebanyak ini? Gajinya saja yang kemarin sudah langsung untuk membayar cicilan motor matic besar dan juga belanja bulanan.

"Loh, katanya senang dengan hadiah itu, tapi kenapa kok tiba-tiba wajah kamu nampak murung gitu? Apa kurang mahal ponselnya?"

Ternyata Mas Saleh mengerti dengan kerisauan hatiku ini, hingga dia pun kemudian mempertanyakannya.

"Bukannya nggak suka, Mas. Tapi aku bingung uang dari mana kamu beli ponsel ini, Mas? Bukankah ponsel ini harganya di atas sepuluh juta?" kataku langsung mengatakan kegundahan hatiku ini.

Saat itu aku terus memperhatikan wajah Mas Saleh, ternyata ketika aku mempertanyakan hal itu. Wajah tampan suamiku itu langsung berubah.

"Kamu kenapa, Mas? Kok kini sepertinya raut wajahmu yang berubah?" tanyaku ganti.

"Ah, nggak kok! Itu pasti cuma perasaanmu saja kok, Dek," elak Mas Saleh.

Sejenak aku pun mengangguk-anggukan kepala, namun sesungguhnya aku pun tak tahu hal apa yang sedang kupikirkan ini.

"Oh iya. Kamu dapat uang dari mana sih Mas untuk membelikanku ponsel ini?" tanyaku sekali lagi.

"Ya ... dari uang ku sendiri kok, Dek. Pokoknya kamu nggak usah khawatir deh. Itu bukan uang hasil curian dan bukan uang hutang kok!" jawab Mas Saleh sambil membuang muka dariku.

"Iya deh aku tahu jika itu uang kamu sendiri. Tapi kamu itu dapat dari mana, Mas? Uang itu banyak banget loh! Itu seperti gaji kamu empat bulan loh, Mas!"

Aku tentu saja terus mengejarnya, karena sungguh aku pun sangat belum puas dengan jawabannya itu. Ada sedikit rasa takut jika uang itu didapatkannya dengan cara yang kurang benar.

"Aku kan sudah bilang sama kamu, Dek. Sejak seminggu yang lalu itu aku sudah punya pekerjaan sampingan. Kamu kan juga tahu jika aku terus pulang telat? Itu karena aku sekarang mempunyai pekerjaan tambahan. Pokoknya kamu nggak usah berpikiran yang macam-macam, uang itu aman kok!" tegas Mas Saleh lagi.

Mendengar jawaban dari Mas Saleh itu, entah kenapa hatiku ini bukannya puas, tapi rasanya malah makin was-was saja.

Sebenarnya kegelisahan ini sudah kurasakan, sejak suamiku itu bilang mempunyai pekerjaan sampingan baru. Tepatnya sekitar satu mingguan yang lalu. Mas Saleh jadi banyak berubah dalam hal penampilan, dia pun jadi lebih sering tertawa saat menatap ponsel nya.

Sejak memiliki pekerjaan baru itu, Mas Saleh menjadi makin royal padaku. Dan, dia pun sering sekali memberiku uang. Terhitug sejak satu minggu yang lalu, dia telah memberiku uang sekitar sepuluh juta rupiah. Lalu kini dia malah memberiku kado ponsel seharga belasan juta, apa aku sebagai istri tak patut curiga?

"Memangnya pekerjaan sampingan kamu itu apa sih, Mas? Kok dalam dua minggu bisa dapat puluhan juta?" tanyaku dengan wajah polos.

"Pokoknya ada deh, Dek! Yang penting bukan menjadi pencuri atau pembunuh. Dan, dengan pekerjaan yang kumiliki saat ini, kupastikan bulan depan kita pasti akan bisa membeli mobil!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status