Share

Belum Ada Jawaban

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 10:52:53

"Pokoknya ada deh, Dek! Yang penting bukan menjadi pencuri atau pembunuh. Dan, dengan pekerjaan yang kumiliki saat ini, kupastikan bulan depan kita pasti akan bisa membeli mobil!"

Bukannya menjawab pertanyaanku tadi, Mas Saleh malah makin membuatku penasaran dengan pekerjaan sampingannya itu.

"Beli mobil, Mas? Mobil mainan buat Kevin?" tanyaku yang memang lah masih sangat bingung.

"Kok mobil untuk Kevin sih, Dek? Itu kan mobil mainan ... hahaha kamu itu kok lucu sih. Ya mobil beneran dong, Dek. Seperti milik Mas Mamat itu loh." Mas Saleh coba menjelaskan.

Mulutku kembali melongo, meski sebenarnya dalam otakku ini muncul banyak sekali pertanyaan. Mas Mamat adalah satu-satunya kakak kandung, saat ini dia telah menjadi seorang kontraktor dan tinggal di pulau seberang.

"Kamu sedang nggak habis minum-minuman kan, Mas?" tanyaku lagi.

"Ampun deh, ya nggak dong, Dek. Kamu ini kok ya ada-ada aja sih? Kamu pikir suamimu ini sedang mabuk? Aku ini lagi dalam keadaan sadar banget loh!"

Mas Saleh saat ini malah langsung mencubit pipiku, dengan gemasnya. Tapi dengan cepat kupindahkan tangannya itu, karena kali ini aku sedang tidak bercanda.

"Sekarang sebaiknya kamu jujur deh Mas sama aku! Aku akan apa pekerjaan sampinganmu itu? Hingga dalam waktu satu minggu saja kamu punya banyak uang, dan pake mau beli mobil segala!" ucapku dengan wajah serius.

Sesungguhnya aku sejak kemarin sudah ingin menanyakan hal ini pada Mas Saleh, tetapi karena belum ada kesempatan akhirnya hal itu selalu urung kulakukan. Karena setiap pulang lembur, suamiku pasti langsung tidur. Begitu pun denganku yang Sudah mengantuk. Dan, ketika pagi hari dia pun langsung pergi setelah memberiku uang.

"Gini, Dek. Yang pasti pekerjaan ini bukanlah hal yang buruk, dan kamu rasanya tak perlu tahu apa pekerjaanku ini. Satu saja yang harus kamu tahu, aku melakukan semua ini hanya demi kamu dan Kevin. Itu saja, Dek. Kamu cukup doain saja, semoga kerjaanku ini lancar."

Mas Saleh terus-terusan saja mengelak ketika aku bertanya, padahal sebelum-sebelumnya dia itu selalu jujur dalam segala hal padaku.

"Jangan pernah khawatir, aku ini pasti selalu mendoakan setiap langkahmu, Mas. Hanya saja saat ini aku ingin tahu apa jenis pekerjaanmu? Tinggal ngomong aja apa susahnya sih?" ucapku mulai kesal.

"Ya ampun, Dek---"

Ketika Mas Saleh sepertinya mau menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba saja terdengar suara Kevin menangis dari arah kamar.

"Eh itu suara Kevin loh, Dek!"

Kami pun tentu saja langsung masuk ke kamar, karena biasanya jika menangis Kevin pasti minta dibuatkan susu. Aku pun langsung membuatkan putraku itu sebotol susu.

"Cup-cup-cup ini susunya, Sayang. Nggak boleh nangis lagi ya," ucapku sambil memberikan sebotol susu itu dan mencium kening Kevin.

Seperti biasanya sambil susu, putraku itu pasti selalu minta dikelonin. Jika tak begitu, pasti dia tak akan bisa kembali tidur.

"Mas kamu jangan tidur dulu ya. Masih ada yang ingin ku bicarakan sama kamu," ucapku pada Mas Saleh yang saat ini sedang berbaring di belakangku.

Namun ternyata perkataanku itu, tak mendapatkan sahutan.

"Mas ... jangan tidur dulu loh!" ucapku lagi tapi dengan suara yang lebih lirih, agar si Kevin pun lekas tertidur.

Namun lagi-lagi Mas Saleh tak menyahut, sengaja kusikut suamiku itu. Namun nyatanya tetap tak ada sahutan. Mungkin saat ini suamiku itu sudah benar-benar tidur.

"Kamu tidur beneran, Mas?!"

Kembali coba kuajak bicara suamiku itu, sambil terus kusikut. Tapi nyatanya dia tetap tak bersuara. Ya sudahlah, aku tak mungkin juga akan membangunkan dia. Karena sudah bisa dipastikan dia pasti sangat capek setelah bekerja dari pagi.

Berarti malam ini aku kembali tak dapat jawaban, atas semua rasa penasaranku sejak seminggu ini. Karena lagi-lagi Mas Saleh tidur lebih dulu.

Apa mungkin aku ini yang kebangetan ya? Hingga terus mempertanyakan hal itu pada Mas Saleh? Sedangkan dia sudah selalu bekerja keras demi menghidupi kami.

Sebagai seorang istri kita memang harus mendukung setiap langkah suaminya. Namun ketika hal itu dirasa ada yang janggal, maka sudah menjadi tugas seorang istri untuk mengingatkan.

Ketika Kevin telah tidur, aku pun langsung pelan-pelan bangun, karena mata ini benar-benar yak bisa untuk terpejam. Terus dan terus saja memikirkan, apa pekerjaan baru suamiku itu?

Kupandangi wajah Mas Saleh ketika dia tengah terlelap seperti ini. Wajah yang teduh dan sangat sabar, masih saja sama dengan ketika malam pertama kami menikah dulu. Hanya saja memang saat ini dia lebih sedikit tertutup padaku.

Flash back On

"Mega, maukah kamu menjadi istriku? Insyaallah aku janji akan selalu membahagiakan kamu!"

Menatap wajah Mas Saleh yang sedang tidur itu, membuatku teringat ketika tiga tahun yang lalu dia melamarku.

"Tentu, Mas. Bismillah!" jawabku dengan amat bahagia, karena memang hal ini lah yang telah kutunggu, sejak tiga bulan berpacaran.

"Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih ya, Dek Mega. Aku janji dengan sekuat tenaga akan selalu menjagamu, dan membuatmu tak akan menyesal karena telah menerima pinanganku."

Sebuah cincin kecil disematkan Mas Saleh pada hari manisku. Sungguh, meski ini amat sederhana tapi rasanya ssngat berkesan sekali.

"Amiiin ... insyaallah tak akan ada rasa penyesalan itu salam hatiku, Mas. Dalam keadaan apa pun, aku akan tetap selalu ada di sampingku," jawabku sambil tersenyum.

"Terima kasih sekali lagi ya, Dek. Pasti aku nanti akan selalu setia dan tak pernah mengecewakanmu," ucap Mas Saleh dengan sungguh-sungguh.

"Tapi kamu harus janji padaku ya, kami akan selalu jujur padaku, Mas. Apa pun itu alasanya, aku tak suka dengan pembohong. Jadi, sepahit apa pun keadaanya nanti, wajib kita saling berterus-terang. Bisa?" tanyaku lagi memastikan.

"Tentu, Dek. Aku janji tak akan menyembunyikan apa pun darimu."

Flash back Off

Tiba-tiba ponsel yang ada di atas nakas pun bergetar, tanda jika ada sebuah pesan masuk. Aku pun dengan hati-hati turun dan segera mengambil benda pipih milikku itu.

'Semoga saja ini adalah pesanan tambahan yang akan masuk lagi. Lumayan bisa dikirim sekalian besok,' pikirku senang.

Layar ponsel yang sudah retak pojok atasnya itu, segera saja kubuka. Namun ada rasa sedikit kecewa, karena itu bukan chat orderan dari pelanggan. Namun dari Mbak Desi, istri dari Mas Mamat.

[Mega, kapan kamu bayar utang kamu? Ini udah mau empat bulan loh! Bukanya kemarin pas pinjam katanya hanya dua bulan saja? Bisa dipercaya nggak sih?! Dasar adik ipar kurang ajar!]

Ya Allah ... rasanya mata ini sakit membaca pesan dari kakak iparku itu. Tetapi bagaimana lagi, toh aku memang punya hutang padanya.

[Kenapa cuma dibaca aja? Ada niat bayar nggak? Jangan pikir itu uang nenek moyangnya ya! Ayo cepat bayar, saat ini si Saleh kan sudah kerja! Jangan cuma mau enaknya saja!]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status