Share

Dugaan

"Maksudnya tidurkan aku..., Kamu harus di samping sampai aku tidur!"

Lagi-lagi Kate membuat suasana menjadi canggung. Terlebih lagi sifatnya yang biasanya agresif, jadi membuat Freddy langsung salah paham.

"Kalau begitu..., aku akan menunggu di kursi sana saja."

"Aku maunya kamu di sini, di samping aku," pinta Kate menepuk-nepuk ranjang.

Walaupun terasa berat, namun Freddy memilih menurut. Ia berbaring telentang sementara Kate membelakanginya agar pria itu tak perlu ketakutan.

Kate tersenyum kecil penuh kemenangan. Dia berhasil membujuk Freddy dengan memakai selimut yang sama. Sejujurnya Freddy tak nyaman, tapi tak mengapa. Ia akan segera pindah begitu Kate tertidur dengan pulas.

"Fred..."

"Hmm?"

"Jangan dengarkan kata-kata orang lain. Mereka cuman iri dengan kita kenapa bisa bersama. Aku nggak akan berpaling darimu, sampai aku berada di titik terendahku," ujar Kate dengan suara berat. Dia sudah sangat mengantuk, namun berusaha menenangkan pikiran Freddy terlebih dahulu.

"Aku juga gak akan berpaling. Tapi aku takut kamu bosan sama perlakuanku, Kate."

Tak ada sahutan sedikit pun dari Kate, Freddy merubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat gadis itu dari belakang. Tampaknya Kate sudah tertidur lelap saat ia bicara tadi.

"Aku juga menyukaimu sejak melihatmu pertama kali di pameran kampus. Sampai sekarang aku masih menyukaimu, dan sekarang sudah kumiliki, tapi aku mengecewakanmu berkali-kali."

Setelah mengatakan kata-kata itu, Freddy sedikit lega. Ia meninggalkan Kate yang sudah tertidur lelap. Sampai di dalam kamar Freddy menelepon Jack chairman seorang psikiater sekaligus teman dekatnya.

"Jack, kau sudah tidur?"

"Hampir, tapi belum. Ada apa?"

"Aku gak pernah setuju dengan pernikahan yang kau katakan. Kau bilang ini salah satu terapi pemaparan agar aku mulai terbiasa. Tapi apa? Aku malah menyakitinya berkali-kali."

"Kate sudah mengetahui kau punya Haphephobia?"

"Mungkin."

"Lalu apa anggapannya setelah tahu kau mengidap itu? Dia ingin kalian bercerai?"

Freddy terdiam sejenak. Kate tak pernah keberatan dengan penyakit yang ia punya ini. Namun ia merasa terbebani karena tak bisa memenuhi hasrat Kate untuk berhubungan. Bahkan bersentuhan sekalipun.

"Nggak. Tapi aku yang meminta."

Freddy langsung menjauhkan ponselnya dari telinga ketika mendengar umpatan dari Jack. Ia tahu ini bukan pilihan yang tepat untuk bercerita dengan Jack, karena sudah pasti temannya satu ini pasti tak setuju dengan pendapatnya.

"Freddy..., sebenarnya kau mau hidup sendiri ya seumur hidup? Kau tahu bukan, aku lelah dikatakan gay dengan dirimu yang selalu bersamaku ke manapun. Kali ini bergantunglah dengan istrimu! Gara-gara dirimu aku jadi tak punya pasangan."

"Bukannya memang kau tak ada yang suka?"

Kata candaan itu sukses membuat Jack menjadi kesal. Tapi yang dikatakan Freddy memang benar. Antara dia memang tak tertarik untuk berpacaran, atau karena tak ada yang yang menyukainya. Padahal wajahnya tak kalah tampan dari Freddy.

"Kau lihat saja, aku akan segera menemui jodohku. Paling tidak sekitar sebulan ini aku akan menunjukkannya padamu!"

Freddy sengaja tertawa kecil untuk meledek. Jack buru-buru mematikan ponselnya sepihak begitu mendengar Freddy menertawakannya.

.....

Di pagi harinya Kate harus pergi bekerja sementara Freddy masih harus menyelesaikan gymnya. Gadis itu menghampiri Freddy hendak berpamitan. Namun ia malah fokus melihat punggung Freddy yang lebar berkeringat.

"Kate..., Kau tidak pergi bekerja?" tanya Freddy lembut. Ia menyadari Kate dibelakangnya melalui bayang-bayang barbel kecil yang ia angkat.

"Ini mau pergi, tapi aku rasa harus berpamitan denganmu dulu," Kate mendekat tepat sampai di samping sang suami.

Freddy mendongakkan kepalanya menatap Kate bingung. Biasanya jika begini, di film-film, suami akan mencium istrinya ketika pergi atau sebaliknya. Tapi ia benar-benar bingung harus bagaimana, menyentuh saja sudah takut.

"Kalau begitu kau boleh berpamitan sekarang," ucap Freddy. Kate mendekat dan mencium kening Freddy secepat mungkin.

Freddy melotot karena kaget. Tubuhnya terasa merinding ketika gadis itu menempelkan bibirnya di dahinya. Tapi tidak sampai membuatnya ketakutan, karena Kate benar-benar melakukan hanya dalam beberapa detik.

Jarak gadis itu sudah cukup jauh dari sana. Ia melambaikan tangan sambil tersenyum. "Aku akan pulang lebih cepat!" serunya. Freddy tersenyum kecil setelah melihat kepergian gadis itu.

Apa mungkin ia bisa bangkit dan sembuh dari masa lalu. Walaupun mustahil untuk melupakan kejadian itu, Freddy tetap akan berusaha bangkit untuk menjadi yang lebih baik.

Setelah menghabiskan waktunya di kamar mandi, Freddy melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Waktunya ia pergi menemui Jack untuk berkonsultasi.

Namun perasaan Freddy tak enak, ia merasa seperti diikuti dari mobil belakang. Buru-buru Freddy pergi dengan kecepatan tinggi menuju praktek Jack. Setelah merasa mobil yang di belakangnya tak mengikuti, Freddy memperlambat kecepatan mobilnya.

Freddy berulangkali menoleh ke belakang ketika menghadap Jack. Membuat pria itu jadi kebingungan. "Kau kenapa?" tanya Jack sambil duduk melipat kedua kaki.

"Aku merasa diikuti," jawab Freddy pelan. Jack segera bangkit dari kursinya dan mengecek pintu luar dari balik jendela. Ia bisa melihat keluar, namun orang yang di luar tak bisa melihatnya.

Memang benar ada seorang gadis bertopi hitam mengenakan masker terlihat seperti ingin menguping. Jack tertawa kecil. "Sepertinya itu orang suruhan Kate."

"Kau tahu dari mana?"

"Kenapa masih bertanya? Aku ini sebentar lagi S3 psikologi. Dari gerak-gerik orang aku sudah prediksi itu orang suruhan Kate."

Jack melangkah lebih dekat kemudian menarik tangan Freddy. "Mau kemana?" tanya Freddy bingung. Pasalnya ia sedang malas bangkit dari kursinya. "Ruangan ini kedap suara. Dan bodohnya dia masih berusaha menguping. Aku rasa aku punya ide."

Freddy menghela nafas panjang sungguh ia malas mengikuti Jack yang sangat jahil ini. Padahal umur mereka sudah cukup tua untuk bermain-main seperti ini.

Begitu pintu hendak terbuka, buru-buru gadis itu berlari keruang tunggu bersama dengan beberapa orang yang menunggu di sana.

Kali ini Freddy dan Jack pindah ke ruangan yang tak kedap suara. Dan seperti dugaan Jack, gadis itu pasti mengikuti mereka kesana.

"Jack..." lirih Freddy.

"Sttt, diam aja!"

Dengan kejahilannya, Jack banyak mengeluarkan suara aneh, membuat Abel semakin mendekatkan telinganya di pintu.

"Bagus, Fred! Kau terbaik...!"

Abel menempelkan telinganya. Baru saja pria itu menyebut nama Fred setelah banyak mengeluarkan suara aneh. Abel segera berdiri tegak dengan mata melotot. "Yang kudengar barusan nggak mungkin salah kan?!"

Buru-buru Abel menjauh dari tempat praktek dan mencari tempat yang cukup sepi untuk berbicara Kate dengan Kate mengenai hal ini.

Ponsel Kate berdering beberapa kali, ia hendak mengabaikannya, namun mungkin saja panggilan dari Abel kali ini penting.

"Kate!" teriak Abel dari ponsel. Kate langsung menjauhkan ponselnya. "Abel, telingaku bisa pecah!"

"Ini penting!"

"Ada apa?" tanya Kate jengah.

"Freddy gay!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status