Freddy mempunyai Haphephobia, yang artinya ketakutan berlebihan saat disentuh orang lain. Ayahnya yang sekarat karena mengidap HIV menyuruhnya untuk segera menikah sebagai permintaan terakhir. Alhasil Freddy menikah dengan seorang gadis teman kampusnya dahulu, yang bernama Kate Willow gadis cantik yang berjurusan manajemen bisnis.
Gadis itu menatap cermin besar berusaha membuka gaun pengantinnya yang cukup megah. Ternyata lelah juga membuka semua aksesoris yang banyak bergantungan di tubuhnya. Melihat sang suami terus berlalu lalang ia menjadi terpikir untuk meminta tolong membukakan gaun pengantinnya."Fred bisa bukakan gaunku? Ini sangat jauh dari belakang. Aku tak bisa menggapainya."Dengan langkah berat Freddy berdiri tepat di belakang Kate yang kini berstatus suaminya. Pelan, Fred bisa melihat dengan jelas punggung putih mulus gadis itu dari depan.Tatapannya begitu antusias dan lekat. Kate bisa melihat dengan jelas dari depan cermin. Bahkan sangking dekatnya, hembusan nafas pria itu terasa hangat di lehernya."Fred, udah?" Kate berbalik menghadap sang suami. Tapi Freddy malah mundur satu langkah. Ia ragu, mungkin suaminya sedang gugup karena ini pertama kali bagi mereka."Aku belum lelah, kalau kau ingin melakukannya malam ini, aku masih sanggup," goda Kate hendak memegang bahu Freddy. Namun dengan cepat pria itu menepisnya dan mundur dalam beberapa langkah.Senyuman yang terukir di wajah Kate luntur seketika. "Ada apa?" tanyanya penasaran. "A-aku... Aku belum siap," jawab Freddy gelagapan.Kate tertawa kecil melihat tingkah sang suami yang menurutnya sangat polos. Sejujurnya ia masih ragu, entah karena Fred memang belum siap atau sebenarnya tak menginginkan hal itu. Pasalnya raut wajah pria itu berubah seperti ketakutan.Tapi tak mengapa, ia akan mencari cara lagi untuk menggoda pria itu esok hari. ......Cahaya pagi masuk di antara sela-sela jendela. Kate terbangun dari ranjang dan melihat ke samping. Tak ada Freddy di sana, mungkin pria itu sudah bangun lebih dahulu.Sudah Ia cari di mana-mana Keberadaan Freddy. Mulai dari depan hingga belakang, dan ternyata pria itu berada di studio sedang melukis dengan tenang. Kate tersenyum manis ia sangat menyukai Fred sejak masa perkuliahan dulu. Siapa sangka pria ini telah menjadi suaminya?Kate berinisiatif untuk masak sarapan hari ini. Dengan begini, mungkin Freddy akan semakin mencintainya. Fantasi liar setelah menikah membuat ia tak bisa berhenti tersenyum-senyum sendiri.Dering ponsel Kate berbunyi kuat dan ia yakin biasanya orang yang menelepon sepagi ini hanya Abelia Iskandar sahabat terdekatnya."Morning, babe!""Too.""Berapa ronde yang kau habiskan tadi malam?""Bel, berhenti menggangguku sepagi ini. Kalau kau penasaran kenapa gak menikah aja?""Unghh Kate ahhh..."Kate cepat-cepat memelankan suara panggilan dari Abel. "Kau gila? Freddy bisa dengar tahu!""Habis aku penasaran--"Kate mematikan ponselnya sepihak ketika melihat Freddy berdiri di samping wastafel. Alisnya berkerut, seakan menunjukkan kalau dia sedang bingung."Dengar soal apa?""Sejak kapan kamu di sini?""Hm sekitar satu menit yang lalu?""Kau butuh sesuatu?""Tadinya aku mau tanya kamu mau ikut pesan makanan atau tidak, tapi kelihatannya kamu lagi bikin sarapan...?""Ya... begitulah. Kalau misalnya kamu tetap mau pesan makanan online, gak masalah juga.""Aku tunggu kamu selesai masak aja. Panggil ya kalau sudah selesai."Kate mengangguk. Ia lagi-lagi tersenyum melihat punggung dan bahu Fred yang lebar. Sambil berfantasi pria itu akan memeluknya dari belakang dan... Selanjutnya mungkin bisa kalian pikirkan sendiri.Tak lama setelah itu, Kate menghampiri studio lukisan Freddy yang begitu indah. Di kelilingi dengan lukisan klasik serta cat dinding berwarna abu-abu muda yang membuat pikiran tenang.Kate memeluk suaminya erat sambil menempelkan wajah di punggung sang suami yang lebar. "Kau sangat seksi dari belakang."Kalimat itu sukses membuat Freddy merinding. Ia segera bangkit dari kursi berusaha menetralkan nafasnya yang tak beraturan."Kau tidak apa Fred?" tanya Kate khawatir, pasalnya sekujur tubuh Freddy tampak berkeringat. Nafasnya tersengal seperti seseorang yang ketakutan."Hosh, hosh..."Freddy memberi tanda dengan telapak tangannya agar gadis itu tidak perlu mendekat. "Tak usah khawatir, aku sering begini.""Sebenarnya kamu kenapa?""Aku punya asma. Tapi tidak masalah, sebentar lagi akan normal."Meski Kate khawatir, tapi ia merasa sedikit kecewa dengan sikap Freddy yang selalu menjauh setiap kali ia mendekat. Terutama saat tidur seranjang, Freddy terus membelakanginya."Sarapannya udah jadi. Aku tunggu di bawah."Freddy mengangguk. Kate bisa melihat dengan jelas raut wajah pria itu tampak lebih tenang saat ia menjauh. Walaupun hal ini masih dugaannya."Huft, apa dia ilfeel setelah menikah?" ....Kate menatap cermin besar lagi dan lagi. Ia lihat dari atas sampai bawah, depan dan belakang. Tidak ada yang salah dengan dirinya. Tubuh mulus dan putih. Tapi kenapa Freddy menjauh sejak ia menyuruh membukakan kancing gaun?Ia mengambil satu lingerie yang diberikan Abel sebagai hadiah pernikahan. Sahabatnya yang satu ini memang paling mesum. Kate jadi penasaran, bagaimana jika dia mencoba lingerie yang diberikan Abel, sebelum ia memakainya untuk Freddy."Ini gila! Sudah sependek ini transparan lagi? Ah kenapa aku heran, pasti Abel terinspirasi dari film biru favoritnya."Gadis itu sedikit kagum dengan dirinya. Dia cantik, tubuhnya ramping, tinggi semampai, putih dan mulus. Lantas apa yang membuat Freddy seperti ketakutan saat ia akan mendekat."Kate, aku mau pergi..."Keduanya bertatapan selama beberapa detik, sebelum akhirnya Freddy menutup kembali pintu dengan kuat. Baik Kate maupun Fred sama-sama terkejut dan tak bisa berkata apa-apa.Wajah Freddy sudah merah seperti tomat. Jantungnya berdegup kencang seakan terdengar di telinga. Sudah lama dia tak seperti ini, terakhir kali saat pameran seni di Harvard university. Gadis yang dia lihat memakai gaun putih selutut dengan bahu terbuka."Sayang...," lirih Kate.Ya. Inilah gadis itu. Seseorang yang membuat ia penasaran siapa gadis itu, dan sekarang sudah menjadi istrinya.Freddy menghela nafas berat karena tak berani menatap lawan bicaranya sama sekali. Gadis itu mendekat dan memeluk sang suami dari belakang. Refleks Freddy mendorong Kate hingga tersungkur."Kate...! Maaf, aku benar-benar tidak sengaja."Kecewa, kesal, marah. Kate tidak tahu harus melampiaskan kekesalan ini pada siapa. Entah karena ini kesalahannya sebagai istri yang tidak sesuai dengan keinginan Freddy. Atau Freddy yang mendadak tak menginginkan Kate sebagai istri. Lantas mengapa pria itu menikahinya?"Kate..." lirih Freddy sekali lagi."Kenapa kau menikahiku kalau memang tak suka?""Bukan begitu...""Katakan alasannya?! Apa aku tidak cantik? Tidak menarik? Katakan! Katakan padaku!" seru Kate meminta penjelasan kepada Freddy."Aku udah terbiasa dengar kata selingkuh. Dalam pernikahan itu saja sering terjadi, apalagi berpacaran.""Jadi maksudmu selingkuh itu biasa?""Kate... sejujurnya aku gak mau mendengar kata selingkuh lagi. Tapi karena kamu cerita, maka reaksiku pun hanya seperti itu.""Maaf...""Untuk apa minta maaf? Kamu nggak salah. Mending kita makan dulu yuk. Aku udah lapar..." Kate kini mengembangkan senyumannya. "Kamu mau makan apa siang ini? Biar aku masakin.""Makan apa aja yang paling enak."Kate mencubit hidung mancung Freddy. "Memang ya suamiku ini," geramnya."Aduh, duh," Kate langsung berlari sambil tertawa setelah mengambil kesempatan menjahili Freddy. Freddy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya ini.Seusai makan, baik Kate dan Freddy sama-sama berbaring di ranjang yang sama. Tapi keduanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Walaupun begitu keduanya memegang ponsel hanya takut j
Lagi-lagi Freddy menerima panggilan dari penjara. Dia tahu ini ulah wanita tua itu. Freddy ingin datang ke sana bermaksud untuk menyuruh gadis itu segera berhenti meneleponnya. Tapi ia tak punya keberanian sedikit pun. Takut jika trauma yang ia alami malah semakin menjadi-jadi.Demi memperbaikinya hubungannya dengan Kate, Freddy memilih untuk pergi ke penjara dan menyelesaikan semua masalah yang terjadi antara dia dan mantan ibu tirinya.Detik-detik berlalu, saat wanita tua itu berada di ruang komunikasi. Mereka tidak akan bersentuhan secara langsung, tapi dengan melihat wajahnya saja Freddy merasa mual."Anakku akhirnya datang juga," ucap wanita tua itu. Penampilan dan sikapnya seakan berubah drastis, persis seperti orang gila yang berada di jalanan. "Saya bukan anak anda. Dan tak akan pernah menjadi anak anda," jawab Freddy tegas. Wanita tua itu melihat tangan Freddy yang gemetaran, kemudian tertawa kecil."Kau berkata seperti itu, pad
"Dicky Alexian. Dia yang selamatkan aku."Freddy terbungkam. Bukan karena tak mau menerima kenyataan, hanya saja ia merasa cemburu jika nama Dicky harus disebut kembali. "Kenapa Fred?""Bukan apa-apa. Syukurlah kamu selamat, aku senang mendengarnya. Tapi kamu harus hati-hati, jangan pergi-pergi sendiri. Aku takut kamu kenapa-napa lagi."Kate tersenyum tipis, walaupun sebenarnya ia masih kesal dengan perlakuan Freddy tadi."Maaf Kate," ujar Freddy lirih."Gapapa, aku mulai terbiasa di dorong olehmu. Lain kali dorong saja aku ke ranjang hahaha..."Freddy mengacak rambut Kate, sambil tersenyum lega. Sementara Kate menatap mata Freddy yang tampak tulus tapi menyebalkan. "Selain mengacak-acak rambut, kau ini sangat pandai mengobrak-abrik hati orang," ungkap Kate. "Aku bingung, padahal aku mulai terbiasa denganmu. Tapi entah kenapa aku masih aja ketakutan."Kate menepuk-nepuk pelan paha Freddy. "Yaudahlah
Begitu sampai di rumah Kate berlarian ke sofa dan berbaring lega. "Huh, capek juga."Freddy tersenyum kecil kemudian pergi ke dapur. Selang beberapa menit, ia kembali dengan teh hijau ditangannya. "Ini minum dulu..."Kate menatap pria itu haru. "Fred, ya ampun... harusnya aku yang membuatkanmu minum. Maaf ya aku memang gak pengertian.""Gak apa-apa sayang. Lagian aku juga sekalian buat punyaku."Kamu panggil aku apa tadi?""Sayang?""Ini pertama kalinya kamu panggil aku sayang, aku senang banget tahu!"Kate menggenggam tangan Freddy dan menatap mata biru sang suami. "Mata kamu cantik banget ya? Aku senang banget tahu gak dapat kamu. Udah ganteng, pintar, pengertian, bisa semuanya, kecuali masak sih. Pokoknya perfect deh.""Menurut aku..., aku lebih beruntung dapat kamu. Kate yang pintar, mandiri, bisa semuanya, penyayang, berbakat. Apa lagi yang gak kamu bisa?""Aku belum bisa dapatin hati kamu sepenuhn
Buru-buru Kate berlari mengambil obat-obatan di lemari dapur. Obat-obat itu dimakan Freddy empat sekaligus sekaligus meminum segelas air dari tangan Kate."Gimana Fred?" tanya Kate penuh khawatir."Gak apa-apa sebentar lagi aku bakal lebih tenang.""Huft, syukurlah."Freddy mendongakkan kepalanya. "Kate..." lirih Freddy."Hm? Masih lemas?""Kamu masih bisa kan kasih aku waktu untuk mencoba? Aku mau lebih cepat sembuh. Gak apa kalau di dunia ini aku hanya bisa menyentuhmu seorang. Karena alasanku tetap hidup karenamu.""Aku bakal nunggu mau itu satu tahun atau satu abad lagi. Pokoknya kamu harus sembuh! Kita berjuang sama-sama ya, semangat!"---Libur musim semi telah tiba. Kate memilih untuk berdiam diri di rumah. Padahal jika libur begini, biasanya Kate menghabiskan waktunya lebih banyak di luar bermain dengan teman-temannya.Tapi gaya hidupnya kini berubah semenjak menikah dengan Freddy. Karena Freddy tak suka keramaian. Itu sebabnya ia berbaring telentang di sofa dengan mata mengan
"Aku punya cinta pertama waktu kecil sekitar umur enam tahun. Dia gadis yang cantik, bijak dan pintar. Aku pertama kali melihatnya saat kami ngontrak di depan rumah gadis itu. Dulu keluargaku suka berpindah-pindah tempat. Jadi sebelum tahu namanya, kami sudah pindah duluan."Kate memutar malas bola matanya. "Aku juga cantik, bukan berarti aku yang bilang ya. Kebanyakan orang memang memujiku cantik. Aku juga pintar dan bijak, makanya dalam beberapa bulan aku jadi manajer di perusahaan besar."Freddy tertawa kecil mendengar ocehan Kate yang tengah cemburu. "Haha iya deh kalian sama.""Aku lebih!""Iya kamu lebih. Kamu lebih dari siapapun bagiku..."_Sial! Manis banget, dia belajar dari mana coba?_"Ekhem! Aku sedikit senang sih. Tapi alasan kamu milih nikah samaku cuman karena cantik dan pintar doang? Atau sama kayak cinta pertama kamu itu?""Dia punya sesuatu yang nggak kupunya," jawab Freddy serius. Sejujurnya Kate sedi