Share

Suamiku Ustadz Dingin
Suamiku Ustadz Dingin
Author: El Alfun27

1. Dituduh

Author: El Alfun27
last update Last Updated: 2023-10-23 17:09:56

"Ustadz kok bisa ada disini?" ucap Balqis menatap sekitar.

"Ini kamar saya," jawab Ashraf. Tatapannya tajam dan dingin.

"Hah, aku kok bisa ada disini," lirih Balqis kebingungan. Dia melihat setiap sudut tempat itu yang sangat asing.

"Keluar kamu sekarang! Bisa-bisanya ada di kamar saya." Gertak Ashraf dengan nada tinggi.

"Ba-baik ustadz, permisi," 

Tapi sebelum Balqis keluar, tiba-tiba ada beberapa teman Ashraf yang memasuki kamar Ashraf.

"Astaghfirullah, Ustadz Ashraf membawa santriwati ke kamarnya?" ucap seorang Ustadz yang merupakan teman dekat Ashraf. juga beberapa orang yang melihat kegaduhan itu.

"Saya tidak menyangka Ustadz Ashraf begini, bagaimana nanti jika Ning Ayra tahu." 

"Ustadz, ini bukan Ustadz Ashraf yang saya kenal."

Ashraf tak ada jawaban saat beberapa ustadz bertanya kepadanya. Tentang Balqis yang sudah ada di kamar Ashraf.

"Maaf semuanya, tapi jangan salah paham dulu. Saya juga tidak tahu kenapa ada dia di kamar saya?" beo Ashraf tak ingin terjadi kesalahpahaman diantara dirinya dengan santriwati itu.

Semua saling menuduh, tak ada satupun yang membela Ashraf. Bahkan Dito temannya saja turut diam.

Sementara Balqis hanya terdiam, tidak punya nyali untuk menjelaskan. Dia dihadapkan dengan para ustadz senior yang sudah mengajar lama di Pesantren Al- Fatah ini.

"Kamu? Santriwati yang sering melanggar itu kan? Sudah diapakan kamu sama ustadz Ashraf," cecar Zain, Ustadz yang sedikit tidak menyukai Ashraf.

"Jaga ucapanmu Zain, sedikit saja kamu menuduh itu bisa jadi fitnah. Istighfar," Ashraf membantah tuduhan Zain.

Zain hanya mendengkus, keadaan semakin ramai. Bahkan ada beberapa orang pun memasuki kamar Ashraf.

"Ada apa ini?" tanya Gus Rohman, anak pertama Kyai Zulkifli.

Semua terdiam, saat Gus Rohman yang sangat terpandang itu memasuki kamar Ashraf. Entah apa yang sudah membuat Gus Rohman sampai mendengar kegaduhan dalam kamar itu.

"Maaf Gus, ini atas dasar salah paham. Demi Allah, saya tidak melakukan apapun dengan dia," lirih Ashraf sambil menunduk.

"Ini bisa dijelaskan di hadapan Kyai Zulkifli, ayo Ashraf ikuti saya," ujar Gus Rohman lalu meninggalkan kamar itu.

Ashraf pun mengikuti langkah Gus Rohman, dan Balqis juga berjalan di belakang Ashraf. Semua tatapan tak suka ditujukan kepada Asraf dan juga ke Balqis, terkhusus ke Balqis.

***

"Ustadz Ashraf, tolong dijelaskan. Ada apa ini?" tanya Kyai Zulkifli saat berada di aula pesantren, ditemani sang istri- Nyai Asma yang duduk disampingnya.

"Abah, Ashraf ketahuan satu kamar dengan Balqis, santriwati yang sering melanggar aturan," Gus Rohman mencela Ashraf yang hendak menjawab.

"Rohman, Abah sedang bertanya kepada Ashraf, jadi kamu diam dahulu," tegas Kyai Zulkifli. Meskipun pikirannya penuh tanda tanya

"Maaf Abah Kyai, saya juga tidak tahu kenapa ada santriwati di kamar saya. Saya tadi sedang masuk di kamar mandi, dan setelah keluar tiba-tiba dia sudah berada di kamar saya," bela Ashraf sambil menunjuk Balqis, menjelaskan kronologi kejadian tadi.

"Abah yakin, Ustadz Ashraf ini orang baik-baik dan tidak mungkin akan melakukan hal seperti itu apalagi di kawasan pesantren," ucap Kyai Zulkifli berdiri menatap satu per satu orang-orang yang berada di depannya.

"Maaf Kyai, kami melihat dengan mata kepala kami sendiri. Mereka sedang berduaan di dalam satu ruangan, tolong ini lebih dipertegas lagi kalau tidak akan jadi masalah buat santri yang lain."

Zain semakin mengompori semua orang dan Kyai Zulkifli untuk mempercayai semua yang dia ucapkan.

"Maaf Kyai, saya mungkin dikenal santri kurang baik di pesantren ini. Tapi saya tidak akan melakukan hal itu, apalagi dengan Ustadz Ashraf. Saya cukup sadar diri," lirih Balqis.

Balqis mendongakkan kepalanya, menatap semua orang. Dirinya cukup sadar diri dengan keadaannya.

"Baguslah kalau kamu sadar diri!" papar Ashraf dengan kata-kata dingin nan tajam. 

Seperti teriris pisau, namun Balqis sudah terlalu biasa dengan semua tatapan tak suka dan perlakuan kurang baik dari beberapa orang. Balqis hanya oasrah dengan unian yang menimpanya sekarang.

Tiba-tiba ada beberapa pengurus pesantren putri memasuki ruangan itu. Dan juga putri bungsu Kyai Zulkifli, yaitu Ning Ayra.

"Ada apa ini Abah?" tanya Ayra- putri Kyai Zulkifli dengan wajah penasaran. Lalu sambil melihat Ashraf dengan raut bertanya.

"Ayra, ini semua fitnah. Tolong dengarkan penjelasan saya," Ashraf mencoba mendekati Ayra, tunangannya. Mereka berdua dijodohkan oleh Kyai Zulkifli dua bulan yang lalu dan juga keduanya saling menyukai.

"Sepertinya pertunangan kalian harus batal. Demi kebaikan pesantren ini," ucap Kyai Zulkifli membuat semua orang terkejut dan syok. Ayra tersentak mendengar penuturan sang Abahnya.

"Tapi Kyai, ini semua tidak benar. Saya difitnah, demi Allah. Saya tidak melakukan zina dengan santriwati itu. Kalaupun ada bukti, tapi mereka tidak melihat saya melakukan hal apapun. Mereka hanya melihat saya berdua saja," protes Ashraf.

Ashraf sangat tidak terima dengan keputusan Kyai Zulkifli, nafasnya naik turun. Dia tak bisa menerima tuduhan itu.

"Abah, dengarin dulu penjelasan ustadz Ashraf. Ayra yakin, dia tidak mungkin melakukan hal demikian. Walaupun dia ketahuan berdua dengan perempuan itu, Ayra yakin pasti perempuan itu yang berusaha menggodanya," tampik Ayra dengan membela Ashraf. Semakin menyudutkan Balqis.

"Ayra, jaga ucapan kamu, Nak. Jangan langsung menyimpulkan demikian. Tarik kembali kata-katamu Ayra," Nyai Asma mencoba menenangkan sang anak bungsunya. 

"Maaf Ning Ayra, mungkin bagi Ning dan semua orang disini saya bukan santriwati baik. Tapi hal demikian tidak pernah saya lakukan. Saya tidak menggoda ustadz Ashraf, saya dijebak dan kami difitnah."

Balqis gemetar, air matanya jatuh seketika. Di saat seperti ini, tidak ada yang bisa dibela. Semua orang sepertinya menuduhnya, menyimpulkan bahwa dialah akar masalahnya.

"Sudah cukup, Abah tidak mau memperpanjang masalah ini lagi. Abah sudah memikirkan hal ini dan mempertimbangkan akibatnya. Maafkan aku Asrhaf, pertunanganmu dengan Ayra harus dibatalkan. Ini keputusan Abah, mungkin kamu tidak boleh bersama." 

Kyai Zulkifli mengusap pelan bahu Ashraf, lalu meninggalkan semua orang disana. Disusul Gus Rohman, putra sulungnya.

"Ayra, ini fitnah, kamu yakin aku tidak bisa seperti itu. Aku juga tidak akan mau bersama santriwati sepertinya. Ini benar-benar fitnah," Ashraf berusaha membujuk Ayra agar tunangannya itu percaya padanya.

Mata Ayra memanas, tatapannya sangat tajam ke arah Balqis. Ayra selalu mencintai Ashraf, dan cintanya berbalas.

Ayra tidak terima, ia meraih kertas yang dibawanya. Lalu menghampiri Balqis yang tertunduk lemah.

"Kebijakan Pelakor! Kebijakan pelajar nakal! Gara-gara kamu, pertunangan kami gagal. Salah apa saya sama kamu? Tega-teganya menggoda tunangan saya!"

Tanpa aba-aba, sebuah tamparan melayang ke pipi kiri Balqis. Balqis yang belum siap dengan aksi itu nyaris terhuyung mundur. 

"Astaghfirullah, Ning Ayra."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Andi Jo
sanggat bagus
goodnovel comment avatar
Alfianti Ilha
Ceritanya bagus Thor. Mengisahkan tentang pesantren, lanjutkan dan tetap semangat Thor......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Ustadz Dingin   122. Tamat : Kisah mereka telah usai.

    Setelah empat tahun semenjak kelahiran ketiga anak kembar Balqis dan Ashraf. Akhirnya Ashraf mampu membuat pesantren sendiri. Bermodalkan dari usahanya yang sukses semakin berkembang besar dan jerih payahnya atas dakwahnya yang berhasil membuat banyak orang mengenalnya. Dari sanalah, Ashraf membangun relasi yang banyak dan kuat. Pesantren Al Muhajirin yang bertepatan di kota Semarang. Pesantren yang masih memiliki beberapa ratus santri. Karena memang baru berdiri sekitar dua tahunan. Merupakan pencapaian terbesar untuk Ashraf dan Balqis.“Kyai Ashraf, tamunya sudah datang. Beliau sedang menunggu di Masjid,” ucap seorang pengurus putra menemui Ashraf di ruang khusus tempat Ashraf beribadah.“Setelah ini saya kesana,” kata Ashraf menyudahi dzikirnya. Lalu segera menuju ke rumah yang berada di ujung pertengahan antara asrama putra dan asrama putri.“Humairah,” panggil Ashraf memasuki kamarnya. Pandangan pertama yang dilihat ialah ketiga putranya yang sedang belajar menulis bahasa arab d

  • Suamiku Ustadz Dingin   121. Sebuah Kebahagiaan dan bertemu kembali

    Satu tahun kemudian, Gibran lulus madrasah Aliyah dan dia berhasil mendaftar kuliah di universitas luar negeri. Yaitu Universitas Cairo, Mesir. Dengan mengambil jurusan Tafsir Hadits. Perasaan terharu oleh kelas sebelas PK A. Saat ini mereka sedang merayakan kelulusannya di asrama putra. Setelah acara resmi kelulusan mereka oleh pesantren Al Fatah.“Bye bro, setelah ini kamu akan merindukan aku,” kata Andre dengan menyalami satu per satu temannya. Semuanya pun tertawa ngakak karena ekspresi Andre yang hampir mau menangis.“Sampai bertemu di waktu lain, bro,” ucap Gibran pada Andre sambil menepuk bahu Andre berkali-kali.“Siap bro, kamu semoga sukses ya,” kata Andre pada Gibran. Mereka semua melakukan pelukan persahabatan. Acara sederhana di kantin asrama putra itu. Mereka makan bersama sambil merencanakan rencana yang akan mereka lakukan setelah lulus. Lalu Ashraf datang bersama dengan Fakih. Sudah agak lama Ashraf tak berkunjung ke Al Fatah. Paling hanya kalau mau ketemu Gibran atau

  • Suamiku Ustadz Dingin   120. Maaf menganggumu

    Ashraf membawa Balqis di suatu tempat tak jauh dari gang komplek rumahnya. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor. Terlihat begitu mesra saat Balqis memeluk Ashraf dari belakang. Ashraf pun terlihat memperlakukan Balqis dengan sebaik mungkin. Memasangkan helm dan juga membantu Balqis naik dan turun dari motor.Setelah sampai di gedung yang tak seberapa besar itu. Mereka pun sama-sama turun. Memasuki gedung itu sambil bergandengan tangan. Tak ada yang berniat untuk melepas gandengan tangan keduanya. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa orang. Ada Fakih dan Bagas dan beberapa ibu-ibu yang memakai baju yang seragam warnanya. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan Ashraf dan Balqis.Lalu mereka berkumpul di satu ruangan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak yang juga cukup berumur.“Hari ini adalah pembukaan untuk bisnis kuliner kering, ini Ashraf selamu owner. Semoga bisnis kita lancar,” ucap Fakih membuka pembicaraan. Semuanya tampak memperhatikan dengan baik setiap pes

  • Suamiku Ustadz Dingin   119. Mereka benar-benar ikhlas dan mencoba memberi rasa pada orang baru

    Ayra memutuskan untuk mempunyai hobi baru dan memilih untuk hidup lebih mandiri lagi. Semenjak hari itu Ayra benar-benar memikirkan nasibnya lagi. Mencoba untuk melupakan semua kenangannya dengan Ashraf. Bahkan semua hal tentang Ashraf, Ayra sudah buang jauh-jauh. Seperti hari ini Atra memilih untuk ke pentas seni lukisan di sekitar Jakarta Timur. Sebab Ayra memang punya hobby yang pernah dia tekuni yaitu suka melukis.Tampilan beberapa seni lukis yang di pajang di lorong-lorong menuju ruangan bazar seni lukis itu. Ada banyak tampilan lukisan dari berbagai penulis besar. Banyak orang yang hadir termasuk para penikmat lukis dan juga beberapa orang yang ingin belajar khusus di seni lukis.“Ning Ayra,” sapa seorang laki-laki dengan pakaian khas santri. Para santri Al Fatah memang se konsisten itu tentang pakaian ke santriannya. Baik itu masih menjadi santri maupun sudah menjadi alumni santri.Ayra menoleh dan melihat laki-laki itu dengan cermat. Namun Ayra sedikit lupa laki-laki itu siap

  • Suamiku Ustadz Dingin   118. Anak itu pembawa rezeki, Mas.

    Balqis menepuk-nepuk punggung putranya dengan bergantian. Sebab salah satu menangis maka keduanya juga ikut menangis. Karena mereka sedang tertidur jadi bangun karena salah satunya ramai karena menangis.“Cup cup cup, ayo anak ibu, diemnya jagoan. Ibu lagi sendirian soalnya, ayah lagi ada urusan. Ayo mana anak Sholeh kok cengeng sih, ayo diam, kalian kenapa sih nak? Mas Ashraf, angkat dong,” ucap Balqis seorang diri sambil menenangkan ketiga buah hatinya. Dan juga sambil berusaha menghubungi Ashraf. Karena panggilannya tak diangkat sudah beberapa kali.Lalu Ashraf tiba-tiba masuk ke kamar dengan terburu-buru dan langsung menggendong satu per satu putranya. “ Maaf Humairah, tadi hpnya ke silent, jadi ga kedengaran waktu kamu nelfon. Maaf ya anak-anak ayah, ayah telat datengnya. Sekarang tenang ya, kasian ibu kamu pasti capek,” kata Ashraf sambil menggendong anaknya. Satu per satu dan sampai mereka semuanya tenang. Baru Ashraf taruh kembali ke ranjang tempat tidurnya.“Gak apa-apa kok M

  • Suamiku Ustadz Dingin   117. Bisnis yang sekiranya menguntungkan

    Balqis memberikan asi pada ketiga putranya. Dengan sangat pelan dan bergantian, putranya pun terlihat sangat menikmati. “Mas, liat anak-anak kita, dia semakin gembul ya,” ujar Balqis menunjukan salah satu putranya pada Ashraf yang sedang berkutat dengan laptopnya.“Iya Humairah, mirip kamu ya kalau gembul gini,” kata Ashraf sambil menoel-noel pipi putra-putranya. Anak pertama dipanggil Adam anak kedua dipanggil Idris dan anak ketiga dipanggil Ibrohim. Semua itu nama-nama yang diberikan oleh Ashraf. Karena memang dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkannya. Ashraf sangat senang dengan pemberian nama itu kepada ketiga putranya. Sebab dia tak menyangka kalau akan dikarunia langsung tiga putra yang sangat menggemaskan. Sementara Balqis memang menyerahkan nama-nama untuk anaknya kepada sang suami.“Humairah, saya izin mau bertemu dengan teman saya. Mau bahas seputar bisnis, boleh?” tanya Ashraf meminta izin untuk pergi keluar.Balqis meletakkan bayinya di ranjangnya. “Iya Mas, hati-hati y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status