..“Nina, jangan merekam!” ucap Aila kesal.Nina menyeringai dan itu terlihat sangat menyebalkan, “siapa yang rekam? Aku melakukan live kok, Aila, sapa penggemarmu, katanya kamu makin cantik aja setelah turun berat badan!”Aila mengernyitkan dahinya, rupanya Nina memanfaatkan berita viral tentang Aila, Rendi, Sari dan Alex hingga dia mendapatkan banyak pengikut. Anehnya, Sari tidak masalah meski masalahnya diekspos oleh temannya.Mereka memang aneh.“Begini, Sari, maaf aku tidak bisa memanggilmu mama lagi karena aku sudah cerai dengan anak tirimu, sekarang yang tidak tahu diuntung siapa? Ayahnya Rendi memungutmu dari kemiskinan dan menikahimu, hingga kamu bisa hidup enak, lalu kamu seenaknya sendiri menggoda anak tirimu, mantan suamiku, kenapa kamu tidak memiliki malu, Sari? Apa mukamu sudah sangat tebal?” ucap Aila, dia kali ini berani karena dia sudah muak selalu ditindas oleh Sari atau Nina.Mungkin juga karena ada Alex, seseorang yang selalu bisa menguatkannya, jadi dia merasa me
..Aila menatap Alex cukup lama, menunggu jawaban dari bibir lelaki tampan tersebut.“Selama ini hidupku membosankan entah itu sebelum berpacaran dengan Stevi, setelah berpacaran atau pun setelah putus, rasanya hidupku begitu-begitu saja. sebenarnya orangtuaku kurang setuju aku menjadi dokter, karena mereka menginginkan aku yang meneruskan bisnis keluarga. Aku sebenarnya tidak masalah meneruskan bisnis keluarga, tapi – apa ya? Aku ingin mengejar sesuatu yang benar-benar ku inginkan.Jadi sat aku bersemangat untuk kuliah kedokteran, aku tidak peduli kata-kata orangtuaku, mereka pun akhirnya mendukungku, kemudian keluargaku juga memiliki rumah sakit, pas sekali ada aku yang menjadi dokter. Sekarang setelah bertahun-tahun, kesenangan itu perlahan sirna, aku mulai pada titik jenuh. Bukan karena sudah malas menjadi dokter, hanya saja aku butuh sesuatu yang baru, yang bisa menggerakkan hatiku.Kemudian aku menemukanmu, Aila. Pertama aku melihatmu saat mengantar yah mertuamu, ku pikir kamu
..“Nak Alex sudah pacaran belum sama Aila? Kalo belom, tante masih ada dua anak perempuan, anak laki-laki tante, adiknya Aila lagi kerja di luar kota.”“Mama! Jangan gitu ah, Aila sama Alex itu temenan aja kok” Aila buru-buru menyahuti ucapan ibunya. Aila dan Alex sudah sepakat untuk tidak mengatakan apapun tentang hubungan mereka.Lebih tepatnya, Aila yang mendesak Alex untuk tidak mengatakan apapun, hanya boleh bilang teman atau sahabat, tidak lebih dari itu. Alex pun mau saja setelah diancam.Padahal tujuan Alex mau menginap di rumah Aila untuk mendapat restu orangtuanya Aila, sepertinya akan susah jika Aila saja tidak mau terbuka.Tapi tidak apa, itu lebih baik daripada Alex ditolak.“Apa sih Aila, mama cuma suka aja sama nak Alex, dia ganteng, bule, dokter, baik lagi! Ah, kayaknya gak cocok sama Aila deh, ya kan pa? Cocoknya sama Anita, Anita ini masih SMA, cantik kan nak Alex? Kalo Aila sih udah gendut, janda, kamu pasti gak suka kan nak?”Sungguh, hati Aila sakit dihina seper
..Akhirnya Aila harus pergi lagi ke Jakarta. Bukannya terasa berat, tapi malah terasa sangat enteng. Bukan berarti Aila tidak menyayangi keluarganya, dia sayang, tapi mau bagaimana lagi, berada di rumah hanya membuat Aila merasa tertekan. Kalau pun berat mungkin Aila hanya berat pada ayahnya saja.Lagipula, Aila memiliki alasan untuk pergi ke Jakarta bersama Alex, yaitu pekerjaannya di rumah Sarah. Aila sudah menceritakan tentang pekerjaannya tersebut, ibunya jadi mendukung setelah tahu berapa gaji Aila.Diminta atau tidak, sebenarnya Aila sering mengirimkan pada ibunya, agar bisa membantu, meski tidak banyak. Meski ucapan ibunya menyakitkan, tetap saja ibunya adalah ibu yang melahirkannya. Aila memilih untuk mengalah.Aila dan Alex kali ini berangkat menggunakan pesawat, agar lebih cepat. Itu karena Alex mendapatkan pesan dari keluarganya, jika ada acara dan penyelenggara acara adalah keluarga besar Alex.Yang pasti acaranya semacam pesta, mereka mengadakannya di sekitar PIK. Kelua
..“Hai, kita bertemu lagi, kebetulan sekali ya?” ucap lelaki itu, Aila bahkan tidak tahu namanya, dia juga pasti belum tahu nama Aila.“Kamu siapa?” tanya Alex dengan nada ketus.“Hanya tetangga, apartemenku di sebelah sana, dan aku hanya ingin berterimakasih pada Aila” ucap pria itu.Aila menoleh pada pria itu, dari mana dia mengetahui nama Aila?Lalu – apartemen lelaki itu adalah apartemen yang bukan kaleng-kaleng, sangat besar dan mewah, untuk membeli satu apartemen termurah saja bisa sampai 20 miliar rupiah. Memang fasilitasnya nomor satu, belum lagi lokasinya memiliki pemandangan terbaik.Aila tidak iri kok, dia sudah bersyukur karena Alex mau menumpanginya apartemen kecil yang bagus. Meski menurut Aila itu apartemen masih mahal sekali. Bagaimana tidak, apartemen Aila itu jika dibeli sekitar 5 miliar rupiah.Entah kenapa, Aila jadi penasaran dengan apartemen lelaki itu, Aila berharap Alex bisa berteman dengan dia dan kemudian diajak ke apartemennya.Aila hanya penasaran, tidak
..“Apartemenmu bagus juga ya?” ucap Ricky, dia membawakan sebagian belanjaan Aila, meletakkannya di atas meja di dapur.“Bukan apartemenku, aku dipinjami temanku” sahut Aila.“Apa dia lelaki yang waktu itu bersama denganmu?” tanya Ricky, dia duduk di kursi lalu menuangkan cola yang Aila keluarkan dari lemari pendingin ke dalam gelas bening kecil, kemudian meminumnya dengan cepat.“Benar, ini apartemen punya Alex” ucap Aila.Ricky mengangguk-angguk, “apa dia suamimu? Atau pacarmu?” tanya Ricky lagi.“Haha, bu-bukan kok...” Aila bingung harus mengatakan seperti apa, tapi karena ada kesepakatan untuk menyembunyikan hubungan itu, dia memilih untuk mengelaknya, tapi Aila merasa Alex akan marah.Ah, tidak lah, kenapa juga dia marah? Ricky kan tidak menyukai Aila.“Kalo bukan ya syukurlah...”“Kenapa syukur?”Ricky tertawa kecil, “gak apa-apa kok, hehe.”“Ricky mau makan siang disini? Kamu udah bayarin belanjaan dan bantuin aku, jadi paling enggak, aku ingin masakin kamu sesuatu” ucap Aila
..“Alex, ini mama kenalkan kamu dengan putri keluarga Kuncoro, namanya Delia, cantik, kan?”Alex menggerutu dalam hatinya, dia tidak suka saat ibunya mengenalkan seseorang padanya, dulu Stevi juga dikenalkan padanya, tapi ternyata Stevi tidak baik.Lalu sekarang perempuan mana lagi yang mama nya kenalkan?Delia memang kelihatannya cantik, langsing, modis, semua yang dia pakai terlihat mewah dan mahal, padahal dia mengenakan pakaian santai. Yah, kenyataannya baju santai itu memang satu potongnya seharga ratusan juta.Alex lebih suka tipe sederhana dan apa adanya seperti Aila, yang manis, tabah, perhatian dan mandiri. Bukannya perempuan yang hanya bisa memamerkan harta orangtuanya.“Kenapa aku lagi? Kenapa bukan dikenalkan pada kakak? Aku tidak mau dijodohkan dengan siapapun ma, dia bukan tipe ku” ucap Alex, setelah mengatakan itu dia melenggang pergi begitu saja.Dia menghormati orangtuanya, tapi bukan begitu juga caranya.“Alex! Kembali kamu, jangan gak sopan gitu sama Delia!”Tapi,
..“Aila!”Ricky mengejar Aila, yang sudah duduk di pinggiran pantai yang saat itu cukup sepi.Kemudian Ricky duduk di samping Aila.“Hey, kamu kenapa?”Aila menggeleng pelan, sambil mengusap aira mata yang entah kenapa keluar sendiri meski dia sudah menahannya.“Aku baik-baik aja kok.”“Enggak mungkin lah, masa nangis gini baik-baik aja sih?” Ricky meraih dagu Aila, lalu menghadapkan wajah Aila padanya.Pipi putih itu memerah, hidungnya pun memerah, Ricky tidak akan mengatakan jika Aila yang menangis itu lucu, nanti tersinggung lagi. Jadi, dia hanya tersenyum kecil, “kamu jelek kalo nangis, jadi jangan nangis ya? Biar tetep cantik” ucap Ricky.Aila pun menepis tangan Ricky, kemudian mengusap air mata dengan lengannya.“Mau main ke San Antonio Beach gak? Atau Cove at batavia PIK, atau Urban Farm, ada banyak tempat bagus disini, aku sendiri belum kesana, jadi lebih baik kita jelajahi saja, dari pada nangis kan?”Ricky kemudian berdiri, lalu mengulurkan tangannya.Aila berpikir sejenak