Share

Suamiku seorang Mata-Mata
Suamiku seorang Mata-Mata
Author: sweetchocosin

Bab 1: Perpisahan

“Bukankah mereka sungguh romantis, Bram.” Nala menyandarkan kepalanya di bahu Bram.

“Apa iya? Seorang mata-mata dan gadis lugu?”

“Memangnya kau tidak merasa begitu?”

Bram tertawa kecil. “Pria mata-mata itu bisa kapan saja mengancam nyawa istrinya. Tentu saja hidup bersama sebuah langkah yang egois.”

“Kau ini tidak mengerti ya.” tukas Nala sambil mengangkat kepalanya kembali. “Bram, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku, oke?”

Mereka baru saja melaksanakan pesta pernikahan tadi siang, dan sekarang sedang beristirahat sambil menonton film. Nala tampak bersemangat menunggu jawaban Bram. Mata Nala menyala-nyala seolah akan melahapnya kalau tak mengucapkan jawaban yang menyenangkan.

Satu-satunya yang dilakukan Bram adalah menutup mata itu. Ia menarik wajah Nala dan mengecupnya.

Setelahnya, mereka memiringkan wajah dan saling memeluk kehangatan satu sama lain. Tangan Nala menyentuh punggung Bram, menekuri setiap sudutnya dengan hati-hati.

Bram membantu Nala melepaskan pakaian dan mendekap Nala lebih erat lagi. Ia menidurkan tubuh Nala setelah membuka bajunya.

Nala merasa aneh. Sekalipun tubuhnya ditindih oleh pria seksi berotot, ia tak merasa terintimidasi. Nala semakin mempererat pelukan dan ciumannya. Di momen itu, setiap jengkal tubuh Nala teraba oleh Bram. Mereka tak mengenakan sehelai kain pun.

Wajah Nala memerah dan kepanasan karena degupan jantungnya tak beraturan. Ia bisa merasakan desah nafas mereka beradu. Dalam benaknya saat itu, inilah saatnya ia memberikan mahkotanya kepada pria yang sudah bersumpah untuk sehidup semati bersamanya.

Nala yang menyipitkan matanya, hanyut dalam sentuhan sensual yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hangatnya bibir Bram, lembutnya jemari Bram. Sampai matanya terpaku pada sebuah gambar tato kecil di balik cuping telinga kiri pria itu. Sebuah gambar trisula.

“Bram, kamu punya tato?”

Nala tahu, Bram tampak terkejut. Namun, Bram mengalihkan perhatian dengan mengecup leher Nala. Bram memainkan jarinya sampai ia membuka kedua kaki Nala.

Nala tak kuasa menahan desahan saat Bram menyentuhnya sampai akhirnya Bram mengecup bagian di antara dua kaki itu. Nala merasakan nikmat yang luar biasa setelah itu, sampai ia melupakan rasa penasarannya.

Sampai setahun berikutnya, Nala dan Bram tetap saling mencintai satu sama lain hingga dikaruniai seorang bayi yang lucu dan tak pernah membahas soal tato trisula kecil. Hal kecil semacam tato bukan alasan yang cukup untuk membuat perasaannya luntur.

Mata Nala berseri-seri. Ia mengecup kening Bayu, seorang balita yang baru saja bisa menyebutkan ‘Papa’ sambil bermain Kokeshi, sebuah boneka Jepang.

“Mama, Bayu.” Nala berujar kesal. Ia merasa tak adil baginya kalau kata pertama yang diucapkan oleh anak yang sudah susah payah dikandungnya bukan panggilan untuk dirinya.

“Papa..” Bayu bersikeras, sambil menunjukkan sebagian giginya yang sudah tumbuh.

Nala mendengus kesal. “Terserah Bayu saja, deh..”

“Ada apa?” seorang lelaki bertubuh tegap, berpawakan tinggi, dan berambut ikal pendek muncul di balik pintu kamar. Tampak jejak oli di kedua tangan dan kulit kakinya yang kulit langsat. Bram, suami Nala.

“Bayu..” jawab Nala. “Dia malah mengucapkan ‘Papa’ saat bersamaku. Apakah itu wajar?”

Bram tertawa. Tawa itu membuat Nala tersipu dan terpesona. “Mungkin wajar karena dia anakku, kan?”

“Memangnya dia bukan anakku?”

Bram mendekati Nala dan mengecup bibirnya dengan lembut. “Tentu saja dia anakmu, sayang. Aku tak pernah lupa jeritanmu beberapa bulan yang lalu di ruang persalinan.”

Nala termenung sejenak dan mendorong kecil Bram agar tidak salah tingkah. Hal kecil seperti ini yang membuat Nala tak kuasa menolak pesona suaminya meskipun terkadang terkesan misterius.

“Kenapa kau masuk kamar saat pakaianmu kotor, sih?”

“Oh, aku lupa kalau ada pakaian usang yang akan kubuang. Sepertinya bisa kugunakan untuk kain lap motorku.”

“Kau ini ada-ada saja.” Nala membantu Bram mencari pakaian yang dimaksud di lemari, sebelum akhirnya menyerahkannya. “Kalau sudah, nanti aku buatkan kopi, ya.”

Sayangnya, sebuah pemandangan indah keluarga harmonis itu tak bertahan lama.

Bram tak pernah mencicipi kopinya.

Sebelum menghilang, Nala mendengar Bram mendapatkan panggilan dari teleponnya dan tampak hanyut dalam obrolan yang serius. Keheningan terjadi selama 30 menit setelahnya, dan terdengar suara motor menjauh dari garasi.

Nala terkejut. Ia bergegas keluar dan mendapati Bram dan motornya menghilang. Tanpa sedikitpun kata pamit yang terlontar. Berkali-kali Nala menghubunginya, dan panggilan selalu dialihkan ke kotak suara.

“Kau gila, ya? Apa yang membuatmu pergi begitu saja tanpa memberitahuku apa-apa? Apa yang terjadi padamu?”

Klik!

Karena putus asa, Nala mengirimi Bram pesan suara yang entah kapan akan dibuka oleh suaminya itu.

Dalam kesunyian malam, Nala menangis. Ia berusaha menahan diri agar napas berat dan suaranya tak membangunkan anaknya yang baru saja tertidur.

Bram. Nala berkenalan dengannya saat mereka sama-sama menjadi tenaga sukarelawan di wilayah banjir bandang di sebuah kota, dua tahun yang lalu. Saat itu, Nala masih bekerja sebagai seorang akuntan. Sedangkan Bram mengaku sebagai seorang radiografer di rumah sakit. Mereka sudah saling suka sejak pertama kali bertemu sampai setahun berikutnya mereka memutuskan menikah.

Tapi, Nala tak pernah mengetahui apa pun tentang asal usul Bram. Bahkan, ia tak mengenal keluarga suaminya itu sama sekali.

“Kau di mana, Bram?”

Ini bukan pertama kalinya Bram menghilang tanpa bisa dihubungi. Saat dulu menjalin kasih, Bram pernah tak bisa dihubungi selama 3 hari lamanya dan nomernya tidak aktif.

Saat itu, Bram beralasan telepon genggamnya rusak dan mengalami kecelakaan yang menyebabkan tangannya tak bisa menghubungi Nala karena digips.

“Tidak!” tukas Nala. “Tidak mungkin. Nala, sadarkan dirimu! Dia Bram, suamimu. Kau seharusnya mempercayainya dan menunggunya kembali.”

Ya, Nala pada akhirnya menunggu Bram kembali dan mencoba menahan rasa penasarannya sampai suaminya datang.

Namun, tiga hari setelahnya, Nala malah menemukan sepucuk surat di depan pintu rumahnya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dina0505
waduh si Bram bikin Nala ketar ketir
goodnovel comment avatar
Lavinka
bikin penasaran kak. kira-kira si Bram ini ke mana yah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status