Beranda / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Bab 5: Bayang-bayang Bram

Share

Bab 5: Bayang-bayang Bram

Penulis: sweetchocosin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-22 18:41:47

Blue dan Nala kelabakan. Mereka tak pernah menyangka akan bercumbu di depan seorang anak berusia 10 tahun. Apalagi Nala. Fakta kalau ia adalah seorang ibu, sangat mengganggunya. Padahal, mereka berpindah-pindah karena Nala sedang mencari kemana suaminya pergi.

“Anu, sebenarnya..”

“Tidurku terganggu karena suara pintu yang dibanting.” Bayu memotong kata-kata Nala. Ia tak tega melihat ibunya berusaha mencari alasan. “Sudahlah, aku mengerti apa yang terjadi.”

“Kau mengerti apa yang terjadi?” tanya Nala, heran. Bagaimana mungkin seorang anak imut-imut bisa terlihat tenang saat melihat dua orang yang seharusnya tidak bercumbu malah tertangkap basah.

Blue mendengus. “Kau tidak tahu kalau Bayu ini unik?”

Bayu mengangkat bahunya, seolah tak peduli. Ia berjalan mendekati tempat tidur, mencari celah di antara Nala dan Blue. Ia merapikan bantalnya, sebelum menidurinya. “Jadi, Bu. Kau bekerja dimana?”

“Ehem,” Nala berdeham, berusaha menghargai usaha Bayu dalam mengalihkan topik pembicaraan. “Ibu dapat pekerjaan di sebuah rumah sakit umum. Dan sepertinya, gajinya oke.”

“Kau serius membicarakan gaji?” ledek Blue.

Nala menatapnya jengkel. “Memangnya kenapa? Aku ini pekerja yang cakap. Sudah selayaknya aku dibayar dengan layak.”

Blue menarik selimutnya dan menutup diri. “Terserah kau saja. Asal kau tidak asal menusuk pasien hanya karena mereka bau durian saja, itu sudah oke.”

“Aku bukan ditempatkan di bidang suntik menyuntik, kau tahu!” sahut Nala. “Aku menjadi admin ruang. Tepatnya di laboratoriumnya.”

“Wah, tugasnya seperti apa?” tanya Bayu.

“Seperti mengecek formulir pemeriksaan pasien, menyortirnya sesuai prioritas darurat tidaknya, memberinya kepada analis, dan kalau hasilnya sudah jadi, ibu yang menulis hasilnya di komputer. Lalu, saat hasil sudah selesai dicatat, ibu mengirimkannya ke ruangan yang membutuhkan.”

“Terdengar mudah. Apa ada orang yang mau membayar tinggi untuk itu?”

Nala mencubit bahu Blue. “Ya, itu contoh sederhana tugasku. Tugas lain-lainnya masih ada. Dan mungkin saja akan kita ketahui kalau aku sudah mulai bekerja di sana.”

Bayu menepuk tangan Nala, menyuruhnya berhenti menyakiti Blue. “Bu, kalau begitu, apakah kita akan pindah hotel lagi?”

Nala menghela nafas panjang. Dari pertanyaan Bayu, sepertinya ia tampak lelah dan jengah dengan situasi yang terjadi. Anak seusianya harus merasakan pindah dari kota ke kota lain, tanpa sempat berinteraksi dengan teman sebayanya. Bahkan, Bayu tak pernah sekolah.

Blue dan Nala bergantian mengajari Bayu membaca, berhitung, dan menulis. Tapi, sistem pengajaran Blue sepertinya efektif.

Di usia Bayu yang ke lima, ia bahkan bisa menyelesaikan persamaan aljabar sederhana dan menghabiskan waktunya membaca buku Mein Kampf yang peredarannya sempat dilarang di beberapa negera di dunia. Ya, seperti yang bisa diduga, Blue memiliki salinan bukunya dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Bayu, sudah menamatkan keduanya.

Bahkan, di usianya yang ke tujuh, sandiwara Nala dengan Blue terbongkar. Sebenarnya, Nala berniat untuk membuat Blue berperan sebagai ayahnya Bayu, Bram.

“Kau pamanku, kan?”

Tentu saja Blue terpaku. Sekujur tubuhnya membeku. Ia sudah melihat bayangan kejam wajah Nala yang memukul lehernya dengan palu sampai mati dan berdarah-darah.

Blue tercengang. Ia bertanya-tanya bagaimana bisa Bayu mendapatkan kesimpulan itu dengan mudah.

“Kalau reaksimu begitu, berarti benar.” kata Bayu, sekali lagi.

“Aku tidak bisa berbohong, maafkan aku.”

Bayu tergelak. “Bagaimana mungkin seorang mata-mata tidak bisa berbohong? Pantas saja penyamaranmu jelek.”

Blue terhenyak. “Apa kelihatannya begitu?”

Bayu tertawa kecil. “Tidak. Sebenarnya kalau itu orang lain, pasti tidak akan tahu. Tapi, ini karena aku yang mengenal ayah. Makanya aku bisa menyimpulkannya.”

“Kau kenal ayahmu?” Blue terheran-heran.

Bukankah Bayu ditinggalkan oleh Bram saat masih balita. Mustahil seorang balita memiliki ingatan yang jelas dan mantap akan ayahnya yang sudah lama tak ia temui lagi.

Bayu mengangguk. “Setidaknya begitu. Aku memperhatikan gerak-gerikmu yang aneh dan canggung. Ayahku di foto pernikahan jelas bertangan kidal. Orang memiliki kecenderungan memakai jam di tangan yang tidak dominan. Ayah memakai arloji di tangan kanannya. Itu berarti dia seorang kidal. Sedangkan kau adalah pengguna tangan kanan dan sering memakai jam di tangan kiri.”

Blue gelagapan. “Tidak mungkin begitu. Aku mungkin tidak nyaman mengenakan jam di tangan kiri saat pernikahanku, kan?”

Bayu menggeleng pelan. “Selain itu, rambut ayahku keriting keong. Kau lurus. Aku pernah melihatmu menata rambutmu. Tak mungkin seorang pria berpenampilan sedemikian rupa hanya untuk seharian berada di rumah. Aku menduga, kau melakukannya karena ingin memastikan kalau kau adalah ayahku, yang berambut keriting. Selain itu..”

“Selain itu?”

“Kita selalu memesan hotel dengan kamar paling bagus, yang memiliki dua kamar terpisah. Di kamarmu dan ibu selalu ada sofa. Dan setiap aku memegang sofanya di pagi hari, selalu terasa hangat, seperti baru saja dipakai. Aku menduga kalau kau tidur di sofa, dan ibu tidur di kasur, yang mengindikasikan kalau kalian pisah ranjang. Itu artinya, kau bukan ayahku yang sebenarnya. Tapi, cuping kalian memiliki bentuk yang sama selayaknya saudara kandung. Jadi, kalau kau bukan ayahku, besar kemungkinan kalau kau ini adalah pamanku.”

Blue tersenyum. Ia tampak puas. “Sudah kuduga dari anak seorang Sky. Kau ini otaknya luar biasa.”

Sejak saat itu, Bayu pun memanggil Blue dengan paman. Nala yang baru pulang dari berbelanja kebutuhan sehari-hari, sangat terkejut dan memeluk Bayu dengan erat.

Mungkin, karena tumbuh di lingkungan yang tidak biasa, Bayu menjadi anak yang tegar dan selalu mengatakan kalau ia baik-baik saja. Bayu memastikan agar ibu dan pamannya tak perlu berlebihan mengkhawatirkan dirinya.

Nala mengenang saat itu di benaknya, sambil mengelus rambut Bayu sedangkan Blue menepuk pahanya.

“Hei, jagoan. Kau punya mimpi tidak?” tanya Blue, mengalihkan pembicaraan. Ia melirik ke arah Nala yang sudah nyaris berkaca-kaca.

Bayu termenung sejenak. Ia tak pernah ditanyai hal-hal seperti itu.

Satu-satunya teman yang ia miliki hanya ibu dan pamannya, ia tak punya tempat untuk berbagi. Otaknya menjadi tumbuh dewasa lebih cepat karena ia berinteraksi dengan dua orang dengan perbedaan umur yang cukup jauh.

“Apa aku.. bisa memiliki hal-hal yang seperti itu?” tanya Bayu.

Hati Nala kembali teriris. Ia berusaha mencegah air matanya sekuat tenaga. “Memangnya kenapa? Bayu pasti punya keinginan yang ingin dicapai di masa depan, kan?”

Bayu terdiam lagi. Ia tak banyak menginginkan sesuatu. Ia sebenarnya ingin segera bertemu ayahnya. Tapi, kalau ia sudah bersatu dengan ayah, apa pamannya akan pergi?

Bagi Bayu, pamannya sudah seperti penguatnya. Ia sering menghabiskan waktunya bersama pamannya itu saat Nala pergi bekerja. Apa Bayu tidak bisa merasakan hidup di hotel lagi saat itu tiba? Bagaimana kalau Bayu tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya saat akhirnya harus menetap di suatu tempat?

“Aku.. belum memikirkannya.” jawab Bayu. “Itu hal yang bagus, kan? Mungkin impianku adalah agar memiliki sebuah mimpi.”

Blue tertawa. “Yah, kau bisa memikirkan banyak hal sampai hari itu tiba. Lagipula..” Blue meninju bahu Bayu pelan. “ Ada banyak orang yang baru menyadari mimpinya saat mereka sudah dewasa. Kau tidak perlu terburu-buru, oke? Hidup ini cuma sekali. Cukup berjalan saja. Ikuti alurnya, tapi jangan sampai terseret arusnya.”

Bayu menatap pamannya dengan wajah riang. Nala melihat pemandangan itu dan seketika pikirannya agak tenang. Ternyata menjaga agar Blue tetap berada di dekatnya adalah sebuah ide yang cemerlang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
bayi pinter banget. ada tanda-tanda bakal jadi penerus sang ayah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status