Share

BAGIAN 4~ SALAH PAHAM

Jenisa

Kamis, 3 Juni [08.07 PM]

Aku sudah selesai dengan dressku, malam ini kami akan memenuhi undangan dari salah-satu sahabat Aldo—Alex—yang meskipun baru aku tau adalah penerus dari perusahaan besar itu. J-group, salah-satu perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan itu merupakan perusahaan yang besar dan terkenal sampai ke luar negeri. Malam ini, dresscodenya adalah batik. Dan aku mengenakan batik bercorak bunga, rambutku aku gerai saja dan aku hanya berdandan biasa saja. Seperti biasanya. Aku keluar dari kamar, Aldo sudah selesai beberapa menit lebih dulu dariku. Dan sekarang, suamiku itu sedang menatapku tanpa kedip. Apa pakaianku ada yang salah? Aku menatap pakaianku, aku rasa tidak ada yang robek atau apa. Biasa saja kok, tapi kenapa Aldo ini membuatku gugup?

“Kamu kenapa bisa cantik sekali Nis?” seru Aldo langsung berdiri dari duduknya dan meraih pinggangku. Aku hanya tersenyum malu, seperti baru pacaran saja ya. Tapi wajar sih, aku bahkan hampir saja mengangggap Aldo sebagai orang asing selama beberapa bulan terakhir ini.

“Kamu juga sangat tampan dengan batikmu itu, sudahlah. Kita berangkat saja, nanti temanmu itu terlalu lama menunggu kita!” ujarku, menarik tangan Aldo agar tidak membuaku gugup lagi dengan tatapannya yang sangat intes.

“Kau ini, sudahlah, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi!” seru Aldo dengan sedikit nada kesalnya.

Aku hanya menggelengkan kepala tidak percaya, semakin hari tingkah Aldo ini semakin ada-ada saja. Kami segera keluar dari apartemen, dan menuju lobby. Di perjalanan kami diam saja, entah karena suasana malam hari yang terlalu sepi karena hujan. Atau karena Aldo sedang ada pikiran, sehingga tidak ingin berbicara? Mobil Aldo sampai di salah-satu hotel mewah yang menjadi tempat acara kantor teman Aldo itu.

Ketika aku hendak turun, tiba-tiba Aldo langsung menarik tanganku lagi, membuat pintu di sebelahku kembali tertutup. Aku menatap Aldo dengan kening berkerut, “Ada apa Al? Kok tiba-tiba narik sih?”

Aldo masih diam, aku gemas

“Kita gak usah masuk ya Nis, kita pulang saja ya”

“Eh?” Aku berseru, ada apa lagi dengan Aldo ini? Aku menaikkan tanganku ke kening Aldo. Tidak panas kok. “Apa kau sakit perut atau semacamnya Al? Kita kedokter saja kalau kau tidak enak badan!” Aku ikutan panik. Tidak lucu jika Aldo tiba-tiba jatuh sakitkan. Bisa-bisa repot jika Aldo sampai sakit, aku masih ingat dulu. Ketika Aldo pernah sakit, saat kami pacaran, manjanya minta ampun. Tidak mau ditinggal sendiri, harus memegang tangannya 24 jam dan harus selalu ada untuknya. Aku masih ingat saat aku meninggalkan Aldo yang sakit untuk memasak. Aldo langsung bangun, dan mencariku dengan wajahnya yang tidak bisa ditebak. Meski pada ujung-ujungnya, Aldo pingsan karena kebanyakan gerak. Setelah saat itu, aku memutuskan untuk memesan bubur saja sampai Aldo benar-benar sembuh. Bahkan, Aldo harus menggenggam tanganku saat lelaki itu mandi. Yang benar saja? Padahal status kami saat itu masih pacaran dan Aldo sudah sangat manja padaku.

Aku menatap Aldo yang melepaskan tanganku dari keningnya “Aku tidak sakit!”

Aku mengertukan kening “Lalu kenapa Al? Jangan bilang kau berubah pikiran, tapi kenapa? Bukanlah dia temanmu?” Aku menatap Aldo tidak habis pikir. Bisa-bisanya Aldo ini mood-mood-an di saat seperti ini? Ada-ada saja bocah satu ini.

“Aihss, kau ini tidak mengerti!”

“Hah? Kenapa aku tidak mengerti sayang, hmmm? Apa yang salah hmm?” Seruku meski merasa jengkel.

Aku menatap Aldo yang menyandarkan badannya di atas kursi, masih mengenggam tanganku. Dan meletakkannya di atas dadanya. Aku bisa merasakan detak jantung Aldo. Aku masih menatap lelaki itu, jangan bilang Aldo cemburu.

“Aku cemburu Nis, kau paham tidak kalau aku ini cemburuan?” Aldo langsung buka suara seolah tau apa yang sedang aku pikirkan. Wajahnya sudah berada di depanku, tetapi Aldo tidak menatapku. Aku terkekeh, bisa-bisanya Aldo ini masih saja cemburuan. Tapi, kenapa aku merasa senang Aldo seperti ini ya?

“Ya sudah, kalau begitu. Kita kembali saja, tidak usah datang kesini!” saranku sembari memasang kembali seatbelt ku. Namun tangan Aldo menahanku lagi, aku menatapnya lagi. Aldo terlihat gusar dan bimbang, namun dia melepaskan seat beltku lagi.

“Tidak usah, aku jadi merasa tidak enak pada Alex nanti. Kita masuk saja, tapi berjanjilah untuk tidak jauh-jauh dariku!”

“Tidak boleh melirik orang lain, tidak boleh melepaskan tangan dari Aldo. Benar begitu hmmm?” seruku memotong lanjutan ucapan Aldo yang sudah kuduga akan berkata seperti itu. Aldo lagi-lagi terlihat salah tingkah. Aku hanya tertawa lepas lalu menatap Aldo dengan senyum tulusku.

“Baiklah tuan Aldo, aku adalah istri Giovardo. Bagaimana mungkin aku akan mengalihkan perhatianku darimu? Sudah, kita turun saja ya!”

“Tunggu!” Aldo lagi-lagi menahanku. Dengan sabar aku menatap suamiku ini. Kan sudah kubilang bahwa sifat Aldo ini sangat-sangat tidak bisa ditebak. Apa jangan-jangan Aldo berubah pikiran lagi dan malah membawaku pulang lagi.

“Apa lagi sayang?”

“Janji jangan jauh-jauh ya!” seru Aldo

“Iya janji!”

Kami sudah sampai di salah-satu aula besar hotel, banyak para tamu yang sudah mengambil duduk. Terlihat acara akan dimulai beberapa menit lagi. Dan kami sudah duduk di salah satu deretan kursi di depan. Dengan beberapa para lelaki dengan jas rapih, aku merasa bahwa mereka para kolage dari perusahaan Alex juga. Beberapa dari mereka menyapa Aldo juga, dan sekarang aku tidak tau apa yang membuat Aldo kembali bermuka jutek. Sejak ada lelaki yang menyapaku, Aldo semakin posesif dan mukanya masam.

“Boleh aku bergabung disini nona cantik?”

Aku refleks menatap ke samping, lalu menatap bahwa yang menyapaku barusan adalah Alex. Aku membalas senyumannya. “Tentu saja Alex, kenapa harus meminta ijin dulu?” seruku ramah. Inikan acara milik Alex, kenapa harus minta ijin mau duduk dimana? Karena itu adalah hak Alex.

“Kenapa harus duduk di sebelah istriku? Dasar genit” seru Aldo mencibir. Dia langsung menukar tempat duduk kami. Aku terima-terima saja dengan kemauan Aldo.

“Asatagah Aldo, kau ini sama-sekali tidak berubah ya. Aku hanya ingin duduk bersama dengan ipar saja. Kau ini benar-benar tidak berubah dari dulu. Apa jangan-jangan ipar tidak bahagia menikah denganmu?” seru Alex dengan maksud menggoda Aldo. Aku langsung menggenggam tangan Aldo.

“Aku bahagia menikah dengannya Alex, aku suka dengan lelaki yang posesif. Itu artinya dia menyukaiku bukan?” seruku mengambil alih suasana yang terlihat mulai tidak menyenangkan. Aldo juga sudah semakin menekuk wajahnya yang datar. Ini tidak bisa berlanjut lebih lama lagi.

“Ahahahaha, aku tau ipar. Aku hanya menggoda sahabatku ini saja!”

Aku hanya tersenyum menanggapi Alex, lalu tidak lama acara sudah dimulai. Alex yang ada satu meja dengan kami maju ketika ayahnya memanggil namanya. Semua orang yang datang di acara bertepung tangan saat dengan resmi bahwa Alex menjadi penerus dari perusahaan itu. Semua tamu terlihat mulai menikmati hidangan yang tersedia. Termasuk aku yang sedang menikmati beberapa jenis makanan. Aldo beberapa menit yang lalu ijin untuk kemar kecil.

Saat sedang menikmati sate padang, Alex berjalan ke arahku. Aku tersenyum padanya, “Selamat atas jabatan barumu Alex!” seruku berbasa-basi

“Trimakasih ipar, dimana Aldo?”

“Dia sedang pergi ke kamar kecil sebentar!”

Alex mengangguk, aku kembali mengambil beberapa tusuk sate. Beberapa orang ada yang aku kenal, ada juga yang tidak. Kebanyakan tidak aku kenal. Namun tidak lama, beberapa orang tua dan ibu-ibu mendekati kami juga. Mereka tiba-tiba saja tersenyum ramah padaku, aku hanya membalasnya dengan hormat.

“Jadi, apakah ini pacarmu nak? Kenapa kau tidak bilang pada ibu bahwa kau sudah punya pacar? Apa kabar sayang, apa kau merasa tidak senang karena Alex tidak memperkenalkanmu pada ibu?”

“Eh?” Aku tiba-tiba saja gugup. Aku mematung, rasanya sama. Saat itu, orang tua Aldo juga langsung bersikap seperti ini padaku di salah-satu acara perusahaan mereka. Karena Aldo memang saat itu memintaku untuk datang.

“Bukan ma, dia bukan pacar aku!” seru Alex panik

“Ihhh, kamu ini. Masa gadis cantik seperti dia ini tidak kamu kenalkan dengan mami sih? Jika mama tau kamu sudah punya pacar, mama tidak akan menyuruhmu kencan buta semalam nak! Kau ini! Ah, aku Anna sayang, mamanya Alex yang tidak penurut ini!”

“Tante, aku bukan--!”

“Dia istri saya tante!”

Anna langsung menatap ke arah belakang, aku juga menatap Aldo yang bermuka datar langsung membawaku ke dalam dekapannya. Aku tersenyum canggung, tidak tau harus bersikap seperti apa. Ibu-ibu memang sangat susah untuk diberitahu.

“eh? Nak Aldo? Maaf nak, maaf sekali, tante pikir tadi gadis cantik ini adalah pacar anak tante. Aduh, tante jadi merasa bersalah. Maaf ya nak, bukan maksud tante!”

“Ah, tidak masalah tante, saya dan istri saja pergi dulu ya. Sudah sangat larut, nisa juga butuh tidur. Selamat atas jabatan barumu Alex, aku harap kau bisa meluruskan kesalahpahaman ini!” seru Aldo lalu membawaku pergi dari hotel itu. Aku tidak berani untuk bersuara saat ini. Aldo juga terlihat sangat marah, bahkan ketika kami sudah sampai di apartemen.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Destiny Rogers
syappp, semoga sabar nunggu autor ya buat nulis
goodnovel comment avatar
Its_k_sia
kalo ini mah terus ditunggu
goodnovel comment avatar
Its_k_sia
sayang autor banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status